Jumat, 15 Mei 2015

Dimensi Pemikiran Islam


BAB I
PANDAHULUAN

     Dimensi Islam yang biasa di sebut dengan Trilogy Ilahi yaitu Islam Antara yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan. Islam tidak abash tanpa iman dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. sebaliknya ihsan tanpa iman menjadi mustahil dan iman juga mustahil tanpa islam. Antara ketiga itu memiliki keterkaitan tidak dapat di pisahkan. Islam yang mulai berkembang menjadi Iman dan setelah Iman di dapat lalu memuncak pada Ihsan.
Aliran-aliran dalam pemikiran ajaran Islam yaitu Aliran fikih yang yang membahas tentang aliran-aliran tentang ajaran-ajaran hukum Islam dan para penyebar aliran itu. Dan yang kedua adalah aliran Tasawuf yang membahas tentang ajaran ajaran mengenai tasawuf kecintaan kita terhadap Tuhan dan para Tokoh yang mengembangkannya. Terakhir adalah Aliran pemikiran Islam mengenai Kalam(teology) pemikiran ini membahas tentang ajaran teology. Aliran ini ada di awali adanya Tafkim di antara para sahabat sehingga menimbulkan banyak aliran seperti mur’jiah , muktazilah, asy’ary, maturidiyah.





BAB II
PEMBAHASAN
A.      Dimensi islam : ISLAM , IMAN , IHSAN .
Dimensi-dimensi islam adalah sisi keimanan seseorang yaitu : iman . islam dan ihsan. yamg biasa di sebut trilogi ajaran ilahi. Dimensi-dimensi Islam berawal dari sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dan Imam muslim antara nabi Muhammad dan Jibril tentang trilogy ajaran illahi.
Hadits itu memberikan ide kepada umat islam bahwa ketiga hal itu tidak bisa dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Antara yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan[1]. Islam tidak abash tanpa iman dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. sebaliknya ihsan tanpa iman menjadi mustahil dan iman juga mustahil tanpa islam.
Ibnu Taimiah, menjelaskan bahwa Din itu terdiri dari tiga unsur yaitu islam, iman, dan ihsan. Dalam 3 unsur itu terselip makna kesenjangan (tingkatan). Orang mulai dari islam, kemudian berkembang ke arah iman dan memuncak ke arah ihsan. Dengan penjelasan yang agak berbeda ibnu taimiah menjelaskan : pertama, orang-orang yang menerima warisan kitab suci dengan mempercayai dan berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, namun masih melakukan perbuatan dzalim adalah orang yang baru masuk islam suatu tingkatan permulaan dalam kebenaran. Kedua, orang tang menerima warisan kitab suci itu dapat berkembang menjadi seorang mulmin, tingkat menengah yaitu orang yang telah terbebas dari perbuatan dzalim namun perbuatan kebajikannya sedang-sedang saja. Dan ketiga, perjalanan mukmin itu yang terbebas dari perbuatan dzalim berkembang perbuatan kebajikannya sehingga ia menjadi pelomba (sabiq) perbuatan kebajikan, maka ia mencapai derajat ihsan .kata ibnu taimiah : ”orang yang telah mencapai derajat ihsan akan masuk surga , tanpa mengalami adzab “ [2].
Imam al-Syahrastani menjelaskan bahwa islam adalah mabta’(pemula), iman adalah wasath (menegah), ihsan adalahal-kamal (kesempurnaan). Umat islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang trilogi ajaran ilahi kedalam 3 bidang pemikiran islam : Pertama, Iman dalam pemikiran teologi . kedua, persoalan islam dijelaskan dalam fikih. Ketiga, Ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya tasawuf.
B.       Aliran pemikiran Islam
Secara garis besar dapat dibedakan 3 bidang pemikiran islam yaitu , : aliran fikih, aliran tasawuf dan aliran kalam:
1.      Aliran-aliran fikih
Secara histori hukum islam telah menjadi dua aliran pada zaman nabi Muhammad SAW. Dua aliran itu adalah Madrasat al-Madinah dan Madrasat al-Bagdhad atau madrasat al-hadits dan madrasat al-Ray. Sedangkan Ibnu al-Qayim al-Jauziyah menyebutkan sebagai  Ahl al-Ma’na.
Aliran  Madinah terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di Madinah, Terbentuklah fuqaha sab’ah yang juga mengajarkan dan mengembangkan gagasan guru-gurunya dari kalangan sahabat. Di antara fuqaha sab’ah adalah said bin al-Mussayab. Salah satu murid sa’id bin al-Mussayab adalah Ibnu shihab al-Zuhri. Sedangkan murid shihab al-Zuhri adalah Imam malik pendiri aliran maliki. Di antara ajaran Imam Malik yang paling terkenal adalah ia menjadi ijma’ dan amal ulama sebagai hujjah.
Murid Imam malik dan Muhammad al-Syaibani adalah Muhammad bin Idris al-Syafi’I, pendiri aliran hukum yang dikenal dengan syafi’iyah atau aliran al-Syafi’i.
Salah satu murid syafi’I adalah Ahmad bin Hanbal, pendiri aliran hanbilah. Selain itu masih ada aliran zhahiriyah yang didirikan oleh Abu Daud zhahiri dan aliran Jaririyah yang didirikan oleh Ibnu Jarir al-Thabari.
Sejumlah aliran hukum Islam adalah Madrasah madinah , Madrasah kufah, aliran Hanafi, aliran Maliki, aliran al-Syafi’I, aliran Hanbali, aliran Zhahiriyah dan aliran Jaririyah. Tidak banyak informasi aliran-aliran hukum islam secara lengkap karena banyak aliran yang bermunculan kemudian menghilang karena tidak ada yang mengembangkannya[3].
Thaha Jabir Fayadi al-Ulwani menjelaskan bahwa mazhab fikih Islam yang muncul setelah sahabat dan kibar al-tabi’in berjumlah 13 aliran. tiga belas aliran itu berafilasi dengan aliran Ahl al-Sunah akan tetapi tidak semua aliran itu dapat diketahui dasar-dasar dan metode istinbath hukum yang digunakannya.
Aliran hukum Islam yang terkenal dan masih ada pengikutnya hingga sekarang di antarannya adalah Hanafiyah, Syafi’iyah, Malikiyah dan Hanabilah.

2.      Aliran – aliran Tasawuf
Ajaran tasawuf atau mistik islami pada dasarnya merupakan pengalaman spiritual yang bersifat pribadi. Dari segi kebahasaan tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaraan, dan rela berkorban demi tujuan yang mulia disisi Allah SWT[4]. Bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang menghubungkan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan inilah ensensi tasawuf atau hakikat tasawuf [5].
Menurut Harun nasution memperkirakan adanya unsur-unsur ajaran non-Islam yang mempengaruhi ajaran Tasawuf. Unsur-unsur yang dianggap berpengaruh adalah pada ajaran tasawuf adalah kebiasaan rahib Kristen yang menjauhi dunia dan kesenangan materi, ajaran-ajaran Hindhu dan ajaran filsafat emanasi.
Antara ajaran tasawuf dan ajaran–ajaran non Islam itu ada kesamaan. Tetapi pada dasarnya Tasawuf  merupakan ajaran yang membicarakan kedekatan antara sufi (manusia) dengan Allah. Dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menunjukan kedekatan manusia dengan Allah. antara lain : Bahwa allah itu dekat dengan manusia (Al-Baqarah : 186), dan lebih dekat kepada manusia dibandingkan urat nadi manusia itu sendiri (Qaf : 16).
Pada awalnya tasawuf merupakan ajaran tentang al-zuhud (juhud). pelakunya disebut zahid. Setelah berkembang nama itu diganti dengan sufi. Zuhud termasuk ajaran agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia . Orang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar kebahagian hidup di akhirat yang kekal dan abadi daripada mengejar kehidupan dunia yang sepintas dan fana . Zahid pertama yang termansyur adalah Al-Hasan al-Basri (624-728) dia pernah bertebat dengan washil bin atha dalam bidang teologi islam . Ajaran tasawuf al-Hasan al-Basri yang paling terkenal adalah al-khauf dan al-raja’. Diantara pendapatnya yang paling terkenal adalah “orang mukmin tidak akan bahagian sebelum berjumpa dengan Tuhan“
Zahid lainnya adalah Ibrahin bin Adham dari Khurasa, pendapat beliau yang pernah berkata “ Cinta kepada dunia menyebabkan orang menjadi tuli dan butu serta membuat manusia menjadi budak“[6]. Zahid dari kalangan wanita dalah Robiatul al-Adawiyah (714-801) dari Basrah. Ajarannya yang terkenal adalah tentang cinta kepada Tuhan. Ia selalu hidup dalam kesederhanaan, dalam berbagai do’a yang dipanjatkannya ia tak mau meminta hal-hal yang bersifat materi. Ia benar-benar hidup dalam keadaan zuhud. Cinta Rabiatul al-Adawiyah yang tulus pada tuhannya bisa dilihat dari ungkapan do’a-do’a yang disampaikannya. Ia misalnya berdoa “ ya Tuhanku bila aku menyembah-Mu Lantaran aku takut pada neraka, maka bkarlah diriku kedalam neraka dan apabila aku menyembah-Mu karena mengharapkan surge maka jauhkanlah aku dari surge namun jika aku menyembah-Mu hanya demi Engkau, maka janganlah Engkau tutup Keindahan Abadi-Mu”. Selain dari do’a-do’anya didalam syairnya pun mengenai cinta Tuhan, Ia menyatakan bahwa ia tidak bisa membenci orang lain, Bahkan tidak dapat mencintai nabi Muhammad SAW.
Sufi-sufi lain yang terkenal karena memiliki ciri khas antara lain : ajaran tentang al-hulul yang merupakan ketuhanan (lahut) menjelma ke dalam insan (nasut) dan hal ini terjadi pada saat kebatinan seorang insan telah suci bersih dalam menempuh perjalanan hidup kebatinan.
Tokoh yang mengembangkan al-hulul adalah al-Hallaj, memiliki nama lengkap Husein bin Mansur al-Hallaj. Ia lahir tahun 244H di negeri Baidha, salah satu kota kecil di Persia.
Selain itu ada teori tentang fana dan baqa, fana adalah lenyapnya sifat-sifat basyariyah, akhlak tercela, kebodohan, dan perbuatan maksiat dari diri manusia. Sedangkan Baqa adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, ahklak terpuji, ilmu pengetahuan, dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat. Untuk mencapai Baqa diperlukan usaha-usaha seperti bertaubat, berdzikir, beribadah, dan menghiasi diri dengan akhlak terpuji[7]. Fana dan Baqa erat hubungannya dengan al-ittihad yakni penyatuaan batin dan rohaniah dengan Tuhan. Tujuan dari Baqa dan Fana adalah al-ittihad itu. Tokoh yang mengembang teori itu adalah Abu Yazid al-Bustami, Ajaran tasawuf lainya adalah Marifah, berasal dari kata arafa, yarfu, irfan, ma’rifah yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Secara umum marifah adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam terhadap batinya dengan mengetahui rahasiannya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang satu. Tokoh yang mengembangkan marifah ini adalah Al-Ghazali yang mempunyai nama lengkap Abu Hamid al-Ghazali .
Metode dalam tasawuf itu ada tiga : tahalli, takhali dan tajjali.
Tahalli adalah pengisian diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT , Takhali adalah pengosongan diri sufi sedangkan tajali adalah mukasyafah , ma’rifah dan musyahadah. Dua cara yang pertama adalah tahalli dan takhalli termasuk khuluqi sedangkan yang terakhir termasuk tahaqquq (penyatuan diri pada Tuhan).
Para sufi mengatakan bahwa Tuhan pun berkehendak untuk menyatu dengan manusia. Suatu keadaan mental yang diperoleh manusia tanpa bisa diusahakan tetapi didapat sebagai anugerah dan rahmat dari Tuhan disebut hal atau ahwal. Dalam pengertian lain Hal atau Ahwal adalah suatu sifat mental sufi yang sangat dekat dan bahkan menyatu dengan Tuhan. Proses ini dinamai Tanazul. Hal atau Ahwal ini bersifat sementara bagi seorang sufi dalam perjalanannya mendekati Tuhan. Kedekatan para sufi dengan Tuhan dirumuskan para sufi dengan rumusan yang berbeda. Rabi’ah dengan mahabbah (cinta Tuhan), Al-hallaj denggan al-hullul dan al-Ghazali dengan ma'rifah dan Abu Yazid al-Bustami dengan teorinya Baqa, Fana dan al-ittihad. Bahwa sebenarnya ada timbal balik antara para sufi dengan Tuhan

3.      Aliran – aliran Kalam
Islam yang agama rahmatan lil alamin tidak semuanya bersifat positif . salah satu buktinya adalah Tahkim. peristiwa ini membuat bencana bagi umat islam sehingga terpecah paling tidak menjadi tiga kelompok. Umat islam kelompok pertama adalah pendukung Muawiyah di antaranya adalah Amr bin Ash. Sedangkan kelompok kedua adalah pendukung Ali bin Abi Thalib dan kelompok yang kedua ini menjelang dan setelah tahkim terpecah menjadi dua yaitu umat islam yang selalu senantiasa setia pada kekhalifaan Ali bin Abi thalib diantaranya adalah Abu Musa al-Asy’ary dan yang kedua adalah umat islam yang keluar daru barisan Ali bin Abi Thalib. Mereka menarik dukungannya terhadap Ali dan menentang terhadap Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah ban Abi Sufian. Kelompok yang keluar dari barisan Ali ini di kenal dengan Khawarij yang dipelopori oleh A’war dan Urwah ban jarir.
Pada awalnya Khawarij merupakan fraksi atau aliran politik karena pada dasarnya kelompok itu terbentuk karena persoalan kepemimpinan umat Islam. Menurut Khawarij orang-orang yang yang terlibat dan menyetujui hasil tahkim telah melakukan dosa besar dalam pandangan mereka berarti telah kafir, kafir setelah memeluk islam berarti murtad (keluar islam)  halal di bunuh. Berdasarkan pada sebuah hadits yang menyatakan bahwa nabi Muhammad Saw bersabda “man baddala Dinah faktuluh”
Atas dasar premis-premis yang dibangunya, Khawarij berkesimpulan bahwa orang-orang yang terlibat dengan dan menyetujui tahkim harus dibunuh. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membunuh ali bin abi thalib, Mu’awiyah bin abi sufian, Abu Musa al-Asy’ari, Amr bin Ash dan sahabat – sahabat lain yang menyetujui tahkim. Namun yang berhasil mereka bunuh hanya Ali bin Abi thalib. Mu’awiyah tidak berhasil mereka bunuh dan mereka juga mencela Usman bin affan orang-orang yang terlibat dalam perang jamal dan perang siffin.
Dengan mempertimbangkan kesimpulan dan premis-premis yang mereka bentuk, mereka beranggapan bahwa membunuh Ali bin Abi thalib, Mu’awiyah bin abi sufian, Abu Musa al-Asy’ari, Amr bin Ash sebagai kegiatan yang diperintahkan oleh agama. Bagi merka membunuh terhadap orang-orang yang dinilai telah kafir adalah ibadah[8].
Penentuan kafir mukminnya seseorang tidak lagi masuk wilayah politik, tetapi sudah memasuki wilayah teologi. Oleh karena itu khawarij merupakan aliran teologi pertama dalam Islam. Mengenai jumlah sekte dalam khawarij, ulama berpendapat Abu Musa Al-Asy’ary mengatakan lebih dari 20 sekte, Al-Baghdady berpendapat 20 sekte, Al-Syaristani menyebutkan 18 sekte, Muhammad Abu Zahra mengatakan 4 sekte sedangkan Harun nasution 6 sekte. Sekte-sekte khawarij pada umumnya dinisbahkan kepada para pendirinya.
Sebagian umat islam “khawatir” terhadap gagasan khawarij yang mengkafirkan Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin abi sufian, Abu Musa al-Asy’ari, Amr bin Ash. Oleh karena itu sebagian ulama bersifat netral secara politik dan tidak mau mengkafirkan para sahabat yang terlibat dan menyetujui tafkhim. Umat islam yang tergabung dalam kelompok itu dikenal dengan Murjiah.
Nama Murjiah berasal dari kata irja atau arja‘a yang bermakna penangguhan, penundaan dan pengharapan. Oleh karena itu Murjiah adalah Orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta pasukanya masing-masing ke hari kiamat kelak[9]. Dalam ajaran Murjiah orang yang Islam yang melakukan dosa besar tidak boleh dihukumi (ditentukan) kedudukannya dengan hukum dunia mereka tidak boleh ditentukan akan tinggal dineraka atau disurga. Kedudukan mereka ditentukan dengan hukum akhirat sebab bagi mereka perbuatan maksiat tidak merusak iman sebagaimana  perbuatan taat tidak bermanfaat bagi yang kufur. Di samping itu bagi mereka, Iman adalah pengetahuan tentang Allah secara mutlak, sedangkan kufur adalah ketidaktahuan tentang Tuhan secara mutlak. Oleh karena itu menurut Mur’jiah, iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang.
Selain dua aliran itu ada aliran yang mencoba menjelaskan mengenai kedudukan Tuhan dan manusia dengan penjelasan yang sangat berbeda. Menurut aliran pertama, manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Menurut paham ini, manusia memiliki kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Aliran ini kemudian dikenal dengan nama Qadhariyah karna memandang manusia memiliki kekuatan (qudrah) untuk menentukan perjalanan hidupnya dan mewujudkan perbuatannya.
Qadhariyah pertama kali dikenalkan oleh Ma’bad al-Juhani yang wafat terbunuh dalam melawan kekuasaan Bani Umayah dan Ghilan al-Daimasyqi. Ghilan mengajarkan ajaran Qadhariyah di Damakus, tetapi mendapat pertentangan dari ‘Umar bin Abd al-Aziz’ (Bani umayah)
Aliran kedua berpendapat sebaliknya, bahwa dalam hubungan dengan manusia, Tuhan Mahakuasa. Karena itu, Tuhanlah yang menentukan perjalanan hidup manusia dan yang mewujudkan perbuatannya. Menurut aliran ini manusia tidak memiliki kemerdekaan dalam menentukan perjalanannya hidupnya mereka hidup dalam keterpaksaan(jabbar). Aliran ini di kenal dengan nama Jabariyah. Ajaran ini pertama dikenalkan oleh Ja’ad bin Dirham, daerah penyebaranya adalah khurasa.
Selain itu ada aliran teologi Islam yang banyak menggunakan kekuatan akal sehingga mereka di gelari dengan nama ”kaum rasionalis Islam”[10]. Mereka di kenal dengan nama Muktazilah yang di sebarluaskan oleh Washil bin Atha’.
Ajaran pokok muktazilah adalah panca-panca atau pancasila muktazilah, Lima ajaranya adalah:
1.      Keesaan Tuhan (al-Tauhid)
2.      Keadilan Tuhan (al-‘adl)
3.      Janji dan ancaman (al-wa’d wa al-waid)
4.      Posisi di antara dua tempat (al-manzilah bain al-manzilatain)
5.      Amar makruf nahi Mungkar (al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy)
Imam al-Asy’ary adalah seorang penganut ajaran muktazilah selama 40 tahun yang menyatakan diri keluar dari muktazilah, setelah itu Ia mengembangkan ajaran yang merupakan counter terhadap gagasan muktazilah. Ajarannya dikenal dengan nama aliran ahl al-sunnah wa al-jama’ah. Ajaran pokok yang di kemukaan oleh al-Asy’ary adalah kemahakuasaan Tuhan yang keadilannya telah tercakup dalam kekuasaan-Nya. Suatu gagasan yang mirip dengan aliran jabariya. Para tokoh selanjutnya antara lain Imam abu Mansyur al-Maturidi pendiri aliran Maturidiyah yang ajarannya lebih dekat dengan muktazilah.
Imam al-Maturidi pengikutnya al-Badzawi, yang pemikiranya tidak selama sejalan dengan al-Maturidi. Maturidiyah dibagi dua yaitu: Maturidiyah samarkhan, yaitu pengikut al-Maturidi dan Maturidiyah Bukhara, yaitu pengikut al-Badzawi yang lebih dekat dengan ajaran al-Asy’ary.















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ibnu Taimiah, menjelaskan bahwa Din itu terdiri dari tiga unsur yaitu islam, iman, dan ihsan. Dalam 3 unsur itu terselip makna kesenjangan (tingkatan). Orang mulai dari islam, kemudian berkembang ke arah iman dan memuncak ke arah ihsan. Umat islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang trilogi ajaran ilahi kedalam 3 bidang pemikiran islam : Pertama, Iman dalam pemikiran teologi . kedua, persoalan islam dijelaskan dalam fikih. Ketiga, Ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya tasawuf.
Aliran fikih di bagi menjadi dua aliran pada zaman nabi Muhammad SAW. Dua aliran itu adalah Madrasat al-Madinah dan Madrasat al-Bagdhad. Selain itu ada aliran Tasawuf yaitu suatu aliran berupaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah. Yang terakhir adalah aliran kalam yang membahas teologi di masing-masing aliranya seperti Kelompok yang keluar dari barisan Ali ini di kenal dengan Khawarij, bersifat netral secara politik dan tidak mau mengkafirkan para sahabat yang terlibat dan menyetujui tafkhim dikenal dengan Murjiah, manusia memiliki kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Aliran ini dikenal dengan nama Qadhariyah, manusia tidak memiliki kemerdekaan dalam menentukan perjalanannya hidupnya mereka hidup dalam keterpaksaan(jabbar). Aliran ini di kenal dengan nama Jabariyah, aliran teologi Islam yang banyak menggunakan kekuatan akal Mereka di kenal dengan nama Muktazilah, dan terakhir adalah Maturidiyah yang di bagi 2 maturidiyah samarkan dan bukhoro.



[1] S (hal.150)
[2] Atang Abd.Hakim op cit, ,,,,,,,,,,,,, (hal:151)
[3] Atang Abd.Hakim op cit, ,,,,,,,,,,,,, (hal:160)
[4] Abudin Nata . METODOLOGI STUDI ISLAM . Jakarta . PT Raja Grafido persada . 2007 (hal:287)
[5] Abudin Nata , AKHLAK TASAWUF . Jakarta:PT raja grafindo persada .2006 (hal:181)
[6] Atang Abd.Hakim op cit, ,,,,,,,,,,,,, (hal : 162)
[7] Abudin Nata op cit ,,,,,,,,,, (hal : 233)
[8] Atang Abd.Hakim op cit, ,,,,,,,,,,,,, (hal : 154)
[9] Rosihon anwar dan Abdul rozak . Ilmu kalam . Bandung . cv pustaka setia . 2003 (hal : 56)
[10] Zuhri amat. Warna-warni teologi Islam(ilmu kalam). Pekalongan. Stain press. 2008 (hal:87)

Riwayat Hidup Penulis


Lampiran 2:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Untuk melengkapi skripsi ini, penulis melampirkan daftar riwayat hidup sebagai berikut:
1.    Identitas Pribadi
a.    Nama                                : IMAM SYAFI’I
b.    Jenis Kelamin                   : Laki-laki
c.    Tempat, Tanggal Lahir     : Pekalongan, 08 Februari 1989
d.   Agama                              : Islam
e.    Alamat                             : Jl. Jlamprang, Dese Krapyak, Kel. Krapyak
Kec. Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.
f.     Pendidikan                       :
1.        Pondok Pesantren al-Qur’an Manba’ul Huda, Pajomblangan, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Lulus Tahun 1994
2.        TK Manba’ul Huda, Pajomblangan, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Lulus Tahun 1994
3.        Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Roudlotul Muta’allimin, Krapyak Lor 5, Kota Pekalongan, Lulus Tahun 1998
4.        Madrasah Diniyah (Madin) Roudlotul Muta’allimin, Krapyak Lor 5, Kota Pekalongan, Lulus Tahun 2000
5.        Ponpes Ma’had al-Zaytun, Tahun 2002
6.        Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Islam Pekalongan, Kota Pekalongan, Lulus Tahun 2003
7.        Madrasah Diniyah (Madin) Dhiyaul Fatihin, Krapyak, Kota Pekalongan, Lulus Tahun 2006
8.        Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pekalongan, Kota Pekalongan, Lulus Tahun 2006
9.        Pondok Pesantren Miftahul Huda, Pesantunan, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Lulus Tahun 2010
10.    Balai Latihan Kerja (BLK) Teknisi Handphone (Hardwere dan Shoftwere), Bendan, Kota Pekalongan, Lulus Tahun 2010
11.    Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan, Masuk Tahun 2011
2.    Identitas Orang Tua
a.    Nama Ayah                      : ABDUL MALIK
b.    Nama Ibu                         : SUDARMI
c.    Pekerjaan                          : Buruh
d.   Agama                              : Islam
e.    Alamat                             : Jl. Jlamprang, Dese Krapyak, Kel. Krapyak
Kec. Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
                                                                          
Pekalongan, 15 April 2015

Yang membuat


IMAM SYAFI’I