Sabtu, 09 Mei 2015

SKRIPSI BAB 1


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT. (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, atau etika yang ditawarkan oleh barat, namun banyak juga kelemahan dan kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas.
Sebagaimana pengertian akhlak yang telah dinukil oleh Muchson dan Samsuri, bahwa Al-Ghazali mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.[1]
Dalam buku yang berjudul dasar-dasar pendidikan moral oleh Muchson dan Samsuri disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.[2] Jadi, akhlak itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Kemudian, pendidikan adalah semua yang dilakukan oleh kita dan oleh orang lain untuk kepentingan kita agar mencapai karakteristik yang sempurna.[3]
Sedangkan dalam bahasa Arab dan nash-nash Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dijelaskan bahwa pendidikan adalah sebuah sistem sosial yang menetapkan pengaruh adanya efektif dari keluarga dan sekolah dalam membentuk generasi muda dari aspek jasmani, akal, dan akhlak.[4]
Pendidikan akhlak mulia yang ditawarkan oleh Islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi kerancuan di dalamnya. Karena, berasal langsung dari Al-khaliq (sang pencipta) Allah SWT. yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW. Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadits) kepada umatnya. Rasulullah SAW. sebagai uswah (panutan), qudwah (tauladan) dan manusia terbaik yang selalu mendapatkan tarbiyah (pendidikan) langsung dari Allah melalui malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu dan berhasil mencetak para sahabat menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki izzah (kemuliaan) di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah SWT.[5]
Kitab Tanbihul Muta’allim adalah karya Kiyai Ahmad Maisur Sindi At-Thursidi dari Purworejo pada tahun 1997, yang diterbitkan oleh Karya Toha Putra di Semarang. Kitab ini disediakan dan disesuaikan untuk pelajar atau peserta didik pada umumnya agar pelajar selamat dalam belajarnya ke arah cita-cita yang mulia.
Kitab yang berupa antologi puisi Bahasa Arab sebanyak 56 bait ini merupakan kuliah akhlak guru beliau; Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Jawa Timur. Kitab ini berisi pendidikan akhlak seorang pelajar dalam menuntut ilmu yang telah diklasifikasi menjadi beberapa bab secara spesifik antara lain : adab pelajar sebelum hadir dalam majlis ilmu (tempat mencari ilmu), adab pelajar di tempat belajar, adab pelajar setelah selesai dari belajar, adab pelajar yang berkenaan dengan dirinya sendiri baik jiwa maupun raga, adab pelajar terhadap kedua orang tua, adab pelajar terhadap guru, adab guru terhadap ilmu.[6]
Dari itulah penulis ingin mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak yang ditawarkan oleh Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi dalam kitab Tanbihul Muta’allim secara mendalam, yang mana skripsi ini sebagai kajian ilmiah di bidang pendidikan agama Islam dengan judul : “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi”. Penulis akan melakukan penelitian ini dengan alasan sebagai berikut :
1.    Kitab ini memuat nilai-nilai pendidikan akhlak pencari ilmu secara singkat.
2.    Isi kitab ini disajikan dalam bentuk nadzam berbahasa arab sebanyak 56 bait.
3.    Penulisan isi kitab ini dengan menggunakan kalimat yang sederhana sehingga mudah dihafal dan dipahami oleh pelajar.
4.    Kitab ini sudah banyak digunakan di berbagai lembaga pendidikan seperti MTs Nurul Islam Pekalongan dan ponpes al-Hadi Pekalongan serta lembaga pendidikan non formal yang lain.
5.    Kitab ini sudah banyak diperjual belikan di toko-toko buku seperti daerah Purworejo, Pekalongan, Semarang dan sekitarnya.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :
1.    Bagaimana konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi ?
2.    Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi ?
Dari masalah ini agar tidak terjadi kerancuan dalam peristilahan, maka diberikan penegasan istilah, yaitu:
1.    Nilai-nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa kata nilai berarti banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.[7] Sedangkan nilai dalam bahasa Inggrisnya adalah value, berasal dari kata valere dalam bahasa Latin atau valoir dalam bahasa Prancis Kuno, yang biasa diartikan sebagai ‘harga’, ‘penghargaan’, atau ‘taksiran’. Maksudnya adalah harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan pada sesuatu.[8]
Nilai-nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang melekat atau terkandung dalam kitab Tanbihul Muta’allim yang berkenaan dengan akhlak bagi seorang pencari ilmu atau orang yang sedang belajar tentang suatu ilmu, baik ilmu Agama maupun ilmu yang berkenaan dengan urusan dunia.
2.    Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa kata pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik.[9]
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[10]
Pendidikan yang dimaksud ini yaitu nilai suatu konsep yang digunakan sebagai proses untuk mengubah sikap dan tata laku seorang pencari ilmu atau pelajar sehingga mampu mendewasakan dirinya dalam hidup dan bersosial pada saat melakukan pencarian suatu ilmu demi mendapatkan kemuliaan yang setinggi-tingginya.
3.    Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa kata akhlak berarti budi pekerti, kelakuan.[11] Secara singkat, definisi akhlak dalam bahasa Arab mempunyai arti perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik atau agama.[12]
Akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini ialah akhlak atau karakter yang terbentuk atas dasar prinsip ketundukan, kepasrahan dan kedamaian sehingga mampu tertanam di dalam jiwa para pencari ilmu.
4.    Kitab Tanbihul Muta’allim
Kitab ini adalah karya Ahmad Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang diterbitkan oleh Karya Toha Putra di Semarang. Kitab ini disediakan dan disesuaikan untuk pelajar atau peserta didik pada umumnya agar pelajar selamat dalam belajarnya ke arah cita-cita yang mulia. Adapun nazam yang ada di dalam kitab itu hanya menazamkan dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur.
Dari penegasan istilah tersebut, maka yang dimaksud dari judul “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi” adalah menelaah secara mendalam tentang pemikiran Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi dari Purworejo yang berkenaan dengan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim.
C.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari beberapa permasalahan di atas, yaitu :
1.    Untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim.
2.    Untuk mengetahui relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan agama Islam dan sekaligus penambah hasanah perpustakaan perguruan tinggi.
D.  Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1)   Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan cakrawala ilmu yang berkenaan dengan kependidikan sebagai referensi yang berupa bacaan ilmiah.
2)   Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para pemerhati pendidikan, baik kalangan pengajar, maupun masyarakat dalam mendidik, membina dan mengembangkan tingkat pendidikan akhlak seorang pelajar atau pencari ilmu dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelajar atau pencari ilmu terhadap Agama, Bangsa dan Negaranya.
E.  Tinjauan Pustaka
a.    Analisis Teori
Dalam kehidupan sehari-hari istilah etika, moral, norma, akhlak, budi pekerti, dan nilai sering tidak dibedakan secara jelas sehingga terjadi kerancuan dalam penalaran.[13]
Kemudian istilah pendidikan nilai, moral, etika, akhlak dan budi pekerti dalam pandangan masyarakat pada umumnya sering dicampuradukkan. Hal ini terwakili dalam buku pembelajaran nilai-karakter yang dinukil oleh Sutarjo Adisusilo bahwa Brian Hill telah mengatakan: “When people talk about ‘values education’, they are usually talking about moral, religius beliefs, values and ethics.” Kerancuan pengertian tersebut dapat dimengerti karena nilai, moral, etika, akhlak, budi pekerti bahkan karakter dalam kehidupan sehari-hari memang sering digunakan dalam pengertian yang hampir sama. Hal tersebut dapat dipahami sebab unsur dasar dalam setiap istilah tersebut saling bersinggungan satu sama lain dan batasnya amat tipis.[14]
Adapun pendidikan nilai yang dinukil oleh Sutarjo Adisusilo dalam buku yang berjudul pembelajaran nilai-karakter menurut Thapar: “Value education is education in values and education toward the inclucation of values.[15]
Sebagaimana yang dinukil oleh Sutarjo Adisusilo bahwa Hill mengatakan: pendidikan nilai harus mampu membuat peserta didik menguasai pengetahuan yang berakar pada nilai-nilai tradisionalnya yang mampu menolong menghadapi nilai-nilai modern, berempati dengan persepsi dan perasaan orang-orang yang tradisional, mengembangkan ketrampilan kritis dan menghargai nilai-nilai tersebut, mengembangkan diri sehingga berketrampilan dalam membuat keputusan dan berdialog dengan orang lain dan akhirnya mapu mendorong peserta didik untuk berkomitmen pada masyarakat dan warganya.[16]
Kemudian Sutarjo Adisusilo menukil kalimat dari Lickona yang merumuskan tujuan pendidikan nilai adalah sebagai: “education has had two great goals: to help young people become smart and to help  them become good.”[17]
Sebagaimana yang telah dinukil oleh Sutarjo Adisusilo dalam bukunya pembelajaran nilai-karakter mengatakan bahwa pencetus pendidikan karakter yang pertama yaitu pedagogi Jerman yang bernama F.W. Foerster beliau menyebutkan karakter adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi, karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah.
Sedangkan ahli pendidikan nilai Darmayati Zuchdi yang dinukil oleh Sutarjo Adisusilo bahwa memaknai watak (karakter) sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan dan kematangan moral seseorang.[18]
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlak masyarakatnya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan bathinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan bathinnya.
Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.[19]
Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.[20]
Akhlak yang mulia dalam agama Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban, menjauhi segala larangan-larangan, memberikan hak kepada Allah, Makhluk, sesama manusia dan alam sekitar dengan sebaik-baiknya.[21]
b.   Penelitian Terdahulu
Adapun pada penelitian terdahulu tidak ada yang membahas secara khusus tentang konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim, akan tetapi yang ada dalam skripsi hanya membahas konsep belajar dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim dan relevansi antara konsep belajar dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim dengan teori pendidikan masa kini (modern). Skripsi terdahulu ini disusun oleh Muhammad Anas, Jurusan Tarbiyah PRODI Pendidikan Agama Islam STAI PANA (Pancawahana) Bangil.
Kemudian dalam penilitian yang lain yaitu membahas nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Abyan al-Hawaij (karya K.H. Ahmad Rifai). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dan karakteristik pendidikan akhlak dalam kitab Abyan Al- Hawaij. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Abyan Al-Hawaij sangat selaras dengan nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Islam walaupun lebih unik karena lebih condong pada ajaran yang bersifat pendekatan kepada Allah SWT. dan taswuf. skripsi ini disusun oleh Dwi Noviyanti dengan NIM: 232 03 041 tahun 2005 Jurusan Tarbiyah PRODI PAI STAIN Pekalongan.[22]
Setelah itu dalam penelitian yang lain membahas apa dan bagaimana pendidikan akhlak itu?. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib Lutfi bin Yahya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib Lutfi bin Yahya yang mana intisari dari ajarannya bermuara pada adab sangat relevan jika diaplikasikan dalam mengoptimalkan pendidikan akhlak yang tujuan utamanya pada sikap dan tingkah laku mulia terutama pada anak didik, serta dapat dijadikan bimbingan konseling di sekolah atau madrasah dan perguruan tinggi untuk mencapai kesempurnaan akhlak. skripsi ini berjudul nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib Lutfi bin Yahya, disusun oleh Slamet Wahyudi tahun 2013 Jurusan Tarbiyah PRODI PAI STAIN Pekalongan.[23]


c.    Kerangka Berfikir
Menurunnya moral bangsa antara lain disebabkan minimnya figur panutan dan kelemahan generasi muda seperti kami ini yang tak banyak menguasai bahasa Arab. Sehingga tidak mampu membaca teks klasik yang sebenarnya terdapat banyak poin etika dalam kehidupan.
Sebagai alternatif yang bersifat preventiv, pendidikan diharapakan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa ini dalam berbagai aspek, serta dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
Kepribadian seseorang/ kelompok
Pola Sikap
Pola tingkah laku
Di bawah ini adalah skema hubungan nilai-nilai pendidikan akhlak/ nilai/ sikap, tingkah laku dan kepribadian seseorang menurut Yvon Ambroise:
Nilai
 


Nilai menjadi acuan dalam menentukan sikap, dan sikap menjadi acuan dalam bertingkah laku.[24]
Melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan di berbagai tingkat dan jenjang pendidikan, diharapkan krisis karakter bangsa ini bisa segera diatasi. Lebih dari itu, pendidikan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Menurut pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003, disebutkan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 ini, dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas namun juga, berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.[25]
F.   Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara/ jalan yang dipakai untuk melakukan kegiatan penelitian yang mencakup :
1.    Jenis dan Pendekatan Penelitian
a.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian karya ilmiah ini yaitu jenis penelitian pustaka (library research). Kajian pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan bacaan mencakup buku-buku, teks jurnal, majalah-majalah ilmiah dan hasil penelitian yang terkait dengan judul karya ilmiah ini.[26]
Dengan demikian, pembahasan dalam skripsi ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka terhadap buku-buku karya Ahmad Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

b.   Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis. Bagdan dan Taylor, sebagaimana dikutip Moelong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dan perilaku yang dapat diamati.[27]
Adapun pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.[28]
Jadi penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Setelah gejala, keadaan, variabel dan gagasan dideskripsikan, kemudian dianalisis secara kritis dengan upaya melakukan studi perbandingan atau hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.[29]
Pendekatan ini digunakan karena pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara kritis terhadap suatu permasalahan yang dikaji oleh peneliti yaitu tentang “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi”.
2.    Sumber Data
a.    Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber utama.[30]
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi dari Purworejo (Semarang: Karya Thoha Putra, 1997) yang menjelaskan isi nazam yang dinukil dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b.   Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pendukung.[31]
Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain Adabul ‘Alim Wal Muta’allim karya al-Syeik Hasyim ‘Asy’ari al-Janbani, Ta’limul Muta’allim karya al-Zarnuji, terjemah Ta’limul Muta’allim karya Abu Aufa al-Dimawi, Etika Menuntut Ilmu terjemah Ta’limul Muta’allim dengan penerjemah Achmad Sunarto, Alala karya Muhammad Abu Bisyri al-Dimawi, Taisirul Khalaq Fi ‘Ilmil Akhlaq karya Hafidz Hasan al-Mas’udi, Adabud Dunya Waddin karya Abi Hasan ‘Ali bin Muhammad dan  kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo serta buku-buku lain yang berkenaan dengan penelitian ini.
3.    Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan datanya menggunakan cara dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa  catatan transkrip, buku, agenda dan sebagainya.[32] Metode ini  digunakan   untuk  mengumpulkan  data-data  yang  berkaitan dengan  kajian  yang  berasal  dari  dokumen-dokumen seperti buku-buku yang ada di perpustakaan maupun kitab-kitab yang menjadi rujukan dari penulisan kitab Tanbihul Muta’allim.
Pengumpulan data baik primer maupun sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan membaca, memahami, mengidentifikasi, menganalisis dan membandingkan sumber satu dengan yang lain, yang terdapat dalam sumber data. Setelah terkumpul lalu diklasifikasikan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam bab-bab tertentu untuk mempermudah analisis data.[33]
4.    Metode Analisis Data
Sesuai dengan jenis dan sifat data yang yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik analis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analisys) yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan melakukan berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian ditarik kesimpulan sehingga dapat digeneralisasikan menjadi sebuah teori, ide, atau sebuah gagasan baru.[34]
Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrohman, mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.[35]
Artinya, data yang kualitatif tekstual yang diperoleh dikategorikan dengan memilih data sejenis kemudian data tersebut dianalisa secara kritis untuk mendapatkan suatu informasi. Analisis isi (content analisys) dipergunakan dalam rangka untuk menarik kesimpulan yang sahih dari kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo dan buku-buku lain yang berkenaan dengan penelitian ini.
Adapun langkah-langkahnya adalah dengan menseleksi teks yang akan diselidiki, menyusun item-item yang spesifik, melaksanakan penelitian, dan mengetengahkan kesimpulan.
G.  Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab dan dari setiap bab dibagi menjadi sub-sub bab. Untuk lebih jelasnya penulis kemukakan sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Teori-teori pendidikan akhlak meliputi pengertian pendidikan dan akhlak, urgensi pendidikan akhlak, macam-macam pendidikan akhlak, dan metode-metode pendidikan akhlak.
Bab III Konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim meliputi biografi kyai Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi dari Purworejo, nilai-nilai pendidikan akhlak dalm kitab Tanbihul Muta’allim meliputi latar belakang penyusunan kitab Tanbihul Muta’allim, kandungan umum pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim.
Bab IV Analisis tentang konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dan analisis relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi.
Bab V Merupakan bab terakhir atau penutup yang berisi tentang simpulan dan saran-saran.












[1] Muchson dan Samsuri, Dasar-Dasar Pendidikan Moral, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 1.
[2] Muchson dan Samsuri, op., cit., hlm. 26-27.
[3] Muchson dan Samsuri, ibid, hlm. 22.
[4] Muchson dan Samsuri, op., cit., hlm. 25.
[5] Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm.9.
[6] Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi, Tanbihul Muta’allim, (Semarang: Karya Toha Putra, 1997), hlm. 32.
[7] Ebta Setiawan, KBBI- Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI Offline Versi 1.5, Freewere, 2010.
[8] Muchson dan Samsuri, op., cit., hlm. 21.
[9] Ebta Setiawan, op., cit.,
[10] Agus Wibowo, Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 17.
[11] Ebta Setiawan, op., cit.,
[12] Agus Wibowo, ibid,. hlm. 27.
[13] Sutarjo Adi Susilo, Pembelajaran Nilai-Karakter (Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 53.
[14] Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 69.
[15] Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 70.
[16] Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 71.
[17] Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 72.
[18] Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 77.
[19] M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 1.
[20] Husain Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar, (Surabaya: Assegaf, tt), hlm. 87.
[21] M. Yatimin Abdullah, op., cit., hlm. 2.
[22] Dwi Noviyanti, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Abyan Al-Hawaij (Karya K.H. Ahmad Rifai), Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2005).
[23] Slamet Wahyudi, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Pemikiran Habib Lutfi Bin Yahya”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013).
[24] Sutarjo Adi Susilo, op., cit., hlm. 69.
[25] Agus Wibowo, op., cit., hlm. 19.
[26] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT. Renika Cipta, 1993), hlm. 311.
[27] Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1989), hlm. 3.
[28] Mudji Santoso, Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI, dalam Imron Arifin (ed), Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang : Kalimasahada, 1996), hlm. 13.
[29] Suharsimi Arikunto, op., cit., hlm. 310.
[30] Sarifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 91.
[31] Sarifuddin Azwar, ibid., hlm. 91.
[32] Suharsimi Arikunto, op., cit., hlm. 108.
[33] Winarno Surachmad, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1993), hlm. 193.
[34] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989), hlm. 47.
[35] Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: PT, Rineka Cipta, 1999) hlm. 13.