Selasa, 30 Desember 2014

Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Muta'allim


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah swt (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, atau etika yang ditawarkan oleh barat, namun banyak juga kelemahan dan kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas.
Sementara pendidikan akhlak mulia yang ditawarkan oleh Islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi kerancuan di dalamnya. Karena, berasal langsung dari al-khaliq Allah swt., yang disampaikan melalui Rasulullah Mukhammad saw. Dengan Al-Qur’an dan Sunnah kepada umatnya. Rasulullah saw. sebagai uswah, qudwah dan manusia terbaik selalu mendapatkan tarbiyah ‘pendidikan’ langsung dari Allah melalui malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu dan berhasil mencetak para sahabat menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki izzah di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah.[1]
Pada tahun 1649 M. lembaga ilmiah Prancis hanya mendefinisikan pendidikan/education sebagai pembentukan jiwa dan raga, tanpa membedakan antara pengajaran dan pendidikan.
Adapun para filososf Barat, mereka memberikan definisi yang bervariasi tentang pendidikan antara lain; pendidikan adalah pembentukan individu melalui pembentukan jiwanya, yaitu dengan membangkitkan kecenderungan-kecemderungannya yang bermacam-macam.
Ada lagi yang berpendapat bahwa pendidikan adalah semua yang dilakukan oleh kita dan oleh orang lain untuk kepentingan kita agar mencapai karakteristik yang sempurna.[2]
Sedangkan dalam bahasa Arab dan nash-nash Islam --Al-Qur’an dan As-Sunnah-- dijelaskan bahwa pendidikan adalah sebuah sistem sosial yang menetapkan pengaruh adanya efektif dari keluarga dan sekolah dalam membentuk generasi muda dari aspek jasmani, akal, dan akhlak.[3]
Kemudian yang dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.[4]
Seperti kita semua sepakati bahwa di era hidup kita saat ini yaitu era modern yang mana peradaban Barat atau lembaga-lembaga internasional yang memihak negara-negara besar dalam seluruh keputusannya, atau sistem Dunia Baru yang datang setelah Perang Teluk II--dunia dengan ketidakjelasan dan kekacauan dalam nilai-nilai akhlaknya.
Kekacauan ini merupakan penyebab kegetiran yang dirasakan oleh manusia secara individu, masyarakat maupun umat, yang membuat orang-orang kaya makin kaya sementara orang-orang miskin makin miskin, orang-orang kuat makin kuat sementara orang-orang lemah makin lemah.
Setelah peneliti mempelajari kitab Tanbihul Muta’allim, maka penulis ingin untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Ta’lim Muta’allim dan relevansi kitab itu dengan teori pendidikan akhlak modern. Itulah yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini sebagai kajian ilmiah di bidang pendidikan agama Islam dengan judul : “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim ditinjau dari Teori Pendidikan Akhlak Masa Kini (Modern)”.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim?
2.    Apakah ada relevansi antara nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern)?


Dari masalah ini agar tidak terjadi kerancauan dalam peristilahan, maka diberikan penegasan istilah, yaitu:
1.    Nilai-nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa kata nilai berarti banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.[5]
Sedangkan nilai dalam bahasa Inggrisnya adalah value, berasal dari kata valere dalam bahasa Latin atau valoir dalam bahasa Prancis Kuno, yang biasa diartikan sebagai ‘harga’, ‘penghargaan’, atau ‘taksiran’. Maksudnya adalah harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan pada sesuatu.[6]
Nilai-nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang melekat atau terkandung dalam kitab Tanbihul Muta’allim yang berkenaan dengan akhlak bagi seorang pencari ilmu atau orang yang sedang belajar tentang suatu ilmu, baik ilmu Agama maupun ilmu yang berkenaan dengan urusan dunia.
2.    Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa kata pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik.[7]
Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education, yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah pendidikan ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[8]
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu nilai suatu konsep yang digunakan sebagai proses untuk mengubah sikap dan tata laku seorang pencari ilmu atau pelajar sehingga mampu mendewasakan dirinya dalam hidup dan bersosial pada saat melakukan pencarian suatu ilmu demi mendapatkan kemuliaan yang setinggi-tingginya.
3.    Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa kata akhlak berarti budi pekerti, kelakuan.[9] Secara singkat, definisi akhlak dalam bahasa Arab mempunyai arti perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik atau agama.[10]
Akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini ialah akhlak atau karakter yang terbentuk atas dasar prinsip ketundukan, kepasrahan dan kedamaian sehingga mampu tertanam di dalam jiwa para pencari ilmu.
4.    Kitab Tanbihul Muta’allim
Kitab ini adalah karya Ahmad Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang diterbitkan oleh Karya Toha Putra di Semarang. Kitab ini disediakan dan disesuaikan untuk pelajar atau peserta didik pada umumnya agar pelajar selamat dalam belajarnya ke arah cita-cita yang mulia. Adapun nazam yang ada di dalam kitab itu hanya menazamkan dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur.
5.    Teori
Teori yang dimaksud yaitu pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi atau asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan.[11]
Dari penegasan istilah tersebut, maka yang dimaksud dari judul “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim ditinjau dari Teori Pendidikan Akhlak Masa Kini (Modern)” adalah menelaah secara mendalam tentang pemikiran Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi dari Purworejo yang menjelaskan isi nazam yang dinukil dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

C.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari beberapa permaslahan di atas, yaitu :
1.      Untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim.
2.      Untuk mengetahui apakah ada relevansi konsep nilai-nilai pendidikan dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori pendidikan akhlak masa kini (modern).
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan agama Islam dan sekaligus sebagai penambah khasanah perpustakaan perguruan tinggi.


D.  Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1)   Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan cakrawala ilmu yang berkenaan dengan kependidikan sebagai referensi yang berupa bacaan ilmiah.
2)   Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para pemerhati pendidikan, baik kalangan pengajar, maupun masyarakat dalam mendidik, membina dan mengembangkan tingkat pendidikan akhlak seorang pelajar atau pencari ilmu dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelajar atau pencari ilmu terhadap Agama, Bangsa dan Negaranya.

E.  Tinjauan Pustaka
a.    Analisis Teori
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlak masyarakatnya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan bathinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan bathinnya.
Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.[12]
Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.[13]
Akhlak yang mulia dalam agama Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban, menjauhi segala larangan-larangan, memberikan hak kepada Allah, Makhluk, sesama manusia dan alam sekitar dengan sebaik-baiknya.[14]
Bangsa kita, sepertinya saat ini kehilangan kearifan lokal yang menjadi karakter budaya bangsa sejak berabad-abad lalu. Seperti maraknya kasus tawuran antar pelajar, antar mahasiswa dan antar kampung. Tindak korupsi di semua lini kehidupan dan institusi. Kebohongan publik yang telah menjadi bahasa sehari-hari. Tidak ada kepastian hukum, karena pada praktiknya hukum kita bisa diperjualbelikan. Parahnya lagi, bangsa ini miskin figur yang bisa jadi contoh kongkret, serta ditauladani oleh masyarakat. Maka tidak heran jika pembentukan dan pembinaan karakter bangsa menuju masyarakat yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi semangat nasionalisme laksana kapal tanpa pedoman di tengah luasnya samudra.[15]
b.   Kerangka Berfikir
Menurunnya moral bangsa bukan hanya karena disebabkan minimnya figur panutan. Tetapi mungkin juga karena kelemahan generasi muda seperti kami ini yang tak banyak menguasai bahasa Arab. Sehingga tidak mampu membaca teks klasik yang sebenarnya terdapat banyak poin etika dalam kehidupan.
Sebagai alternatif yang bersifat preventiv, pendidikan diharpakan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa ini dalam berbagai aspek, serta dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
Melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan di berbagai tingkat dan jenjang pendidikan, diharapkan krisis karakter bangsa ini bisa segera diatasi. Lebih dari itu, pendidikan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Menurut pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003, disebutkan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 ini, dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas namun juga, berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.[16]

F.   Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara/ jalan yang dipakai untuk melakukan kegiatan penelitian yang mencakup :
1.    Jenis dan Pendekatan Penelitia
a.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian karya ilmiah ini yaitu jenis penelitian pustaka (library research). Kajian pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan bacaan mencakup buku-buku, teks jurnal, majalah-majalah ilmiah dan hasil penelitian yang terkait dengan judul karya ilmiah ini.[17]
Dengan demikian, pembahasan dalam skripsi ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka terhadap buku-buku karya Ahmad Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang menjelaskan isi nazam yang dinukil dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b.   Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis. Bagdan dan Taylor, sebagaimana dikutip Moelong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dan perilaku yang dapat diamati.[18]
Adapun pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.[19]
Jadi penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Setelah gejala, keadaan, variabel dan gagasan dideskripsikan, kemudian dianalisis secara kritis dengan upaya melakukan studi perbandingan atau hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.[20]
Pendekatan ini digunakan karena pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara kritis terhadap suatu permasalahan yang dikaji oleh peneliti yaitu tentang “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim ditinjau dari Teori Pendidikan Akhlak Masa Kini (Modern)”.
2.    Sumber Data
a.    Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber utama.[21]
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kitab tanbihul muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo (Semarang: Karya Thoha Putra, tt) yang menjelaskan isi nazam yang dinukil dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b.   Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pendukung.[22]
Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo dan as-Syeikh Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur dan buku-buku lain yang berkenaan dengan penelitian ini (nilai-nilai pendidikan akhlak).

3.    Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data baik primer maupun sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi literatur, yaitu dengan membaca, memahami, mengidentifikasi, menganalisis dan membandingkan sumber satu dengan yang lain, yang terdapat dalam sumber data. Setelah terkumpul lalu diklasifikasikan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam bab-bab tertentu untuk mempermudah analisis data.[23]
4.    Metode Analisis Data
Sesuai dengan jenis dan sifat data yang yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik analis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analisys) yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan melakukan berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian ditarik kesimpulan sehingga dapat digeneralisasikan menjadi sebuah teori, ide, atau sebuah gagasan baru.[24]
Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrohman, mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.[25]
Artinya, data yang kualitatif tekstual yang diperoleh dikategorikan dengan memilih data sejenis kemudian data tersebut dianalisa secara kritis untuk mendapatkan suatu informasi. Analisis isi (content analisys) dipergunakan dalam rangka untuk menarik kesimpulan yang sahih dari kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo dan as-Syeikh Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur dan buku-buku lain yang berkenaan dengan penelitian ini (nilai-nilai pendidikan akhlak).
Adapun langkah-langkahnya adalah dengan menseleksi teks yang akan diselidiki, menyusun item-item yang spesifik, melaksanakan penelitian, dan mengetengahkan kesimpulan.

G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab dan dari setiap bab dibagi menjadi sub-sub bab. Untuk lebih jelasnya penulis kemukakan sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Berpikir, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim meliputi riwayat hidup kiyai Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi dari Purworejo, nilai-nilai pendidikan akhlak dalm kitab Tanbihul Muta’allim meliputi latar belakang (sejarah kitab Tanbihul Muta’allim), klasifikasi pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim, makna pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Tanbihul Muta’allim, kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan kitab Tanbihul Muta’allim.
Bab III Teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern) meliputi pengertian pendidikan dan akhlak, latar belakang munculnya pendidikan akhlak pada masa kini (modern), urgensi pendidikan akhlak pada masa kini (modern), macam-macam pendidikan akhlak masa kini (modern).
Bab IV Analisis tentang konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim, dan analisis teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern), serta analisis relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern).
Bab V Merupakan bab terakhir atau penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.









DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Mahmud, Ali. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-Habsyi, Husain. Tt. Kamus Al-Kautsa. Surabaya: Assegaf.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Renika Cipta.
Azwar, Sarifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
J. Moelong, Lexi. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Muchson dan Samsuri. 2013. Dasar-Dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Santoso, Mudji. 1996. Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI. dalam Imron Arifin (ed), Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang : Kalimasahada.
Setiawan, Ebta. 2010. KBBI- Kamus Besar Bahasa Indonesia, Offline Versi 1.5.
Soejono dan Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Surachmad, Winarno. 1993. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yatimin Abdullah, M. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran. Jakarta: Amzah.

H.  Penelitian Terdahulu
Adapun pada penelitian terdahulu tidak ada yang membahas secara khusus tentang konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dan relevansi anatara konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori pendidikan akhlak modern, akan tetapi yang ada dalam skripsi hanya membahas konsep belajar dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim dan relevansi antara konsep belajar dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim dengan teori pendidikan masa kini (modern). Skripsi terdahulu ini disusun oleh Pendidikan Agama Islam PANCAWAHANA ( STAI PANA ) Bangil Jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Kemudian dalam penilitian yang lain yaitu membahas nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Abyan Al-Hawaij (karya K.H. Ahmad Rifai), skripsi terdahulu ini disusun oleh Dwi Noviyanti dengan NIM: 232 03 041 tahun 2005 Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan.[26]
Setelah itu dalam penelitian yang lain adalah nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib Lutfi bin Yahya, skripsi terdahulu ini disusun oleh Slamet Wahyudi tahun 2013 Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan.[27]

I.     Fokus Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti akan fokus mengkaji tentang konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dan relevansi antara konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori pendidikan akhlak masa kini (modern).

















BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL MUTA’ALLIM
A.  Riwayat Hidup Kiyai Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi
1.    Biografi Kiyai Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi

2.    Setting Sosial
3.    Karya-karya Kiyai Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi
B.  Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Muta’allim
1.    Sejarah (Latar Belakang) Kitab Tanbihul Muta’allim
2.    Klasifikasi Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Muta’allim
Dalam kitab Tanbihul Muta’allim penulis mengklasifikasikan pendidikan akhlak yang perlu untuk dipenuhi oleh para pencari ilmu menjadi 7 bagian yang meliputi:
a.    Akhlak sebelum hadir di tempat belajar, anatara lain:
1.    Pencari ilmu sebelum masuk/ hadir ke tempat belajar dianjurkan untuk bersuci dengan berwudlu.
2.    Pada saat belajar menggunakan tempat yang bersih dan suci.
3.    Pencari ilmu dianjurkan menggunakan minyak wangi
4.    Pencari ilmu dianjurkan untuk bersiwak sebelum belajar.
5.    Seyogyanya pencari ilmu datang sudah dalam keadaan baik dan rapi.
6.    Pencari ilmu mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan saat belajar agar senantiasa tidak terganggu dengan kekurangan-kekurangan kebutuhannya dalam belajar, seperti buku, bolpoin, dan sebagainya, sehingga menyebabkan pencari ilmu pulang pergi untuk melengkapinya.
b.    Akhlak di tempat belajar, anatara lain:
1.    Duduk dengan tenang, menghadap kiblat, menghadap kepada guru dan mencari tempat yang tidak terlalu jauh serta tidak terlalu dekat pula dengan posisi duduk guru serta senantiasa duduk yang tetap pada dudukan awalnya setiap hendak belajar.
2.    Pencari ilmu dianjurkan memulai pembelajaran dengan membaca kalimah basmalah, hamdalah, shalawat kepada Nabi dan keluarganya, dan meminta taufiq dan hidayah dari Allah S.W.T., begitu pula pada saat akan mengakhiri pembelajaran.
3.    Pencari ilmu menundukkan kepala seraya rendah hati pada saat sang guru memberikan penjelasan tentang suatu ilmu sehingga dapat dipahami dan memberi tanda serta mencatat apa-apa yang sudah dipahami maupun yang belum dipahami supaya pada saat telah usai dijelaskan bisa dipertanyakan kembali kepada sang guru sehingga dapat diulang kembali penjelasannya sampai paham.
c.    Akhlak setelah selasai belajar, antara lain:
1.    Setelah pulang dari tempat belajar dan sampai di rumah, maka pencari ilmu menglang kembali apa-apa yang telah dipelajarinya sehingga dapat pindah ke dalam hati pencari ilmu.
2.    Begitu juga pada saat akan masuk kembali belajar dianjurkan untuk mengulang kembali yang telah dipelajarinya sehingga ilmu tersebut dapat terikat di dalam hati.
d.   Akhlak terhadap jasad/badan (dirinya sendiri), antara lain:
1.    Seyoyanya pencari ilmu menggunakan pekerti yang baik dan budi yang luhur sehingga derjat kemuliaannya ditinggikan, karena barangsiapa yang mencari ilmu dengan syari’at sehingga ia patuh, maka termasuk paling mulia-mulianya urusan dunia dan agama.
2.    Halalnya sesuatu barang yang digunakan/ dikeluarkan termasuk alat-alat belajarnya, karena semua itu akan menjadi sebab terang dan jernihnya hati yang akan menjadi tempatnya ilmu.
3.    Berhati-hati terhadap barang yang mubah dan dianjurkan untuk menjauhi barang yang dapat menjadikanya suatu dosa, karena walaupun 1 dosa apapun dapat membuat hatinya menjadi kotor.
e.    Akhlak terhadap kedua orang tua, antara lain:
1.     
f.     Akhlak terhadap guru, antara lain:
g.    Akhlak terhadap ilmu, antara lain:
3.    Makna Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Muta’allim
4.    Kelebihan dan Kekurangan Kitab Tanbihul Muta’allim
C.  aa
D.    Bab III Teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern) meliputi pengertian pendidikan dan akhlak, latar belakang munculnya pendidikan akhlak pada masa kini (modern), urgensi pendidikan akhlak pada masa kini (modern), macam-macam pendidikan akhlak masa kini (modern).
E.     Bab IV Analisis tentang konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim, dan analisis teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern), serta analisis relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern).
F.      Bab V Merupakan bab terakhir atau penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.



[1] Ali Abdul Halim Mahmud, “Akhlak Mulia”, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm.9.
[2] Ibid, hlm. 22.
[3] Op. Cit. hlm. 25.
[4] Op. Cit. hlm. 26-27.
[5] Ebta Setiawan, KBBI- Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI Offline Versi 1.5, Freewere, 2010.
[6] Muchson dan Samsuri, “Dasar-Dasar Pendidikan Moral”, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 21.
[7] Ebta Setiawan, Op., Cit.,
[8] Agus Wibowo, Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 17.
[9] Ebta Setiawan, Op., Cit.,
[10] Agus Wibowo, Ibid,. hlm. 27.
[11] Ebta Setiawan, Op., Cit.,
[12] M. Yatimin Abdullah, “Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran” (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 1.
[13] Husain Al-Habsyi, “Kamus Al-Kautsar” (Surabaya: Assegaf, tt), hlm. 87.
[14] M. Yatimin Abdullah, Op., Cit., hlm. 2.
[15] M. Yatimin Abdullah, Op., Cit., hlm. 15.
[16] Agus Wibowo, Op., Cit., hlm. 19.
[17] Suharsimi Arikunto, “Manajemen Penelitian” (Jakarta : PT. Renika Cipta, 1993), hlm. 311.
[18] Lexi J. Moelong, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1989), hlm. 3.
[19] Mudji Santoso, “Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI”, dalam Imron Arifin (ed), “Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan”(Malang : Kalimasahada, 1996), hlm. 13.
[20] Suharsimi Arikunto, Op., Cit., hlm. 310.
[21] Sarifuddin Azwar, “Metode Penelitian”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 91.
[22] Ibid., hlm. 91.
[23] Winarno Surachmad, “Metode Penelitian Survey”, (Jakarta: LP3ES, 1993), hlm. 193.
[24] Sutrisno Hadi, “Metodologi Research”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989), hlm. 47.
[25] Soejono dan Abdurrahman, “Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan”, (Jakarta: PT, Rineka Cipta, 1999) hlm. 13.
[26] Dwi Noviyanti, ”Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Abyan Al-Hawaij (Karya K.H. Ahmad Rifai)”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2005).
[27] Slamet Wahyudi, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Pemikiran Habib Lutfi Bin Yahya”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2013).