Sabtu, 30 September 2017

Implementasi Pendidikan Akhlak



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan akhlak dalam Al-Qur’ân, salah satunya dapat diambil dari pemahaman terhadap surat al-Alaq ayat 1-5, yang secara tekstual menyatakan perbuatan Allah SWT. dalam menciptakan manusia sekaligus membebaskan manusia dari kebodohan.[1]
Akhlak menjadi sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, sudah tentu etika yang baik dan mulia (akhlaqul karimah). Mengingat dengan etika akan membentuk watak bangsa yang berkarakter dan memiliki jati diri. Pada masa Presiden Soekarno ketika itu, dalam setiap kesempatan senantiasa mengingatkan tentang arti pentingnya “nation and character building (pembangunan bangsa dan karakter)”, karena dengan memiliki karakter, suatu bangsa akan dihargai dan diperhitungkan oleh bangsa manapun di dunia ini.[2]
Akhlak yang juga merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT, antara hamba dengan sesama, dan antara hamba dengan lingkungan serta antara jiwa hamba dan raganya sendiri. Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak.
Dengan demikian, pendidikan akhlakul karimah merupakan suatu tindakan yang berhubungan dengan tiga unsur yang sangat penting, yaitu sebagai berikut:
1.         Kognitif, yang mana pengetahuan dasar manusia melalui potensi intelektualitasnya.
2.         Afektif, yang mana pengembangan potensi akal manusia melalui upaya menganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.
3.         Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional ke dalam bentuk perbuatan yang kongret.[3]
Ibn Maskawaih telah mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan adalah terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, yang disebutnya isabah al-khuluq as-syarif, yakni pribadi yang mulia secara substansial dan essensial, bukan kemuliaan yang terporal dan aksidental, seperti pribadi yang materialistis dan otokratis.[4]
Kemudian pendidikan akhlak yang dibangun secara terus-menerus akan lebih kuat mewujudkan tujuan kehidupan sosial meskipun dalam kenyataannya, kehidupan tidak berjalan mulus, selalu ada perilaku menyimpang, yaitu suatu perilaku yang diekspresikan oleh individu atau kelompok yang secara sadar atau tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku. Dengan cara mengawasi dan memperhatikan tingkah laku putra-putri dan anak didik yang menjadi tanggung jawab kita semua melalui penanaman tingkah laku yang baik secara lahir di lubuk hati mereka dan menjauhkan mereka dari tingkah laku yang tercela agar mereka menjadi orang yang terdidik dan beradab, yang berguna bagi nusa dan bangsa.[5]
Kepala madrasah MTs Nurul Islam menuturkan bahwa permasalahan pelajar dari hari ke hari mengalami peningkatan. Akhlak pelajar juga semakin menghawatirkan. Contohnya bolos sekolah padahal dari rumah pamit untuk berangkat sekolah tapi tidak sampai di sekolah, berani pada guru di sekolah, berkelahi antar teman, pengrusakan sarana prasarana sekolah dan pacaran. Banyak pula pelajar laki-laki dan perempuan berpegangan tangan padahal bukan muhrim, gaya berpakaian ala barat yang ketat serta memperlihatkan bentuk tubuh. Hal ini tidak sesuai dengan ajaran agama, terlebih hal berakhlak dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Kemudian pada awal observasi penelitian, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang berkenaan dengan akhlak antara lain: masih banyak pelajar yang bercanda dan bersenda gurau saat melaksanakan ibadah baik dalam melaksanakan shalat maupun berdo’a, tidak disiplin waktu dalam belajar, masih ada pelajar yang tidak rapi dalam berpakaian, masih ada pelajar yang tidak bisa menghormati teman sejawatnya, masih ada pelajar yang membuang sampah tidak pada tempatnya, masih banyak pelajar yang tidak ikut serta dalam perawatan tanaman bunga yang ada di lingkungan madrasah melainkan memetik bunga seenaknya sendiri.[7]
Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu guru mapel Ta’lim (akhlak dalam belajar) di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan mengatakan bahwa:
“banyak dari pelajar MTs Nurul Islam Krapyak yang belum dapat memahami dan mengaplikasikan isi kandungan akhlak pelajar yang ada.”[8]

Dari data di atas penulis akan meneliti tentang implementasi pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan, yang mana tesis ini sebagai kajian ilmiah di bidang pendidikan agama Islam yang lebih menekankan dalam hal tujuan, materi, metode, peran guru, teknik, media dan evaluasi pendidikan akhlak pelajar di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Bagaimana implementasi pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan ?
2.    Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses implementasi pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan ?
Dari masalah ini agar tidak terjadi kerancuan dalam peristilahan, maka diberikan pembatasan masalah, yaitu:
1.    Perencanaan (Tujuan, Materi, dan Metode)
a.    Tujuan
Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tanpa adanya tujuan, sang guru tidak memiliki kepastian dalam menentukan arah, target akhir, dan prosedur yang akan dilakukan. Semua tujuan baik yang umum maupun yang khusus itu berhubungan satu dengan yang lainnya.[9]
b.    Materi
Materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang dikonsumsi oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntunan perkembangan masyarakat. Bahan ajar yang diterima anak didik harus mampu merespon setiap perubahan dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan.[10]
c.    Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.[11]
2.    Pelaksanaan/Proses (Peran Guru, Teknik, dan Media)
a.    Peran Guru
Guru adalah pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang baik. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.[12]
b.    Teknik
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.[13]
c.    Media
Media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media berfungsi untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi.[14]
3.    Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu.[15]
C.      Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari beberapa permasalahan di atas, yaitu :
1.    Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kritis tujuan, materi, metode, proses dan evaluasi pendidikan akhlak  di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
2.    Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kritis faktor yang mendukung dan menghambat proses implementasi pendidikan akhlak  di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan agama Islam yang berkenaan dengan pendidikan akhlak dan sekaligus penambah hasanah perpustakaan perguruan tinggi.
Sedangkan Kegunaan penelitian ini adalah :
1.    Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, informasi dan cakrawala ilmu yang berkenaan dengan kependidikan sebagai referensi yang berupa bacaan ilmiah dan khususnya dalam hal pengajaran dan mengimplementasikan pendidikan akhlak .
2.    Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi penulis, para pemerhati pendidikan, baik kalangan pengajar maupun masyarakat dalam mendidik dan membina akhlak pelajar.
Lebih khususnya bagi guru aqidah akhlak dan ta’lim agar bisa menjadi bahan evaluasi untuk penerapan pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan. Sedangkan bagi madrasah, diharapkan bisa menjadi tolak ukur dalam upaya meningkatkan pendidikan akhlak pelajar di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
D.      Kajian Pustaka
Adapun penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan penulis lakukan di antaranya sebagai berikut:
1.    Penelitian yang dilakukan oleh Rohimin (2052113010) tahun 2015 dalam tesisnya yang berjudul: “Implementasi Pendidikan Akhlak di SMA Negeri 1 Comal Kabupaten Pemalang”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan datanya yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk pendidikan akhlak di SMA Negeri 1 Comal Kabupaten Pemalang terbagi menjadi dua yaitu terintegrasi dalam mata pelajaran PAI dan PKn serta dalam pembiasaan keteladanan para guru. Adapun materi pendidikan akhlaknya dengan membiasakan akhlak terpuji dan menghindari perilaku tercela serta membiasakan 3S (Senyum, Salam, dan Sapa). Sedangkan metode yang dipakai yaitu metode ceramah, tanya jawab, praktik, pembiasaan dan keteladanan. Kemudian evaluasinya dengan unjuk kerja dan tes tertulis serta peningkatan kedisiplinan melalui bimbingan konseling dan periksaan barang bawaan siswa.[16]
2.    Penelitian yang dilakukan oleh Musono (2052113008) tahun 2015 dalam tesisnya yang berjudul: “Pendidikan Akhlak Peserta Didik di MTs Muhammadiyah Batang”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan datanya yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data deskriptif dengan teknik berfikir induktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan akhlak di MTs Muhammadiyah Batang secara garis besar mencakup tiga sasaran yaitu akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap manusia dan akhlak terhadap lingkungan. Dalam pembentukan akhlak perlu adanya pendidikan Islam yang mengarahkan akhlak tersebut.[17]
3.    Penelitian yang dilakukan oleh Eri Hendri Kusumo dalam tesisnya yang berjudul: “Implementasi Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMAN 02 Kota Baru”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dikategorikan penelitian lapangan (field research). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah pengembangan potensi siswa, sebagai bekal berupa ketrampilan. Adapun nilai-nilai karakternya yaitu karakter disiplin, bertanggung jawab, dan bekerja sama. Nilai-nilai pada setiap kegiatan ekstrakurikuler secara psikologis sebagai hasil keterpaduan yaitu: olah hati, karakter yang dikembangkan berupa peduli lingkungan dan sosial, hidup sehat, disiplin, bertanggung jawab dan berjiwa Qur’ani.[18]
4.    Syarifah dalam tesisnya yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Dalam Kalangan Pelajar Sekolah Menegah Umum (SMU) di Kota Medan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak kalangan pelajar di Kota Medan ialah pemberian pendidikan agama yang cukup, peran ibu bapak, peranan media massa, dan mengisi waktu luang dengan perkara-perkara yang berfaidah.[19]
5.    Penelitian yang dilakukan oleh Naili Qurrotul Aina dengan judul; “Implementasi Pendidikan Akhlak Anak Di Kalangan Keluarga Karyawan Perempuan PT. MFI Pekalongan Di Desa Sidorejo Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang”, penelitian ini membahas tentang pendidikan akhlak dalam keluarga karyawan PT MFI Pekalongan dengan menggunakan metode pendekataan kepustakaan (library research) dan teknik pengumpulan datanya dengan wawancara, observasi dan dokumentasi, teknik analisisnya dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pendidikan akhlak yang dilakukan oleh keluarga karyawan PT. MFI Pekalongan terhadap anak dalam kehidupan sehari-harinya dengan tujuan selamat di dunia dan akhirat. Materi pendidikan yang diajarkan adalah membiasakan anak untuk sholat, puasa, berperilaku yang baik, jujur, suka tolong menolong, dan patuh kepada orang tua dan membuang sampah pada tempatnya.[20]
6.    Penelitian yang dilakukan oleh Uun Fatkhunaji dengan judul tesis; “Implementasi Pendidikan Akhlak untuk Anak dalam Keluarga Guru PNS Di Desa Pegandon Karangdadap Pekalongan”, penelitian ini membahas tentang pendidikan akhlak anak dalam keluarga guru PNS di desa Pegandon Karangdadap Pekalongan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode wawancara dalam pengambilan datanya. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya potret keberagaman guru PNS di Desa Pegandon di karangdadap pekalongan pada kategori cukup baik dan adanya peran orang tua dalam proses mengimplementasikan pendidikan akhlak di Desa Pegandong Karangdadap Pekalongan.[21]
7.    Penelitian yang dilakukan oleh Iliyaturrochimah dengan judul tesis; “Implementasi Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak Siswa MI Islamiyah Pretek Pecalungan Batang”, yang mengkaji tentang implementasi metode keteladanan dalam pendidikan akhlak siswa MI Islamiyah dengan pendekatan kualitatif yang memakai wawancara, observasi dan dokumentasi dalam pengambilan datanya. Hasil penelitian ini yaitu adanya penggunaan metode keteladanan yang dimulai dari dewan guru sebagai figur yang baik sehingga siswa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan MI Islamiyah Pretek Pecalungan.[22]
8.    Dalam jurnal pengajian umum bil.8 oleh Asmawati Suhid dengan judul; “Pengajaran Adab dan Akhlak Islam dalam membangunkan modal Insan”, yang mengkaji tentang kepentingan pendidikan Islam dan pemupukan akhlak di kalangan remaja yang merupakan pemangku peradaban ummah dan seterusnya untuk memberikan sumbangsih terhadap pembangunan modal insan dalam arti kata yang sebenarnya serta memberikan solusi dalam permasalahan yang timbul dengan pendekatan kualitatif yang memakai kajian pustaka dalam pengumpulan datanya. Hasil penelitian ini bahwa para guru khususnya guru pendidikan Islam yang merupakan agen moral dan role model kepada para pelajar hendaklah memberikan nilai akhlak dan memainkan peranan utama sebagai murabbi dan muaddib selain sebagai mu’allim dan mudarris. Selain itu, sang guru juga harus memperkuat aqidah atau iman dalam diri para pelajar.[23]
9.    Dalam jurnal al-Ta’dib vol. 10 no.1 oleh Agus Budiman dan Fahma Ismatullah dengan judul; “Penerapan Pendidikan Akhlak di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Darut Taqwa Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2014-2015” yang mengkaji tentang kegiatan-kegiatan dalam penerapan pendidikan akhlak, metode-metode dalam menerapkan pendidikan akhlak dan faktor pendukung serta penghambat dalam menerapkan pendidikan akhlak di SMP IT Darut Taqwa Jenangan Ponorogo dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang memakai wawancara, observasi dan dokumentasi dalam pengambilan datanya. Hasil penelitian ini bahwa kegiatan-kegiatan yang diterapkan antara lain halaqah, tarbawiyah, tahsin al-Qur’an, tahfidz, latihan pidato, kepramukaan, keputrian, kursus matematika, bahasa Inggris, sanggar Tari dan studi tour. Adapun metode yang diterapkan adalah melalui integrasi kurikuler; seperti metode ceramah, metode ketrampilan, metode diskusi, metode fungsi dan terintegrasi dalam ekstra kurikuler; seperti seni, permainan, dan study tour. Sedangkan faktor yang menjadi pendukung yaitu adanya lingkungan yang baik seperti masjid, perpustakaan dan lingkungan pesantren serta dorongan yang kuat dari para guru. Kemudian faktor penghambatnya antara lain; latar belakang siswa yang berbeda suku, kurangnya sarana dan prasarana, serta kurangnya kepahaman wali murid dalam pendidikan akhlak.[24]
10.    Dalam jurnal Pascasarjana UIN al-Raniry oleh Nisa Khairuni dengan judul; “Dampak Positif dan Negatif Sosial Media terhadap Pendidikan Akhlak Anak di SMP Negeri 2 Kelas VIII Banda Aceh”, yang mengkaji tentang dampak positif dan negatif sosial media terhadap pendidikan akhlak anak dengan pendekatan kualitatif yang memakai wawancara, observasi dan dokumentasi dalam pengambilan datanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak  positifnya yaitu anak dapat beradaptasi, bersosialisasi dengan publik dan mengelaola jaringan pertemanan serta membuat anak mudah menyelesaikan tugas-tugasnya, sedangkan dampak negatifnya dapat membuat kelalaian sehingga kurang displin dan malas, mudah menyontek, tidak sopan baik dalam berpakaian maupun berbicara, sering bertengkar seperti kekerasan, peperangan, membuat anak membolos sekolah dan menghabiskan uang jajan.[25]
Untuk memudahkan dalam memahami persamaan dan perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian penulis, maka dibuatlah tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Persamaan dan Perbedaan (Orisinalitas Penelitian)
No
Peneliti (Judul)
Persamaan
Perbedaan
1
Rohimin (Implementasi Pendidikan Akhlak di SMA Negeri 1 Comal Kabupaten Pemalang)
Tema tentang implementasi pendidikan akhlak pelajar, merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan yaitu dokumentasi, wawancara dan observasi.
Analisis data peneliti yaitu teknik deskriptif analisis kritis, sedangkan Rohimin memakai teknik analisis deskriptif kualitatif. Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalonga sedangkan Rohimin di SMA N 1 Comal. Fokus kajian peneliti yaitu implementasi (tujuan, materi, metode, proses dan evaluasi) pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Keapyak, sedangkan Rohimin fokus pada bentuk, materi, metode dan evaluasi pendidikan akhlak di SMA N 1 Comal.
2
Musono (Pendidikan Akhlak Peserta Didik di MTs Muhammadiyah Batang)
Tema penelitian tentang pendidikan akhlak peserta didik di MTs. Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan datanya juga sama.
Analisis data peneliti yaitu teknik deskriptif analisis kritis, sedangkan Musono memakai teknik analisis data deskriptif dengan teknik berfikir induktif. Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalonga sedangkan Musono di MTs Muhammadiyah Batang. Fokus kajian peneliti yaitu implementasi pendidikan akhlak sedangkan Syarifah fokus pada sasaran pembentukan akhlak di MTs.
3
Eri Hendro Kusumo (Implementasi Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMAN 02 Kota Baru)
Tema penelitian tentang implementasi pendidikan perilaku. Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif.
Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalonga sedangkan Eri Hendri Kusumo di SMA N 02 Kota Baru. Fokus kajian peneliti yaitu implementasi pendidikan akhlak sedangkan Eri Hendri Kusumo fokus pada Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler.
4
Syarifah (Faktor-Faktor  Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Dalam Kalangan Pelajar Sekolah Menegah Umum  (SMU) di Kota  Medan)
Tema penelitian tentang akhlak dalam kalangan pelajar. Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif.
Analisis data peneliti yaitu teknik deskriptif analisis kritis, sedangkan Syarifah memakai teknik analisis deskriptif kualitatif. Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalonga sedangkan Syarifah di Sekolah Menengah Umum (SMU) Kota Medan. Fokus kajian peneliti yaitu implementasi pendidikan akhlak sedangkan Syarifah fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pelajar SMU di Kota Medan.
5
Naili Qurrotul Aina dengan (Implementasi Pendidikan Akhlak Anak Di Kalangan Keluarga Karyawan Perempuan PT. MFI Pekalongan Di Desa Sidorejo Kecamatan Warungasem Kab. Batang)
Tema penelitian tentang pendidikan akhlak. Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Fokus kajian pada  implementasi pendidikan akhlak.
Analisis data peneliti yaitu teknik deskriptif analisis kritis, sedangkan Naili teknik analisisnya dengan teknik analisis deskriptif. Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalonga sedangkan Naili pada Kalangan Keluarga Karyawan Perempuan PT. MFI Pekalongan di Desa Sidorejo Kec. Warungasem Kab. Batang.
6
Uun Fatkhunaji (Implementasi Pendidikan Akhlak untuk Anak dalam Keluarga Guru PNS Di Desa Pegandon Karangdadap Pekalongan)
Tema penelitian tentang pendidikan akhlak. Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Fokus kajian pada  implementasi pendidikan akhlak.
Teknik pengumpulan data peneliti yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi sedangkan Uun dengan wawancara saja. Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalonga sedangkan Uun yaitu anak dalam keluarga guru PNS di Desa Pegandon Karangdadap Pekalongan.
7
Iliyaturrochimah (Implementasi Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak Siswa MI Islamiyah Pretek Pecalungan Batang)
Tema penelitian tentang pendidikan akhlak. Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi, interview dan observasi
Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan sedangkan Iliyatur di Siswa MI Islamiyah Pretek Pecalungan Batang. Fokus kajian peneliti yaitu implementasi pendidikan akhlak sedangkan Iliyatur fokus pada implementasi metode keteladanan dalam pendidikan akhlak siswa MI Islamiyah Pretek.
8
Asmawati Suhid (Pengajaran Adab dan Akhlak Islam dalam membangunkan modal Insan)
Tema penelitian tentang pendidikan akhlak. Jenis penelitian kualitatif.
Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
Jenis penelitian peneliti yaitu kualitatif lapangan, sedangkan Asmawati Suhid adalah kualitatif pustaka.
9
Agus Budiman dan Fahma Ismatullah (Penerapan Pendidikan Akhlak di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Darut Taqwa Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2014-2015)
Tema penelitian tentang penerapan pendidikan akhlak. Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan. Sedangkan Agus Budiman dan Fahma Ismatullah di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Darut Taqwa Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2014-2015.
Fokus kajian peneliti yaitu implementasi pendidikan akhlak meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, sedangkan Agus Budiman dan Fahma Ismatullah tentang kegiatan dalam penerapan pendidikan akhlak, metode-metode dalam menerapkan pendidikan akhlak dan faktor pendukung serta penghambat dalam menerapkan pendidikan akhlak di SMP IT Darut Taqwa Jenangan Ponorogo.
10
Nisa Khairuni (Dampak Positif dan Negatif Sosial Media terhadap Pendidikan Akhlak Anak di SMP Negeri 2 Kelas VIII Banda Aceh)
Tema penelitian tentang pendidikan akhlak.
Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Objek penelitian yang peneliti lakukan di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan. Sedangkan Nisa Khairuni di SMP Negeri 2 Kelas VIII Banda Aceh.
Fokus kajian peneliti yaitu implementasi pendidikan akhlak meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, sedangkan Nisa Khairuni tentang dampak positif dan negatif sosial media terhadap pendidikan akhlak anak SMP Negeri 2 Banda Aceh.
Sedangkan tesis yang penulis susun lebih pada implementasi pendidikan akhlak  di MTs Nurul Islam yang meliputi; perencanaan (tujuan, materi, metode), pelaksanaan (peran guru, teknik dan media), dan evaluasi dalam pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
E.       Kerangka Teoritik
1.    Kajian Teori
Menurut terminologi, akhlak sama dengan budi pekerti yang terdiri dari kata “budi” dan “pekerti”. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut dengan behaviour. Jadi, budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.[26]
Abuddin Nata salah seorang pakar pendidikan Islam, menjelaskan bahwa akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.[27]
Sementara Imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:[28]
الخلق عبارة عن هيئة فى النفس را سخة عنها تصدر الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر ورويّة عقلا وسرعا.
Artinya: “Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak menurut al-Ghazali mencakup dua syarat. Pertama, perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya. Lebih lanjut, Imam Ghazali menjelaskan bahwa akhlak bukanlah pengetahuan (Ma’rifah) tentang baik dan jahat, maupun kodrat (Qudrah) untuk baik dan buruk, bukan pula pengamalan (fi’il) yang baik dan jelek, melainkan suatu keadaan jiwa yang mantap.[29]
Selain itu menurut Ibn Miskawaih yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[30]
Adapun menurut Elizabeth B. Hurlock, akhlak adalah “Behaviour which may be called “true morality” not only conforms to social standarts but also is carried out voluntarily, it comes with the transition from external to internal authority and consist of conduct regulated from within.”[31]
Artinya:Tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat, tetapi juga dilaksanakan dengan suka rela, tingkah laku it terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) dan ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dalam diri.

Sedangkan teori pendidikan akhlak menurut Al-Khatib Al-Baghdadi; bahwa akhlak sebagai sesuatu yang sangat penting. Bahkan akhlak dijadikannya sebagai inti dan sekaligus identitas kehidupan.[32]
Kemudian aspek-aspek pendidikan menurut Ibn Taimiyah adalah; pertama, dilihat dari ruang lingkup belajar, tujuan pendidikan yang harus dirumuskan dalam tiga mantra capaian, yaitu kognitif (penguasaan ilmu), afektif (penguasaan akhlak), dan mantra psikomotorik (penguasaan ketrampilan). Kedua, dilihat dari segi pola mengajar.[33]
Agama  Islam mempunyai tiga cabang yang saling berkaitan, yaitu akidah, syariat, dan akhlak. Akhlak hendaknya menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya dengan makhluk-makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk, dan terhadap Tuhan.
Harkat manusia ditentukan oleh akhlaknya. Akhlak  yang  sudah membentuk menjadi kepribadian akan memberikan jati diri yang agung. Jati diri tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi perlu adanya langkah-langkah untuk mengukirnya.[34] Dalam berakhlak, manusia memiliki penggerak utama bagi kesadarannya, yaitu kesadaran yang membangkitkan seluruh potensial kreativitas manusia. Pembentukan akhlak manusia dalam kesadarannya ditopang oleh potensi akal atau rasio yang menggerakkan eleksitas perbuatan baik atau buruk.[35]
Hal ini dikarenakan, kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlak masyarakatnya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan bathinnya, begitu juga sebaliknya. Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik.Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.[36]
2.    Kerangka Berpikir
Menghadapi semua permasalahan tersebut peran orang tua dan guru sangatlah penting di samping kesadaran dari para pelajar itu sendiri. Sebagai orang tua, memberikan perhatian dan kasih sayang adalah suatu keharusan, karena anak tidak sekedar butuh materi tetapi juga perlindungan dan kasih sayang orang tua sebagai penggerak semangat dikala putus asa. Sedangkan guru adalah pendidik dan pembimbing bagi anak didiknya untuk memiliki budi pekerti dan akhlak yang baik, karena yang dibutuhkan pelajar tidak hanya butuh pelajaran dari gurunya tetapi juga keteladanan yang baik dari gurunya. Selain itu juga disebabkan  kelemahan generasi muda seperti kami ini yang tak banyak menguasai bahasa Arab. Sehingga tidak mampu membaca teks klasik yang sebenarnya terdapat banyak poin akhlak dalam kehidupan. Oleh sebab itu, pendidikan akhlak diperoleh dengan meneladani sifat Rasulullah karena beliau adalah uswatun khasanah. Perbaikan akhlak melalui beberapa tahap, yaitu takhalli (pengosongan diri dari sifat-sifat tercela), tahalli (pengisian diri dengan sifat-sifat terpuji), dan tajalli (mendekatkan diri pada Allah). Sehingga dalam hal ini, diperlukan seorang guru untuk membimbing murid dalam menapak jalan spiritual.[37]
Rounded Rectangle: NilaiSebagaimana yang dinukil oleh Sutarjo Adi Susilo dalam bukunya yang berjudul; Pembelajaran Nilai-Karakter, disebutkan bahwa skema hubungan nilai-nilai pendidikan akhlak/ nilai/ sikap, tingkah laku dan kepribadian seseorang menurut Yvon Ambroise:


 





Nilai menjadi acuan dalam menentukan sikap, dan sikap menjadi acuan dalam bertingkah laku.[38]
Melalui pendidikan akhlak yang diinternalisasikan di berbagai tingkat dan jenjang pendidikan, diharapkan krisis karakter bangsa ini bisa segera diatasi. Lebih dari itu, pendidikan akhlak sendiri merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Menurut pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003, disebutkan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.[39]
Oval: GuruUntuk memudahkan dalam memahami kerangka berpikir dari penelitian ini, penulis membuat bagan gambar sebagai berikut:


 



Oval: Prota, Promes, Silabus, RPP


Oval: KBM dengan Siswa


Oval: Evaluasi hasil KBM
Oval: Kepribadian seseorang/kelompok yang telah menjadi kebiasaan



Dalam bagan gambar tersebut seorang guru pada langkah awalnya yaitu melakukan perencanaan dengan membuat prota, promes, silabus, RPP yang didalamnya berisi materi, metode, media, dan komponen-komponen lain yang ada di konsep RPP tersebut. kemudian RPP itu dijadikan landasan dalam menyampaikan nilai-nilai pendidikan akhlak  sesuai dengan kondisi sehingga dapat meresap kepada pola sikap/kepribadian akhlak pelajar yang diaplikasikan dari keteladanan guru sehari-hari dan menjadikan kebiasaan akhlak yang baik, sungguhpun demikian seorang guru masih tetap melakukan evaluasi terhadap hasil implementasi.
F.       Metode Penelitian
Metode penelitian adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk melukukan kegiatan penelitian yang mencakup:
1.    Desain Penelitian
a.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan (field research), yang merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu, baik di lembaga dan organisasi kemasyarakatan maupun lembaga pemerintah, dengan cara mendatangi rumah tangga, perusahaan-perusahaan, dan tempat-tempat lainnya.[40]
Dalam hal ini berupaya untuk mendeskripsikan dan menganalisis kritis tujuan, materi, metode, proses dan evaluasi pendidikan akhlak dalam menyelesaikan persoalan akhlak pelajar di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
b.   Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yang merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami dan dilakukan di lapangan.[41] Dengan pendekatan tersebut, penulis akan mendapatkan suatu gambaran mengenai bagaimana tujuan, materi, metode, proses dan evaluasi pendidikan akhlak  di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan serta faktor yang mendukung maupun menghambat implementasinya.
2.    Sumber Data Penelitian
a.    Sumber Data Primer
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran aqidah akhlak dan mapel Ta’lim (Tanbīhul Muta’allim) serta  peserta didik di MTs Nurul Islam Krapyak.
b.   Sumber Data Sekunder
Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain; kepala madrasah, wakasek kurikulum, wakasek pengembangan dan sapras, wakasek kesiswaan, guru PKn, guru BK, kepala TU dan Stafnya di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
3.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, data yang terkumpul digunakan sebagai bahan analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:


a.    Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari  dokumen-dokumen seperti buku-buku yang ada di perpustakaan. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan gambaran umum MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan seperti tentang sejarah berdirinya, profil, struktur organisasi, data pendidik Ta’lim, data pelajar, sarana prasarana dan foto-foto kegiatan pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
b.   Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan mengamati peran guru dalam kegiatan pendidikan akhlak dan aktivitas akhlak peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas yaitu lingkungan madrasah MTs Nurul Islam sehingga mengahsilkan data yang valid.
c.    Metode Wawancara
Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data di antaranya; tujuan, materi, metode, proses, dan evaluasi pendidikan akhlak, serta faktor yang mendukung dan menghambat implementasi pendidikan akhlak  di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan, yang mana metode ini pada pelaksanaannya ditujukan kepada guru mata pelajaran aqidah akhlak dan mapel Ta’lim (Tanbīhul Muta’allim), peserta didik serta kepala madrasah, wakasek kurikulum, wakasek pengembangan dan sapras, wakasek kesiswaan, guru PKn, guru BK, kepala TU dan Stafnya di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
4.    Teknik Analisis Data
Dalam hal ini, teknik analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif analisis kritis, yang menekankan analisisnya dalam bentuk kata-kata, subyek maupun tertulis pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta hubungan antara fenomena yang di amati. Dari penelitian ini akan diperoleh suatu data deskriptif yang menggambarkan suatu karakteristik mengenai bidang tertentu.[42]
Pengumpulan Data
 
Dalam hal ini, penulis menggunakan model Hubberman dan Matthew Miles yang dikutip oleh Anis Fuad dan Kandung Sapto yang menjelaskan bahwa terdapat tiga hal utama dalam analisis data kualitatif secara interaktif, yakni reduksi data (proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan), penyajian data (sekumpulan informasi tersusun yang memungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan menjadi sebuah siklus), dan verifikasi (penarikan kesimpulan).[43] Untuk memudahkan dalam memahami model tersebut, dapat disimpulkan melalui skema di bawah ini:








 






5.    Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid, realible dan objektif.[44] Untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, yaitu dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, atau membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.[45]
Triangulasi ini dilakukan peneliti untuk membuktikan apakah benar hasil pengamatan yang diperoleh tentang implementasi pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan dan apakah informasi yang diberikan informan memang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Dalam hal penelitian ini dapat dicapai dengan jalan antara lain:
a.    Membandingkan data hasil pengamatan kondisi lapangan di MTs Nurul Islam Krapyak dengan data hasil wawancara narasumber
b.    Membandingkan apa yang dikatakan narasumber di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
c.    Membandingkan hasil wawancara narasumber dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

G.      Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan tesis ini terdiri dari lima bab dan dari setiap bab dibagi menjadi sub-sub bab. Untuk lebih jelasnya penulis kemukakan sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Pendidikan akhlak, yang meliputi: pengertian pendidikan akhlak, sumber-sumber pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak, urgensi pendidikan akhlak, macam-macam pendidikan akhlak; dan Langkah-langkah implementasi pendidikan akhlak, yang meliputi: konsep takhalli (pengosongan diri dari sifat-sifat tercela), konsep tahalli (pengisian diri dengan sifat-sifat terpuji), dan konsep tajalli (mendekatkan diri pada Allah); serta konsep pendidikan akhlak tokoh-tokoh modern; kemudian hubungan pendidikan akhlak terhadap spiritualisme, sikap, pengetahuan dan skill peserta didik.
Bab III Implementasi pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan, sub bab pertama membahas tentang Gambaran Umum MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan  yang meliputi; sejarah berdirinya, profil, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan pendidik dan peserta didik serta sarana dan prasarana MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan, sub bab kedua tentang Implementasi pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam yang meliputi; perencanaan (tujuan, materi dan metode), pelaksanaan (proses) yang meliputi: peran guru dalam pendidikan akhlak, teknik dalam pendidikan akhlak dan media dalam pendidikan akhlak serta hasil evaluasi dalam pendidikan akhlak selama penerapan pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan, sub bab ketiga tentang faktor yang mendukung dan menghambat implemetasi pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam, yang meliputi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pendidikan akhlak.
Bab IV Analisis implementasi pendidikan akhlak di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan yang meliputi; analisis perencanaan (tujuan, materi dan metode), analisis pelaksanaan (proses yang meliputi peran guru, teknik dan media dalam pendidikan akhlak), dan analisis hasil evaluasi dalam penerapan pendidikan akhlak  di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan, serta analisis faktor yang mendukung dan menghambat proses penerapan pendidikan akhlak  di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan.
Bab V Penutup merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.


[1] Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 16.
[2] Istighfarotur Rahmaniyah, Pendidikan Etika (Konsep Jiwa dan Etika Perspektif Ibnu Miskawaih dalam Kontribusinya di bidang Pendidikan), (Malang : Aditya Media, 2010), hlm. 2-4.
[3] Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, op., cit., hlm. 7.
[4] Ibn Maskawaih, “Tahzib”, … hlm. 3. Dalam Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004). hlm. 282.
[5] Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, op., cit., hlm. 152.
[6] Mislailatun Nikmah, Kepala MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan, Wawancara, (Pekalongan, 23 Juli 2016).
[7] Kondisi Akhlak Peserta Didik di Mushalla Nurul Islam, di ruang kelas saat belajar, dan di area liangkungan MTs Nurul Islam, Observasi, (Pekalongan, 25 Juli 2016).
[8] Safruddin, Guru Mapel Ta’lim di MTs Nurul Islam Krapyak Pekalongan, Wawancara, (Pekalongan, 23 Juli 2016).
[9] Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hlm. 13.
[10] Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, ibid, hlm. 14.
[11] Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, ibid, hlm. 15.
[12] Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, ibid, hlm. 123.
[13] Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 7.
[14] Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, ibid, hlm. 67.
[15] Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, ibid, hlm. 17.
[16] Rohimin, “Implementasi Pendidikan Akhlak di SMA Negeri 1 Comal Kabupaten Pemalang,” Tesis Magister Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2015), hlm. iv.
[17] Musono, “Pendidikan Akhlak Peserta Didik di MTs Muhammadiyah Batang,” Tesis Magister Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2015), hlm. v.
[18] Eri Hendro Kusumo, “Implementasi Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMAN 02  Kota Baru,” Tesis Magister Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Malang, ), hlm. xii.
[19] Syarifah,Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembentukan akhlak dalam Kalangan Pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU) di Kota Medan,” Tesis, (Malaysia: Universiti Utara Malaysia, Kedah Darul Aman, 2011), hlm. 114.
[20] Naili Qurrotul Aina, “Implementasi Pendidikan Akhlak Anak Di Kalangan Keluarga Karyawan Perempuan PT MFI Pekalongan Di Desa Sidorejo Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang,” Tesis Magister Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2014), hlm. ix.
[21] Uun Fatkhunaji, “Implementasi Pendidikan Akhlak untuk Anak dalam Keluarga Guru PNS Di Desa Pegandon Karangdadap Pekalongan,” Tesis Magister Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2015), hlm. x.
[22] Iliyaturrochimah, “Implementasi Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak Siswa MI Islamiyah Pretek Pecalungan Batang,” Tesis Magister Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2015), hlm. ix.
[23] Asmawati Suhid, “Pengajaran Adab & Akhlak Islam dalam membangun Modal Insan”, Jurnal Pengajian Umum Bil. 8, (Malaysia, Universiti Putra Malaysia), hlm. 167-177.
[24] Agus Budiman dan Fahma Ismatullah, “Penerapan Pendidikan Akhlak di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Darut Taqwa Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2014-2015”, Jurnal al-Ta’dib vol. 10 no.1, (Ponorogo: Universitas Darussalam Gontor, 2015), hlm. 157-159.
[25] Nisa Khairuni, “Dampak Positif dan Negatif Sosial Media terhadap Pendidikan Akhlak Anak di SMP Negeri 2 Kelas VIII Banda Aceh”, Jurnal Pendidikan, (Banda Aceh: Pascasarjana Universitas UIN al-Raniry, Tt), hlm. 91.
[26] Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), hlm. 26.
[27] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 5.
[28] Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Juz III, (Beirut : Dar Ihya al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), hlm. 58.
[29] Muhammad Abul Quasem, Kamil, Etika Al-Ghazali, Etika Majemuk Di Dalam Islam, terj. J. Muhyidin, (Bandung : Pustaka, 1975), hlm. 81-82.
[30] Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, op., cit., hlm. 14.
[31] Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Edisi IV, (Kugllehisa: Mc. Grow Hill, 1978), hlm. 386.
[32] Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hlm. 297.
[33] Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, ibid, hlm. 298.
[34] Achmad Mubarok dan Syamsul  Yaqin, Akhlak  Mulia Mengukir Jati Diri, (Bandung. PT. Imperial Bhakti Utama, 2011), hlm. iii.
[35] Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, op., cit., hlm. 226.
[36] M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 1.
[37] Cahya Sabiq Dhul Fahmihaq, “Pemikiran Imam al-Ghazali tentang pendidikan akhlak dan relevansinya dengan pendidikan akhlak di Era Modern,” Tesis Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2015), hlm. 12.
[38] Sutarjo Adi Susilo, Pembelajaran Nilai-Karakter, Op, Cit., hlm. 69.
[39] Agus Wibowo, Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 19.
[40] Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 31.
[41] Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, ibid., hlm. 89.
[42] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, op., cit., hlm. 5.
[43] Anis Fuad dan Kandung Sapto, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 63-64.
[44]  Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hlm. 363.
[45]  Moleong, Lexy J, Ibid. hlm: 179