Konsep
Pendidikan
(Hadits
tentang terpecahnya Umat
Islam menjadi 73 Golongan)
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Studi Hadits Integratif
Dosen Pengampu : Dr. Zawawi, M.A.
Disusun
oleh:
Nama : Imam Syafi’i
NIM : 2052115026
PASCA SARJANA - PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAIN) PEKALONGAN
2015
Konsep Pendidikan
(Hadits tentang
terpecahnya Umat Islam menjadi 73 Golongan)
Perpecahan
Umat
Hadits
Pertama
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
حَدَّثَنَا مُحْمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَفَرَّقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً[1]
Artinya:
(IBNUMAJAH - 3981) : Telah menceritakan kepada
kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Bisyr telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari
Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Orang-orang Yahudi akan terpecah menjadi tujuh puluh satu
golongan dan ummatku akan terpecah menajadi tujuh puluh tiga golongan."
Hadits Penguat
حَدَّثَنَا
وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ عَنْ خَالِدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى
إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتْ النَّصَارَى عَلَى
إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى
ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً[2]
Artinya:
Telah
menceritakan kepada kami Wahb bin Baqiyyah dari Khalid dari Muhammad bin Amru
dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu atau
tujuh puluh dua golongan, Nashara terpecah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh
puluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga
golongan."
وَبِإِسْنَادِهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى
إِحْدَى أَوْ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى
ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً[3]
Artinya:
Masih
melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits sebelumnya, dan dengan
sanadnya, dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Bersabda: "Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu atau dua golongan, dan
ummatku terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan."
حَدَّثَنَا
حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ أَبِي هِلَالٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ بَنِي
إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَهَلَكَتْ
سَبْعُونَ فِرْقَةً وَخَلَصَتْ فِرْقَةٌ وَاحِدَةٌ وَإِنَّ أُمَّتِي سَتَفْتَرِقُ
عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَتَهْلِكُ إِحْدَى وَسَبْعِينَ
وَتَخْلُصُ فِرْقَةٌ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ تِلْكَ الْفِرْقَةُ قَالَ
الْجَمَاعَةُ الْجَمَاعَةُ[4]
Artinya:
Telah
menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah
telah menceritakan kepada kami Kholid bin Yazid dari Said bin Abi Hilal dari
Anas bin Malik sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,
"Bani Isra'il terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, akan hancur
tujuh puluh golongan dan tersisa satu golongan saja. Dan sesungguhnya umatku
akan terpecah menjadi tujuh puluh duagolongan, akan hancur tujuh puluh satu
golongan, dan yang selamat hanya satu golongan saja." Mereka bertanya,
"Wahai Rasulullah siapakah glongan itu tersebut?" beliau menjawab,
"Yaitu jama'ah, Yaitu jama'ah."
حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ دِينَارٍ الْحِمْصِيُّ
حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ رَاشِدِ
بْنِ سَعْدٍ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى
إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي
النَّارِ وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِي نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيلَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ الْجَمَاعَةُ[5]
Artinya:
(IBNUMAJAH - 3982) : Telah menceritakan kepada
kami 'Amru bin 'Utsman bin Sa'id bin Katsir bin Dinar Al Himshi telah
menceritakan kepada kami 'Abbad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami
Shafwan bin 'Amru dari Rasyid bin Sa'd dari 'Auf bin Malik dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang-orang
Yahudi akan terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, satu golongan akan
masuk surga dan yang tujuh puluh golongan akan masuk neraka. Dan orang-orang
Nashrani terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, yang tujuh puluh satu
golongan masuk neraka dan yang satu golongan akan masuk surga. Demi Dzat yang
jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, sungguh ummatku akan terpecah menjadi tujuh
puluh tiga golongan, yang satu golongan masuk surga dan yang tujuh puluh dua
golongan akan masuk neraka." Lalu beliau ditanya, "Wahai Rasulullah,
siapakah mereka (yang masuk surga)?" beliau mennjawab: "Yaitu Al
Jama'ah."
Hadits Kedua
حَدَّثَنَا
هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا أَبُو
عَمْرٍو حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ
افْتَرَقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِي سَتَفْتَرِقُ
عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً
وَهِيَ الْجَمَاعَةُ[6]
Artinya:
(IBNUMAJAH - 3983) : Telah menceritakan kepada
kami Hisyam bin 'Ammar telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah
menceritakan kepada kami Abu 'Amru telah menceritakan kepada kami Qatadah dari
Anas bin Malik dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya Bani Israil akan terpecah menjadi tujuh puluh
golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, semuanya
akan masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu Al Jama'ah."
Hadits
Penguat
حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الْمَاجِشُونَ عَنْ صَدَقَةَ بْنِ
يَسَارٍ عَنْ الْنُمَيْرِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ قَدْ
افْتَرَقَتْ عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَأَنْتُمْ تَفْتَرِقُونَ
عَلَى مِثْلِهَا كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا فِرْقَةً[7]
Artinya:
Telah
menceritakan kepada kami Waki' berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul
Aziz -yaitu Al Majisyun- dari Shadaqah bin Yasar dari An Numairi dari Anas bin
Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya bani Isra`il terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan
kalian juga akan terpecah seperti mereka, semuanya masuk neraka kecuali satu
golongan saja."
Kemudian
dalam hadits lain disebutkan, yang artinya sebagai berikut:
Telah
diriwayatkan dari Katsir bin Abdullah bin Amr bin Auf dari ayahnya, dari
kakeknya, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sungguh, kamu akan
mengikuti jejak orang-orang sebelummu tapak demi tapak. Dan sungguh kamu akan
melangkah seperti langkah mereka, jika sejengkal maka sejengkal, jika sehasta maka
sehasta, dan jika sedepa maka sedepa. Sampai-sampai jika mereka masuk ke lubang
biawak, tentu kamu ikut masuk ke dalamnya. Ingat, sesungguhnya Bani Israil
telah berpecah belah sepeninggal Musa menjadi tujuh puluh satu golongan.
Semuanya tersesat kecuali satu golongan saja, yaitu Islam dan para pengikutnya.
Kemuadian sepeninggal Isa putra Maryam, mereka telah terpecah menjadi tujuh
puluh dua golongan; semuanya di neraka kecuali satu yaitu, Islam dan
pengikutnya. Kemudian kamu akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan,
semuanya di neraka kecuali satu golongan, yaitu Islam dan pengikutnya.”
Diriwayatkan
dari Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, dari ayahnya Auf bin Malik Al-Asyja’i
r.a., dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Umatku akan terpecah menjadi
tujuh puluh tiga golongan. Golongan yang besar fitnahnya bagi umatku adalah
orang-orang yang memutuskan berbagai hal dengan pendapatnya, mereka
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.” Dari Abdullah bin Zaid,
dari Abdullah bin Umar, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan,
semuanya di neraka kecuali satu, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh
tiga golongan, semuanya di neraka kecuali satu. “Mereka bertanya, “Siapakah
yang satu ini?” Beliau bersabda, “Orang-orang yang mengikuti jejakku dan jejak
para sahabatku.”
Perpecahan
yang disebutkan oleh Nabi saw itu tidak terjadi pada zaman beliau atau zaman
Abu Bakar, Umar, Utsman, atau Ali r.a.. Zaman perpecahan itu terjadi setelah
puluhan tahun kemudian, yakni setelah para sahabat dan tabi’in tidak ada,
setelah tujuh ulama fuqaha dan para ahli fiqih Madinah tidak ada. Bahkan
setelah para ulama terkemuka diambil oleh Allah swt kecuali sedikit saja.
Mereka adalah golongan yang selamat, di mana Allah swt menjaga agama ini dengan
mereka. Diriwayatkan dari Urwah, dari Abdullah bin Umar r.a., dia berkata bahwa
Rasulullah saw bersabda. “ Sesungguhnya Allah swt tidak mencabut ilmu dari hati
ulama setelah diberikan kepada mereka, tetapi ilmu itu akan hilang dengan
wafatnya ulama. Setiap orang alim meninggal dunia, maka ilmunya akan pergi
bersamanya. Sehingga yang tinggal hanya orang-orang yang tidak berilmu. Mereka
tersesat dan menyesatkan. “Dalam lafadz lain dari Urwah, dari ayahnya, dari
Abdullah bin Umar, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba dari manusia, tetapi
ilmu akan diambil dengan wafatnya ulama. Sehingga ketika tidak ada seorang
alim, manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Manusia
bertanya lalu mereka memberikan fatwa tanpa berdasarkan ilmu, sehingga mereka
tersesat dan menyesatkan.[8]
Kemudian
dalam hadits yang lain disebutkan yang artinya bahwa, dari Katsir bin Abdullah
bin Auf, dari ayahnya, dari kakeknya r.a., dari Rasulullah saw, beliau
bersabda, “Sesungguhnya agama ini akan kembali berlindung ke Hijaz sebagaimana
ular kembali berlindung ke sarangnya. Dan agama ini sungguh akan diikat di
Hijaz seperti domba diikat di puncak bukit. Sesungguhnya agama ini mula-mula
asing dan akan kembali menjadi asing. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang
asing, “Ditanyakan, “Siapakah orang-orang yang asing itu?” Beliau bersabda,
“Orang-orang yang telah memperbaiki sunnahku yang telah dirusak oleh manusia
sesudahku. “Dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, “Tidak datang
suatu zaman pada manusia, kecuali pada zaman itu mereka mematikan satu sunnah
dan menghidupkan satu bid’ah.”
Setelah
itu riwayat lain menyebutkan yang artinya bahwa; dari Harits, dari Ali bin Abi
Thalib r.a., dia berkata bahwa Rasulullah saw telah menyebutkan berbagai fitnah
bagi manusia. Maka kami bertanya, “Apakah jalan keluar darinya Wahai
Rasulullah? “Beliau bersabda, “Kitabullah, ia adalah peringatan dari Dzat Yang
Maha Bijaksana, ia adalah jalan yang lurus, ia tidak dapat dicampuri oleh
ucapan manusia, ia adalah kitab di mana kamu tidak dapat mencegah jin ketika
mendengarnya untuk berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an
yang menakjubkan.’(Q.S. Al-Jin: 1). Barang siapa berkata dengan Al-Qur’an
berarti dia benar, dan barang siapa menetapkan hukum berdasarkan Al-Qur’an
berarti dia adil.”
Ada lagi
riwayat lain yang artinya bahwa; dari Abdullah bin Umar, dari Irbadh bin
Sariyah r.a. dia berkata bahwa Rasulullah saw telah shalat Shubuh bersama kami,
kemudian memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang sangat dalam
sehingga membuat mata berlinangan, hati ketakutan, dan kulit gemetar. Kami
berkata, “Wahai Rasulullah, sepertinya nasihat ini yang terakhir. Beliau
bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu supaya bertakwa kepada Allah serta mendengar
dan taat kepada amir, walaupun dia seorang hamba sahaya dari Habsyi.
Sesungguhnya akan hidup sesudahku orang yang melihat perselisihan yang banyak
sekali. Maka hendaklah kamu berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafaur-Rasyidin
sesudahku. Berpeganglah kepadanya, dan gigitlah ia dengan gigi geraham.
Takutlah kamu terhadap perkara-perkara yang baru. Sesungguhnya setiap perkara
baru itu bid’ah, dan setiap bid’ah itu tersesat.”
Kemudian hadits berikutnya yang artinya bahwa;
diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata bahwa Rasulullah saw besabda,
“Siapapun penyeru yang mengajak kepada petunjuk lalu diikuti, baginya mendapat
pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan
siapapun penyeru yang mengajak kepada kesesatan lalu diikuti, maka baginya dosa
orang yang mengikutinya tanpa berkurang sedikitpun.”
Tujuh
Puluh Tiga Firqah Islam[9]
Asal
mula tujuh puluh tiga golongan itu dari sepuluh golongan, dan sepuluh golongan
itu adalah Ahlus-Sunnah, Khawarij, Syi’ah, Mu’tazilah, Murji’ah, Musyabbihah,
Jahmiyah, Dharariyah, Najariyah, dan Kilabiyah. Golongan Ahlus-Sunnah tetap
menjadi satu. Khawarij pecah menjadi lima belas golongan, Mu’tazilah menjadi
enam golongan, Murji’ah menjadi dua belas golongan, Syi’ah menajdi tiga puluh
dua golongan, Jahmiyah, Najariyah, Dharariyah, dan Kilabiyah masing-masing satu
golongan, dan Musyabbihah menjadi tiga golongan. Semua itu berjumlah tujuh
puluh tiga golongan sebagaimana yang disabdakan Nabi saw.
1.
Ahlus-Sunnah
Adapun
golongan yang selamat adalah golongan Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah. Sungguh, kami
telah menjelaskan mengenai paham dan ajaran mereka. Kelompok Qadariyah dan
Mu’tazilah menyebut golongan yang selamat ini (Ahlus-Sunnah) sebagai mujbirah
karena menganggap semua makhluk itu ada dalam kehendak, kekuasaan, dan
penciptaan Allah swt., golongan Mu’rji’ah menyebutnya sebagai Syakakiyah,
karena pengecualiannya dalam masalah iman. Salah seorang di antara mereka
mengatakan, “Aku seorang Mukmin, insya Allah.” Sebagaimana yang telah
dijelaskan. Adapau golongan Al-Rafidhah menyebut Ahlus-Sunnah itu dengan nama
Nashibiyah, karena harus memilih dan menetapkan imam. Aliran Jahmiyah dan
Najariyah menamakan Ahlus-Sunnah dengan Musyabbihah karena menetapkan
sifat-sifat Allah swt seperti mengetahui, Kuasa, Hidup dan sebagainya.
Sementara kelompok Al-Bathiniyah menyebut Ahlus sunnah sebagai kelompok
yang tersesat karena berpegang pada atsar atau sunnah. Adapun nama seluruh
kelompok itu tidak lain adalah ahli bid’ah, sedangkan mengenai
Ahlus-Sunnah sudah dijelaskan.”[10]
2.
Khawarij
Khusus
mengenai golongan Khawarij, mereka memiliki beberapa nama dan julukan. Mereka
disebut Khawarij karena keluar untuk memusuhi Ali bin Abi Thalib r.a.. mereka
juga disebut kelompok Hukmiyah karena penolakan mereka terhadap keputusan dua
hakim, Abu Musa Al-Asy’ari dan Amr bin Al-Ash r.a. serta karena ucapan mereka,
“Tidak ada pengadilan kecuali pengadilan Allah, bukan pengadilan dua pemimpin
itu. “Mereka juga disebut golongan Hururiyah karena tinggal di sebuah tempat
yang bernama Hurur. Nama mereka yang lain adalah Syarah karena mereka
mengatakan, “Kami telah menjual diri kami kepada Allah, “yakni untuk
mendapatkan pahala dan ridha-Nya. Mereka disebut pula golongan Mariqah karena
lari dari pada agama.[11]
Golongan
Khawarij ini terpecah menajdi lima belas aliran, antara lain:
a.
An-Najdat
Golongan ini disandarkan kepada Najdah bin Amir
Al-Hanafi dari Yamamah. Mereka adalah penganut Abdullah bin Nashir yang
berpendapat bahwa barang siapa berdusta sekali atau melakukan dosa kecil yang
berterusan, maka dia adalah seorang musyrik. Meskipun dia berzina, mencuri, dan
minum arak, kalau tidak berterusan tetap seorang muslim. Menurut mereka imam
itu tidak perlu, yang diwajibkan hanya mengetahui Kitabullah saja.
b.
Al-Zariqah
Golongan ini adalah pengikut Nafi’ bin Azraq
yang berpendapat bahwa setiap dosa besar itu menyebabkan kafir. Menurut mereka,
Abu Musa dan Amr bin ‘Ash r.a. keduanya kafir kepada Allah ketika berseberangan
dengan Ali.
c.
Fadakiyah
Golongan ini disandarkan kepada Ibnu Fadak.
Mereka membolehkan membunuh anak-anak kaum musyrikin. Mereka mengharamkan hukum
rajam. Orang yang menuduh zina terhadap laki-laki yang telah nikah tidak boleh
dihukum dera, tetapi orang yang menuduh zina terhadap wanita yang sudah
berkeluarga harus didera.
d.
Al-Athuwiyah
Golongan ini disandarkan kepada ‘Athiyah bin
Al-Aswad.
e.
Al-Ajaridah
Golongan ini dipimpin oleh Abdurrahman bin
Ajrad, mereka terpcah menjadi banyak aliran yang semuanya dalam kelompok Al-Maimuniyah.
Mereka membolehkan menikahi cucu perempuan dari anak lelaki, cucu perempuan
dari anak perempuan, anak perempuan saudara laki-laki, dan anak perempuan
saudara perempuan. Mereka mengatakan bahwa surat Yusuf itu tidak termasuk
Al-Qur’an.
f.
Al-Jazimiyah
Golongan ini berpendapat bahwa wilayah, yakni
kekuasaan dan permusuhan adalah dua sifat.
g.
Al-Ma’lumiyah
Golongan ini berpendapat bahwa orang yang tidak
mengenal Allah swt dengan nama-namanya adalah jahil. Mereka menolak bahwa
perbuatan Allah itu adalah makhluk Allah swt dan bahwa kemampuan itu bersama
dengan perbuatan.
h.
Al-Majhuliyah
Golongan ini berpendapat bahwa orang yang
mengetahui sebagian nama-Nya berarti dia mengenal Allah dan tidak jahil.
i.
Ash-Shaltiyah
Golongan ini dipimpin oleh Utsman bin Shalt.
Dia mengatakan; “Barang siapa mengikuti kami dan masuk Islam sedang dia punya
anak, maka anak itu belum Islam sehingga ia dewasa dan diajak masuk Islam, dan
bersedia masuk Islam.
j.
Al-Akhansiya
Golongan ini disandarkan kepada seorang lelaki
yang bernama Al-Akhnas. Mereka berpendapat bahwa seorang majikan boleh
mengambil zakat hambanya dan boleh memberikan zakatnya kepadanya jika
diperlukan.
k.
Al-Dzafariyah dan Al-Hafshiyah
Kedua golongan ini berpendapat bahwa orang yang
telah mengenal Allah swt dan kufur terhadap selain-Nya termasuk Rasul, Surga,
Neraka, melakukan segala kejahatan seperti membunuh dan menghalalkan zina, dia
tetap jauh dari syirik. Dia menjadi syirik hanya jika tidak mengenal Allah dan
mengingkarinya. Mereka juga menyatakan bahwa orang-orang yang kebingungan yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an itu adalah Ali dan para sahabatnya. Mereka adalah
penduduk Nahrawan.
l.
Al-Abadhiyah
Golongan ini mengatakan bahwa semua yang
difardhukan Allah kepada hamba-Nya itulah iman. Melakukan dosa besar berarti
kufur nikmat, bukan kufur syirik.
m. Bahansiyah
Golongan ini disandarkan kepada Abi Bahansa.
Mereka berpendapat bahwa seorang lelaki tidak dikatakan muslim sehingga dia
mengetahui semua yang dihalalkan Allah baginya, dan semua yang diharamkan Allah
baginya. Di antara pengikut Bhansiyah ada yang mengatakan bahwa setiap orang
yang melakukan pelanggaran dosa tidak menjadi kufur hingga dihadapkan kepada
penguasa, lalu penguasa itu menjatuhkan hukum kepadanya, ketika itu barulah dia
menjadi kafir.
n.
Syamrakhiyah
Golongan ini dipimpin oleh Abdullah bin
Samrakh. Dia menyatakan bahwa membunuh dua orang itu halal. Ketika dia
mengumumkan pahamnya ini, maka seluruh kaum Khawarij menolaknya.
o.
Al-Bid’iyah
Golongan ini pendapatnya seperti pendapat
Azariqah. Hanya saja, dia mengatakan bahwa shalat itu hanya dua rakaat pagi dan
dua rakaat petang, karena ada ayat yang mengatakan, “Dirikanlah shalat pada kedua
tepi siang. ”(Q.S. Hud: 114). Dia sepakat dengan kelompok Azariqah dalam hal
dibolehkannya merampas wanita dan membunuh anak-anak orang kafir. Seluruh kaum
Khawarij sepakat mengkafirkan Ali karena keputusannya dan sepakat bahwa pelaku
dosa besar itu kafir. Kecuali aliran An-Najdah, mereka tidak sependapat
mengenai hal itu.
3.
Syi’ah
Golongan
ini memiliki beberapa nama, antara lain Rafidhah, Ghaliyah, dan Thayyarah.
Dikatakan Syi’ah karena mereka terlalu mengkultuskan Ali melebihi para sahabat
lainnya. Dikatakan Rafidhah karena mereka menolak para sahabat serta
kepamimpinan Abu Bakar dan Umar r.a.. dikatakan bahwa mereka disebut Rafidhah
karena penolakannya terhadap Zaid bin Ali ketika mengakui kepemimpinan Abu
Bakar dan Umar r.a. seraya berkata, “Mereka telah menolakku,” sehingga mereka
dinamakan ‘Rafidhah’. Ada yang mengatakan bahwa Syi’ah adalah orang yang tidak
mengutamakan Utsman di atas Ali r.a., sedangkan Rawafidh adalah orang yang
mengutamakan Ali di atas Utsman r.a.. Di dalam golongan Syi’ah ada aliran
Al-Qath’iyyah karena mereka telah memastikan kematian Musa bin Ja’far. Ada
lagi, Al-Ghaliyah karena mereka terlalu mengkultuskan Ali r.a. dan mengatakan
bahwa Ali memiliki sifat-sifat ketuhanan dan kenabian yang luar biasa. Adapun
orang-orang yang mengarang kitab-kitab mereka adalah Hisyam bin Hakam, Ali bin
Manshur, Abu Ahwash, Husain bin Sa’id, Fadhal bin Syadzan, Abu Isa Al-Waraq,
Ibnu Ruwandi, dan Al-Muniji. Kebanyakan mereka tinggal di negeri Qum, Qisyan,
Idris, dan Kufah.[12]
Kelompok
ini terpecah menjadi tiga golongan yaitu:[13]
1.
Al-Ghaliyah, kelompok ini terpecah menjadi dua
belas yakni:
a.
Al-Bananiyah
Mereka menisbatkan diri kepada Banan bin
Sam’an. Di antara kesesatan dan kebathilan mereka adalah menganggap bahwa Allah
swt berbentuk seperti manusia. Mereka mendustakan Allah swt.
b.
Ath-Thayyariyah
Mereka menisbatkan diri kepada Abdullah bin
Mu’awiyah bin Abdullah bin Ja’far Ath-Thayyar. Mereka mengakui adanya
penjelamaan, bahwa ruh Adam itu adalah ruh Allah yang menjelma padanya. Bahkan
dari firqah Al-Ghaliyah ini ada yang mengakui terjadinya penjelmaan. Mereka
menyatakan bahwa ruh itu setelah kematian akan berpindah ke dalam unta atau
binatang lain selamanya kecuali pepohonan, sampai akhirnya ia akan berpindah ke
dalam ulat dan sejenisnya. Mereka mengatakan bahwa arwah orang-orang yang
berdosa akan menjelma ke dalam besi, tanah, dan tembikar, lalu disiksa dengan
api, dimasak, dipukuli, dan dicincang-cincang.
c.
Al-Manshuriyah
Paham ini dipimpin oleh Abu Manshur. Dia
mengaku telah dinaikkan ke langit, dan Allah mengusap kepalanya. Dia mengatakan
bahwa Isa adalah makhluk Allah yang pertama, kemudian Ali r.a.. Menurutnya,
kerasulan itu tidak berhenti, surga dan neraka itu tidak ada. Menurut paham
ini, jika seseorang telah membunuh empat puluh orang yang menentang kelompok
mereka akan masuk surga. Mereka menghalalkan harta manusia. Sesungguhnya Jibril
telah salah dalam mengantarkan wahyu.
d.
Al-Mughiriyah
Kelompok ini dipimpin oleh Mughirah bin Sa’d
yang mengaku menjadi nabi. Dia mengatakan bahwa Allah itu nur yang berbentuk
seorang lelaki. Dia mengaku dapat menghidupkan orang mati dan sebagainya.
e.
Al-Khaththabiyah
Paham ini disandarkan pada Abi Khaththab.
Menurut mereka, para imam adalah nabi-nabi yang terpercaya. Setiap waktu ada
rasul yang berbicara dan ada rasul yang diam. Nabi Muhammad saw adalah rasul
yang berbicara, sedangkan Ali adalah rasul yang diam.
f.
Al-Ma’mariyah
Paham ini berpendapat demikian, namun berbeda
dengan Al-Khithabiyah dalam hal dibolehkannya meninggalkan shalat.
g.
Al-Buzai’iyah
Paham ini dipimpin oleh Buza’i. Menurut mereka,
Ja’far adalah Allah yang menjelma dalam dirinya. Sungguh celaka mereka. Mereka
mengaku mendapat wahyu dari langit. Sungguh besar kebohongan dan kebathilan
mereka. Mereka telah tersesat dan patut dikirim ke neraka yang paling dasar
disebabkan ucapan mereka.
h.
Al-Mufdhiliyah
Paham ini dipimpin oleh Mufdhil Ash-Shairafi
yang mengaku menjadi Nabi. Pendapat mereka mengenai para imam adalah seperti
ucapan orang-orang Nashara mengenai Al-Masih.
i.
Al-Mutanasikhah
Mereka berpendapat bahwa harus ada penetapan
imam. Imam harus diangkat, para imam itu ma’shum, dijauhkan dari cacat, kesalahan,
lupa dan dosa. Oleh karena itu, mereka mengingkari imam yang dipilih
berdasarkan kelebihan dan keutamaannya sebagaimana yang telah dijelaskan.
Mereka mengkultuskan Ali di atas para sahabat lainnya dan mengangkatnya sebagai
imam setelah Nabi saw.
j.
Asy-Syura’iyah
Paham ini disandarkan kepada Syura’i. Mereka
mengatakan bahwa Allah itu menjelma dalam diri lima orang, yakni Nabi dan
keluarganya. Mereka adalah Abbas, Ali, Ja’far dan Aqil.
k.
As-Sabaiyah
Paham ini disandarkan pada Abdullah bin Saba’.
Di antara ajaran mereka adalah bahwa Ali tidak mati, dia akan kembali sebelum
hari Kiamat, dan Sayid Al-Khumairi adalah termasuk kelompok ini.
l.
Al-Mufawwidhah
Paham ini mengatakan bahwa Allah telah
menyerahkan pengaturan manusia kepada para imam. Allah telah menyerahkan kepada
Nabi saw pengaturan seluruh alam, meskipun Nabi saw tidak menciptakan alam itu
sedikitpun. Mengenai Ali r.a., mereka juga mengatakan seperti itu. Di antara
mereka ada yang berpendapat apabila seseorang melihat mega, maka harus
mengucapkan salam, karena mengira Ali berada di tempat itu, sebagaimana yang
telah dijelaskan pada pembicaraan terdahulu.
2.
Az-Zaidiyah
Paham ini disandarkan kepada pendapat Zaid bin
Ali mengenai pengangkatan Abu Bakar dan Umar r.a. Kelompok ini terpecah menjadi
enam yakni:[14]
a.
Al-Jarudiyah
Paham ini disandarkan kepada Abil Jarud.
Menurut mereka, Ali telah mendapat wasiat Rasulullah saw untuk menjadi
pemimpin, dan Nabi saw mengangkat Ali sebagai pemimpin karena sifatnya, bukan
karena namanya. Mereka menyerahkan kepemimpinan itu kepada Husain, kemudian
dimusyawarahkan diantara mereka.
b.
As-Sulaimaniyah
Paham ini dipimpin oleh Sulaiman bin Katsir.
Ruzqan berkata bahwa menurut mereka, Ali itulah imam. Pembai’atan kepada Abu
Bakar dan Umar adalah suatu kesalahan karena keduanya tidak mempunyai hak, dan
bahwa umat telah meninggalkan sesuatu yang terbaik.
c.
Al-Bitriyah
Paham ini disandarkan kepada Al-Abtar yang nama
aslinya adalah An-Nawa (pawang hujan). Mereka mengatakan bahwa pembai’atan
terhadap Abu Bakar dan Umar tidak bersalah, karena Ali memang meninggalkan
kepemimpinan. Mereka diam terhadap kepemimpinan Utsman.
d.
An-Nu’aimiyah
Paham ini disandarkan kepada Nu’aim bin Yaman,
pendapatnya sama dengan paham Abtariyah, hanya saja dia menolak terhadap
kepemimpinan Utsman bin Affan r.a. dan menentangnya.
e.
Ya’qubiyah
Paham ini mengakui kepemimpinan Abu Bakar dan
Umar r.a., hanya saja mereka mengatakan bahwa Ali itu lebih utama daripada
mereka. Paham ini disandarkan pada seorang lelaki yang bernama Ya’qub. Namun,
sebagian mereka ada yang menolak terhadap kepemimpinan Abu Bakar dan Umar r.a..
f.
Kelompok yang tidak mengingkari pembatalan dan
menolak terhadap Abu Bakar r.a. dan Umar r.a..
3.
Ar-Rafidhah, kelompok ini terpecah menjadi lima
belas firqah;[15]
a.
Al-Qath’iyah
Dinamakan demikian karena mereka memastikan
kematian Musa bin Ja’far dan menyerahkan kepemimpinan kepada Muhammad bin
Hanafiyah. Dia adalah pemimpin yang ditunggu-tunggu.
b.
Al-Kisaniyah
Paham ini disandarkan kepada Kisan. Mereka
mengakui kepemimpinan Muhammad bin Hanafiyah, karena dipercaya mampu
mempertahankan bendera di Bashrah.
c.
Al-Kuraibiyah
Mereka adalah teman-teman Ibnu Kuraib
Adh-Dharir.
d.
Al-Umairiyah
Mereka adalah kawan-kawan Umair dan dia menjadi
pemimpin mereka hingga datangnya Mahdi.
e.
Al-Muhammadiyah
Mereka menyatakan bahwa pemimpin yang
sebenarnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Husain, dan sesungguhnya
dia telah berwasiat kepada Abi Manshur, bukan kepada Bani Hasyim sebagaimana
wasiat Musa kepada Yusya’ bin Nun, bukan kepada anaknya atau anak Harun.
f.
Al-Husainiyah
Firqah ini menganggap bahwa Abu Manshur telah
berwasiat kepada anaknya Husain bin Abi Manshur untuk menjadi imam sesudahnya.
g.
An-Nawisiyah
Firqah ini disandarkan kepada Nawas Al-Bashri
sebagai pemimpin mereka. Mereka mengakui kepemimpinan Ja’far dan menganggapnya
bahwa dia tidak mati, tetapi masih hidup, dan dialah Al-Mahdi (pemimpin yang
ditunggu).
h.
Al-Ismailiyah
Mereka mengatakan bahwa Ja’far telah mati, dan
imam sesudahnya adalah Ismail.
i.
Al-Qaramithah
Firqah ini menyerahkan kepemimpinan kepada
Ja’far, sesungguhnya Ja’far telah mengangkat keluarga Muhammad bin Ismail dan
Muhammad itu hidup, tidak mati, dialah Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu.
j.
Al-Mubarakiyah
Firqah ini disandarkan kepada pemimpin mereka
Al-Mubarak. Mereka menyatakan bahwa Muhammad bin Ismail itu telah mati dan
kepemimpinan diserahkan kepada anaknya.
k.
Asy-Syamithiyah
Firqah ini disandarkan kepada pemimpin mereka,
yakni Yahya bin Syamith. Mereka menyatakan bahwa yang menjadi Imam adalah
Ja’far, kemudian Muhammad bin Ja’far, kemudian anaknya.
l.
Al-Ma’mariyah
Firqah ini disebut juga Al-Afthahiyah karena
Abdullah bin Ja’far lebih lapang di antara dua lelaki. Mereka mengatakan bahwa
setelah Ja’far, imam itu digeser kepada anak lelakinya, Abdullah.
m. Al-Mamthmuriyah
Dinamakan demikian karena mereka menunggu Yunus
bin Abdurrahman. Ia termasuk firqah Al-Qath’iyah yang memastikan kematian Musa
bin Ja’far. Maka Yunus berkata kepada mereka, “Kamu lebih hina daripada anjing
buruk yang dilempari di jalanan (Al-Mamthmuriyah), sehingga julukan ini melekat
pada mereka. Mereka juga disebut firqah Al-Waqifah karena penantian mereka
kepada Musa bin Ja’far dan menganggapnya masih hidup, tidak mati. Dia adalah
Mahdi bagi mereka.
n.
Al-Musawiyah
Firqah ini dinamakan demikian karena mereka
bersikap diam mengenai Musa. Mereka mengatakan, “Kami tidak tahu apakah dia
masih hidup atau sudah mati.” Mereka juga mengatakan, “Jika kepemimpinan selain
dia itu sah, maka teruskan saja.”
o.
Al-Imamiyah
Firqah ini menyerahkan kepemimpinan kepada
Muhammad bin Husain. Dialah pemimpin yang ditunggu yang akan muncul dan
memenuhi bumi dengan keadilan.
4.
Murji’ah
Golongan
Murji’ah terpecah menjadi dua belas firqah, yaitu Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah,
Al-Syamriyah, Al-Yunusiyah, Al-Yunaniyah, An-Najariyah, Al-Ghilaniyah,
Asy-Syabibiyah, Al-Ghisaniyah, Al-Mu’adziyah, Al-Murisiyah dan Al-Karamiyah.
Mereka disebut golongan Murji’ah karena beranggapan bahwa seorang mukallaf bila
telah mengucapkan Lâ ilâha illallâh, dan setelah itu melakukan segala jenis
kemaksiatan, maka tidak akan dimasukkan ke neraka. Mereka mengatakan bahwa iman
adalah ucapan tanpa perbuatan. Amal adalah syari’at, sedangkan iman adalah
ucapan saja. Tidak ada perbedaan dalam tingkat keimanan manusia; iman mereka,
iman para Nabi, iman para malaikat, senuanya sama saja, tidak bertambah dan
tidak berkurang, dan tidak ada perkecualian dalam hal iman. Barang siapa telah
mengucapkan kalimah iman dan tidak beramal, dia tetaplah seorang mukmin.[16]
Kelompok
ini terpecah menjadi dua belas firqah, antara lain:[17]
a.
Al-Jahmiyah
Firqah ini disandarkan kepada Jahm bin Shafwan.
Dia mengatakan bahwa iman itu artinya mengenal Allah, Rasul-Nya, dan semua yang
datang dari-Nya saja. Mereka menyatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk dan bahwa
Allah tidak berbicara dengan Musa. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi, tidak bisa
diajak bicara, tidak dapat dilihat, tidak dapat diketahui tempat-Nya. Dia tidak
memiliki Arsy dan tidak memiliki kursi. Dia juga tidak berada di Arsy. Mereka
mengingkari adanya timbangan amal dan siksa kubur. Surga dan neraka adalah
makhluk, keduanya diciptakan bersifat fana. Allah swt tidak berbicara kepada
makhluk-Nya dan tidak memandang mereka pada hari Kiamat. Allah swt tidak
malihat ahli surga dan neraka juga tidak dapat melihat-Nya di surga.
Sesungguhnya iman adalah pengetahuan di hati, bukan ucapan di lisan. Mereka
mengingkari seluruh sifat Allah swt, Allah Maha Suci dari semua sifat itu, Maha
Tinggi dan Maha Besar.
b.
Ash-Shalihiyah
Firqah ini mengakui pendapat Abil Husain
Ash-Shalih. Dia mengatakan bahwa iman adalah pengetahuan, dan kufur adalah
kebodohan. Ucapan orang yang mengatkan demikian itu tiga kali tidak menyebabkan
kufur, dan tidak ada ibadah tanpa iman.
c.
Al-Yunusiyah
Firqah ini dipimpin oleh Yunus Al-Barri.
Menurutnya iman berarti pengetahuan, kepatuhan, dan kecintaan kepada Allah
swt.. Barang siapa meninggalkan salah satu dari tiga hal itu, berarti dia
kafir.
d.
Asy-Syamriyah
Firqah ini disandarkan kepada Abi Syamr. Dia
menyatakan bahwa iman berarti pengetahuan, kepatuhan, kecintaan, dan pernyataan
bahwa Allah swt Esa, tidak ada yang menyerupai-Nya. Apabila terdpat empat hal
tersebut, maka itulah iman. Abu Syamr juga mengatakan, “Aku tidak menamakan
orang yang melakukan dosa besar itu sebagai fasik mutlak, tetapi fasik dalam
dosa demikian dan demikian.”
e.
Al-Yunaniyah
Firqah ini dipimpin oleh Yunan. Mereka
menyatakan bahwa iman adalah pengetahuan dan pengakuan terhadap Allah dan
Rasul-Nya. Sesuatu yang tidak masuk akal tidak boleh dilakukan.
f.
An-Najariyah
Firqah ini dipimpin oleh Hasan bin Muhammad bin
Abdullah An-Najar. Mereka berpendapat bahwa iman adalah mengenal Allah dan
Rasul-Nya, mengetahui hal-hal fardhu yang harus dikerjakannya, tunduk
kepada-Nya, dan menyatakannya dengan lisan. Barang siapa tidak mengetahui
sebagian fardhu yang harus dilakukannya, dan dia sudah diingatkan tetapi tidak
mau mengakui, maka dia telah kafir.
g.
Al-Ghilaniyah
Firqah ini dipimpin oleh Ghilan. Mereka
sependapat dengan paham Syamriyah yang menyatakan bahwa iman adlah pengakuan di
lidah dan pemebenaran di hati.
h.
Asy-Syabibiyah
Firqah ini adalah kelompok sahabat-sahabt
Muhammad bin Syabib. Mereka menyatakan bahwa iman adalah pengakuan terhadap
Allah dan mengetahui keesaan-Nya serta tidak menyerupakan-Nya dengan yang lain.
Dia juga mengatakan bahwa iblis itu mempuanyai iman, dia kafir karena
kesombongannya.
i.
Al-Ghisaniyah
Firqah ini berafiliasi pada Ghassan Al-Kufi. Ia
berpendpat bahwa iman adalah makrifat (pengetahuan) dan pengakuan terhadap
Allah dan Rasul-Nya, serta apa-apa yang dibawanya dari Sisi-Nya secara total.
Keterangan ini merujuk pada penjelasan Al-Burhuti dalam kitab Asy-Syajarah.
j.
Al-Mu’adziyah
Firqah ini disandarkan kepada Mu’adz Al-Mushi;
dia berkata, “barang siapa tidak taat kepada Allah, dia telah rusak, tetapi
tidak disebut fasik. Seorang yang fasik itu bukan musuh Allah dan bukan pula
wali Allah.
k.
Al-Murisiyah
Firqah ini disandarkan kepada Basyar Al-Murisi.
Menurut mereka, iman adalah pemnbenaran dengan hati dan lisan. Pendapat ini
disetujui oleh Ibnu Rawandi dan dia menambahkan bahwa sujud kepada Matahari itu
tidak kufur tetapi hanya tanda-tanda kufur.
l.
Al-Karamiyah
Firqah ini dipimpin oleh Abi Abdillah bin
Karam. Menurut mereka, iman sudah cukup dengan pernyataan secara lisan, bukan
dengan hati. Jadi, orang-orang munafik itu pada hakikatnya beriman. Mereka
berpendapat bahwa kemampuan itu mendahului perbuatan, tidak sebagaimana
pendapat Ahlus-Sunnah, bahwa kemapuan itu harus bebarengan dengan perbuatan. Para penulis kitab-kitab mereka
adalah Abul Husain Ash-Shalihi, Ibnu Rawandi, Muhammad bin Syabib, dan Husain
bin Muhammad al-Najar. Kebanyakan pengikut mereka di timur dan dipinggaran
Khurasan.
5.
Mu’tazilah
Mereka
disebut Mu’tazilah karena menjauhi kebenaran, atau karena menolak apa yang
telah disepakati oleh kaum Muslimin. Sungguh, manusia telah berbeda pendapat
mengenai para pelaku dosa besar. Sebagian berpendapat bahwa mereka masih
mukmin. Sebagian lagi berpendapat bahwa mereka telah kafir. Maka Washil bin
Atha’ mempunyai pendapat ketiga yang berbeda dengan mereka. Dia mengatakan,
“mereka bukan mukmin dan bukan pula kafir, “itulah sebabnya mereka dinamakan
Mu’tazilah. Dikatakan juga bahwa mereka dinamakan demikian karena mereka
menjauhi Majelis Hasan Bashri r.a.. Ketika Hasan Bashri melewati mereka, dia
berkata, “mereka adalah Mu’tazilah, “kemudian mereka dijuluki demikian. Mereka
itu mengikuti Amr bin Ubaid. Ketika Hasan Bashri marah kepada Amr bin Ubaid,
mereka mencelanya. Maka dia berkata, “Apakah mereka mencelaku berkenaan dengan
orang yang aku lihat dalam mimpi bersujud kepada matahari?”[18]
Kelompok
ini terpecah menjadi enam firqah, antara lain:[19]
1.
Al-Hudzailiyah
Firqah dinisbatkan kepada Abu Hudzail yang
berpendapat bahwa, “Allah tidak memiliki Ilmu, Qudrah, Sama’, dan Bashar.
Kalamullah itu sebagian makhluk dan sebagian yang lain bukan makhluk. Yang
bukan makhluk adalah firman Allah ‘Kun’. Dan Allah itu tidak berbeda dengan
makhluk-Nya. Kekuasaan Allah itu terbatas. Ahli surga akan tinggal di surga
tanpa bergerak, dan Allah tidak kuasa menggerakkan mereka. Boleh jadi mayit,
orang terbunuh, dan orang lemah itu dapat melakukan sesuatu. Dia menolak bahwa
Allah senantiasa mendengar.”
2.
An-Nizhamiyah
Firqah ini dinisbatkan kepada gurunya yang
bernama An-Nizham. Dia berpendapat bahwa benda-benda mati itu dapat berbuat
sesuatu. Tidak ada wujud benda kecuali gerak. Manusia itu ruh. Tidak ada
seorang yang melihat Nabi saw, dia hanya melihat jasad Beliau. Dia menolak
ijma’ dan berkata, “Barang siapa meninggalkan shalat dengan sengaja, bila ingat
tidak perlu mengqadha. Menurutnya, umat Islam boleh sepakat menyetujui sesuatu
yang bathil. Sesunggunya iman itu seperti kekufuran, dan taat itu seperti
kemaksiatan. Perbuatan Nabi saw seperti perbuatan Iblis yang terkutuk. Perilaku
Umar dan Ali adalah seperti perilaku Hajaj. Menurutnya, seluruh hewan itu satu
jenis. Susunan Al-Qur’an itu bukan mu’jizat. Allah tidak berkuasa membakar bayi
meskipun ia berada di bibir neraka dan tidak berkuasa melemparkan bayi itu ke
dalamnya. Menurutnya, jisim itu bisa terbagi sampai tidak terhingga. Ular,
kalajengking, dan kumbang itu ada di surga, bahkan di surga juga ada anjing dan
babi.
3.
Al-Ma’mariyah
Firqah ini dinisbatkan kepada Ma’mar.
Pendapatnya sungguh keterlaluan. Menurutnya, Allah tidak menciptakan warna,
rasa, bau, mati dan hidup. Semua itu perbuatan jisim yang terjadi dengan
sendirinya. Al-Qur’an itu perbuatan jasad, bukan perbuatan Allah swt.. Dia
menolak bahwa Allah itu Qadim. Sungguh celaka dia, semoga Allah menjauhkan umat
ini dari ajarannya.
4.
Al-Jabaiyah
Firqah ini dinisbatkan kepada Al-Jabai. Dia menolak
ijma’ dan mempunyai pendapat yang aneh. Dia mengatakan bahwa manusia itu
menciptakan perbuatan mereka sendiri, bahwa Allah swt. telah menghamili wanita
seluruh dunia dengan meletakkan janin pada diri mereka. Allah itu taat kepada
hamba-Nya jika dia melakuakan apa saja yang dikehendaki-Nya. Dia mengatakan,
“Barang siapa bersumpah untuk memberi kepada orang yang berutang kepadanya
besok, dan dia mengecualikan dengan ucapan insya Allah, maka pengecualiannya
itu tidak berguna. Jika dia tidak memberi maka dia berdosa.” Dia juga
mengatakan, “Barang siapa mencuri lima dirham, maka dia telah fasik, jika
kurang dari itu satu biji saja, maka tidak fasik.”
5.
Al-Bahsyamiyah
Firqah ini dipimpin oleh Abu Hasyim bin
Al-Jabai. Dia berpendapat bahwa jika seorang mukallaf itu berkuasa, lalu dia
tidak melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu, maka Allah akan menyiksanya
karena perbuatannya. Barang siapa bertaubat dari seluruh dosa kecuali satu dosa
saja, maka tidak sah taubatnya.
6.
Al-Ka’biyah
Firqah ini disandarkan kepada Abil Qasim
Baghdadi. Dia mengingkari bahwa Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat, dan
Maha Menghendaki. Kehendak Allah terhadap perbuatan hamba-Nya itu adalah
perintah-Nya. Dan kehendak Allah terhadap perbuatan diri-Nya adalah ilmu-Nya,
dan tidak ada paksaan di dalamnya. Dia mengatakan bahwa sesuatu yang bergerak
itu digerakkan oleh lapisan pertama dari jisim. Jika manusia memakai minyak
lalu berjalan, maka bukan manusia itu yang bergerak, tetapi minyak itulah yang
menggerakkan. Dia mengatakan bahwa Al-Qur’an itu baru, dia tidak mengatakan
bahwa Al-Qur’an itu makhluk.
6.
Musyabbihah
Golongan
ini terpecah menjadi tiga, yakni Al-Hisyamiyah, Al-Muqatiliyah, dan
Al-Wasimiyah. Tiga firqah ini sepakat bahwa Allah itu jisim, tidak ada sesuatu
yang wujud kecuali jisim. Kebanyakan ajaran mereka sama dengan firqah-firqah
Rawafidh dan Karamiyah. Kitab mereka dikarang oleh Hisyam bin Hakam. Dia
menuliskan kitab yang menjelaskan tentang jisim. Firqah Hisyamiyah disandarkan
kepada Hisyam bin Hakam. Dia menyatakan bahwa Allah itu jisim yang panjang,
lebar dan dalam, serta nur yang terang. Dia memiliki kemampuan seperti
bergerak, diam, berdiri, dan duduk. Pernah dinyatakan kepadanya, “Lebih besar
Tuhan atau lebih besar seseorang?” dia menjawab, “Tuhanku lebih besar.
“Al-Muqatilah dipimpin oleh Muqatil bin Sulaiman. Dia berkata bahwa Allah itu
jisim. Dia menyerupai bentuk manusia yang memiliki daging, darah dan anggota
badan seperti kepala, lidah dan leher. Namun dalam semua hal, Allah tidak
menyerupai sesuatu.
7.
Jahmiyah
Golongan
ini dipimpin oleh Jahm bin Shafwan. Menurutnya, manusia itu dinisbatkan kepada
sesuatu yang tampak darinya seperti dikatakan bahwa pohon kurma itu berdiri dan
berbuah. Dia menolak bahwa Allah mengetahui sesuatu yang belum ada. Surga dan
Neraka itu akan fana. Dia juga menafikan sifat-sifat Allah. Jahm bin Shafwan
mati dibunuh oleh Muslim bin Ahwad Al-Marwani.[20]
8.
Dharariyah
Firqah
Dharariyah dipimpin oleh Dharar bin Amr. Dia mengatakan bahwa jisim adalah susunan
beberapa unsur, bisa jadi unsur-unsur itu berubah menjadi jisim. Kemapuan
sebagian orang yang mampu itu ditetapkan sebelum tindakan. Dia mengingkari
qira’ah Ibnu Mas’ud dan Ubai bin Ka’b r.a..
9.
Najariyah
Firqah
Najariyah dipimpin oleh Husain bin Muhammad An-Najar. Menurutnya, perbuatan
orang yang berbuat itu pada hakikatnya adalah milik Allah dan hamba. Dia
menafikan sifat-sifat Allah sebagaimana golongan Mu’tazilah kecuali dalam
menafikan sifat Iradah. Menurutnya, Dzat yang Qadim itu berkehendak dengan
sendirinya. Menurutnya, Al-Qur’an itu makhluk. Allah menghendaki maknanya
adalah bahwa Dia tidak terpaksa dan tidak terkalahkan. Bahwa Allah itu
berbicara dalam arti tidak lemah untuk berbicara. Dia Maha Pemurah, tidak
bakhil. Pendapatnya mirip dengan madzhab Ibnu Auf dan Abi Yusuf Ar-Razi.
Kebanyakan penganutnya tinggal di Qasyam.
10.
Kilabiyah
Firqah
Kilabiyah dipimpin oleh Abi Abdillah bin Kilab. Dia mengatakan bahwa
sifat-sifat Allah itu tidak qadim dan tidak hadits (baru). Dia mengatakan, “Aku
tidak berkata bahwa sifat-sifat-Nya itu Dia atau sifat-sifat-Nya itu bukan Dia.
Makna istiwa’ adalah tidak bengkok. Allah selalu tidak berubah, tidak
bertempat, dan dia menolak bahwa Al-Qur’an terdiri dari huruf-huruf.[21]
11.
Qadariyah
Golongan
qadariyah dinamakan demikian karena mereka menolak keputusan Allah swt dan
takdir-Nya berkaitan dengan kemaksiatan manusia. Golongan Mu’tazilah, Jahmiyah,
dan Qadariyah sama saja dalam hal menafikan sifat sebagaimana yang telah kami
jelaskan. Para penulis kitab mereka adalah Abul Hudzail, Ja’far bin Harb
Al-Khayath, Al-Ka’bi, Abu Hasyim, Abu Abdullah Al-Bashri, dan Abdul Jabbar bin
Ahmad Al-Hamdani. Kebanyakan mereka tinggal di Askar, Ahwaz, dan Jahzam. Mereka
terdiri dari enam firqah, yakni Al-Hudzailiyah, An-Nizhamiyah, Al-Ma’mariyah,
Al-Jabiyah, Al-Ka’biyah dan Al-Bahsyamiyah.[22]
12.
As-Salimiyah
Golongan
ini dipimpin oleh Ibnu Salim. Di antara pendapatnya, pada hari kiamat Allah swt
akan terlihat dalam bentuk manusia seperti umat Muhammad. Pada hari kiamat,
Allah swt akan menampakkan diri kepada semua makhluk, jin, manusia, malaikat
dan seluruh binatang. Namun, Allah swt telah menolak pendapat mereka dengan
firman-Nya, “Tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya, Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. “Mereka berpendapat bahwa Allah swt memiliki rahasia yang jika
Dia menampakkannya, maka aturan menjadi rusak. Para Nabi juga mempunyai
rahasia, jika mereka menampakkannya, maka akan merusak kenabian. Para ulama
juga memiliki rahasia, jika mereka menampakkannya, maka akan merusak ilmu.
Sungguh, ini adalah pendapat yang salah, karena Allah swt Maha Bijaksana dan
pengaturan-Nya sangat bijaksana, tidak dapat dirusakkan oleh kebatilan dan
kejahatan. Jadi, apa saja yang mereka sebutkan itu merusak kebijaksanaan Allah
swt dan tentu saja ini merupakan kekufuran.[23]
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad bin Hanbal. Tt. Musnad Ahmad.
Penerbit: Darul Fikr.
Majah, Ibnu, Abu Abdullah Muhammad bin Yazin
Al-Quzwaini. Tt. Sunan Ibnu Majah. Penerbit: Maktabah Abil Ma’athi.
Sulaiman bin Al-Asy’ats, Abu Dawud As-Sajastani
Al-Azadi. Tt. Sunan Abi Dawud. Penerbit: Darul Fikr.
Syaikh Qadir Al-Jailani r.a., Abdul.
2010. Al-Ghunyah, (Penerjemah: Masrohan Ahmad), Yogyakarta: Citra
Risalah.
[1]
Ibnu Majah, Kitab Fitnah, Bab Perpecahan Umat, No. Hadits: 3981.
[2]
Abu Dawud, Sunnah, Penjelasan tentang Sunnah, No. Hadits: 3980.
[3]
Ahmad, Sisa Musnad Sahabat yang banyak meriwayatkan Hadits, Musnad Anas bin
Malik r.a., No. Hadits. 8046.
[4] Ibid,
No. Hadits: 12022.
[5]
Ibnu Majah, op. cit., No. Hadits: 3982.
[6]
Ibnu Majah, op. cit., No. Hadits: 3983.
[7]
Ahmad, op. cit., No. Hadits: 11763.
[8]
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a., Al-Ghunyah, (Penerjemah: Masrohan
Ahmad), (Yogyakarta: Citra Risalah, 2010), hlm. 237.
[9] Ibid,
hlm. 239.
[10] Ibid,
hlm. 240.
[11] Ibid,
hlm. 240.
[12] Ibid,
hlm. 244.
[13] Ibid,
hlm. 246-248.
[14] Ibid,
hlm. 248-249.
[15] Ibid,
hlm. 250-252.
[16] Ibid,
hlm. 253.
[17] Ibid,
hlm. 253-256.
[18] Ibid,
hlm. 256.
[19] Ibid,
hlm. 258-260.
[20] Ibid,
hlm. 260.
[21] Ibid,
hlm. 261.
[22] Ibid,
hlm. 256.
[23] Ibid,
hlm. 262.