Jumat, 15 Mei 2015

Jurnal Ringkasan Skripsi (Pendidikan Akhlak)


NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL MUTA’ALLIM KARYA AHMAD MAISUR SINDI AL-THURSIDI


SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
dalam Ilmu Tarbiyah



Oleh :
IMAM SYAFI’I
2021 111 071


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
ABSTRAK
Syafi’i, Imam. 2015. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Muta’allim Karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi. Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekloah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan. Miftahul Ula, M.Ag.
Kata Kunci : Nilai-Nilai, Pendidikan, Akhlak, Kitab Tanbihul Muta’allim
            Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT. (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Televisi yang sarat muatan hedonistis menebarkan jala untuk menjaring pemirsa dengan berbagai tayangan yang sronok penuh janji kenikmatan, keasyikan dan kesenangan. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, etika yang ditawarkan oleh barat, namun banyak kelemahan dan kekurangannya. Karena berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas.
            Permasalahan dalam penelitian ini yaitu, pertama, Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim. Kedua, Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim pada masa kini.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dan relevansi konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim pada masa sekarang. Sedangkan kegunaan penelitian ini secara teoritis yaitu memberikan pengetahuan, informasi dan cakrawala ilmu kependidikan sebagai referensi bacaan ilmiah dan kegunaan praktisnya bagi para pemerhati pendidikan maupun masyarakat dalam mendidik, membina dan mengembangkan nilai-nilai pendidikan akhlak pelajar dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya. Kemudian bagi peneliti dan pembaca yaitu sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis dengan jenis penelitian pustaka (library research). Sedangkan pengumpulan data dengan dokumentasi. Teknik analisis datanya menggunakan teknik analisis isi (content analisys) menurut Weber yang dikutip oleh Soejono dan Abdurrohman yang mana memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan isi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim terbagi menjadi 4 bagian: Pertama, Hubungan antara manusia dengan Allah, seperti menjauhi perkara dosa, menyakini kemuliaan dan keagungan guru, niat dan tujuan belajar. Kedua, Hubungan manusia dengan sesamanya, seperti berbuat baik dan patuh pada kedua orang tua, guru, teman dan masyarakat. Ketiga, Hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti memakan dan memakai barang yang halal, baik dan bersih. Keempat, Akhlak terhadap dirinya, seperti menjaga kebersihan, muthala’ah (mengulang pelajaran), bekerja keras dan bermusyawarah. Kemudian metode-metode yang digunakan yaitu metode pembiasaan, keteladanan, mauidhah hasanah dan cerita. Selain itu nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim masih sangat relevan untuk sebagai buku pedoman penanaman nilai-nilai pendidikan akhlak bagi masyarakat sekarang, khususnya bagi pelajar dan pengajar.
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT. (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Televisi yang sarat muatan hedonistis menebarkan jala untuk menjaring pemirsa dengan berbagai tayangan yang sronok penuh janji kenikmatan, keasyikan dan kesenangan. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, etika yang ditawarkan oleh barat, namun banyak kelemahan dan kekurangannya. Karena berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas.
Sebagaimana pengertian akhlak yang telah dinukil oleh Muchson dan Samsuri, bahwa Al-Ghazali mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.[1]
Dalam buku yang berjudul dasar-dasar pendidikan moral oleh Muchson dan Samsuri disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.[2] Jadi, akhlak itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :
1.    Bagaimana konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi ?
2.    Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi ?
C.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari beberapa permasalahan di atas, yaitu :
1.    Untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim.
2.    Untuk mengetahui relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan agama Islam dan sekaligus penambah hasanah perpustakaan perguruan tinggi.
D.  Tinjauan Pustaka
a.    Analisis Teori
Istilah pendidikan nilai, moral, etika, akhlak dan budi pekerti dalam pandangan masyarakat pada umumnya sering dicampuradukkan. Hal ini terwakili dalam buku pembelajaran nilai-karakter yang dinukil oleh Sutarjo Adisusilo bahwa Brian Hill telah mengatakan: “When people talk about ‘values education’, they are usually talking about moral, religius beliefs, values and ethics.” Kerancuan pengertian tersebut dapat dimengerti karena nilai, moral, etika, akhlak, budi pekerti bahkan karakter dalam kehidupan sehari-hari memang sering digunakan dalam pengertian yang hampir sama. Hal tersebut dapat dipahami sebab unsur dasar dalam setiap istilah tersebut saling bersinggungan satu sama lain dan batasnya amat tipis.[3]
Kemudian Sutarjo Adisusilo menukil kalimat dari Lickona yang merumuskan tujuan pendidikan nilai adalah sebagai: “education has had two great goals: to help young people become smart and to help  them become good.”[4]
Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.[5]
b.   Penelitian Terdahulu
Adapun pada penelitian terdahulu tidak ada yang membahas secara khusus tentang konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim, akan tetapi yang ada dalam skripsi hanya membahas nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Abyan al-Hawaij (karya K.H. Ahmad Rifai). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dan karakteristik pendidikan akhlak dalam kitab Abyan Al- Hawaij. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Abyan Al-Hawaij sangat selaras dengan nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Islam walaupun lebih unik karena lebih condong pada ajaran yang bersifat pendekatan kepada Allah SWT. dan taswuf. skripsi ini disusun oleh Dwi Noviyanti dengan NIM: 232 03 041 tahun 2005 Jurusan Tarbiyah PRODI PAI STAIN Pekalongan.[6]
Setelah itu dalam penelitian yang lain membahas apa dan bagaimana pendidikan akhlak itu?. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib Lutfi bin Yahya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib Lutfi bin Yahya yang mana intisari dari ajarannya bermuara pada adab sangat relevan jika diaplikasikan dalam mengoptimalkan pendidikan akhlak yang tujuan utamanya pada sikap dan tingkah laku mulia terutama pada anak didik, serta dapat dijadikan bimbingan konseling di sekolah atau madrasah dan perguruan tinggi untuk mencapai kesempurnaan akhlak. skripsi ini berjudul nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib Lutfi bin Yahya, disusun oleh Slamet Wahyudi tahun 2013 Jurusan Tarbiyah PRODI PAI STAIN Pekalongan.[7]
c.    Kerangka Berfikir
Menurunnya moral bangsa antara lain disebabkan minimnya figur panutan dan kelemahan generasi muda seperti kami ini yang tak banyak menguasai bahasa Arab. Sehingga tidak mampu membaca teks klasik yang sebenarnya terdapat banyak poin etika dalam kehidupan.
Sebagai alternatif yang bersifat preventiv, pendidikan diharapakan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa ini dalam berbagai aspek, serta dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
Rounded Rectangle: Kepribadian seseorang/ kelompokRounded Rectangle: Pola Sikap
Pola tingkah laku
Di bawah ini adalah skema hubungan nilai-nilai pendidikan akhlak/ nilai/ sikap, tingkah laku dan kepribadian seseorang menurut Yvon Ambroise:









Rounded Rectangle: Nilai









 


Nilai menjadi acuan dalam menentukan sikap, dan sikap menjadi acuan dalam bertingkah laku.[8] Melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan di berbagai tingkat dan jenjang pendidikan, diharapkan krisis karakter bangsa ini bisa segera diatasi.
E.   Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara/ jalan yang dipakai untuk melakukan kegiatan penelitian yang mencakup :
1.    Jenis dan Pendekatan Penelitian
a.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian karya ilmiah ini yaitu jenis penelitian pustaka (library research). Kajian pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan bacaan mencakup buku-buku, teks jurnal, majalah-majalah ilmiah dan hasil penelitian yang terkait dengan judul karya ilmiah ini.[9]
Dengan demikian, pembahasan dalam skripsi ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka terhadap buku-buku karya Ahmad Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b.   Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis. Bagdan dan Taylor, sebagaimana dikutip Moelong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dan perilaku yang dapat diamati.[10]
Pendekatan ini digunakan karena pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara kritis terhadap suatu permasalahan yang dikaji oleh peneliti yaitu tentang “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi”.
2.    Sumber Data
a.    Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber utama.[11]
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi dari Purworejo (Semarang: Karya Thoha Putra, 1997) yang menjelaskan isi nazam yang dinukil dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b.   Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pendukung.[12]
Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain Adabul ‘Alim Wal Muta’allim karya al-Syeik Hasyim ‘Asy’ari al-Janbani, Ta’limul Muta’allim karya al-Zarnuji, terjemah Ta’limul Muta’allim karya Abu Aufa al-Dimawi, Etika Menuntut Ilmu terjemah Ta’limul Muta’allim dengan penerjemah Achmad Sunarto, Alala karya Muhammad Abu Bisyri al-Dimawi, Taisirul Khalaq Fi ‘Ilmil Akhlaq karya Hafidz Hasan al-Mas’udi, Adabud Dunya Waddin karya Abi Hasan ‘Ali bin Muhammad dan  kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo serta buku-buku lain yang berkenaan dengan penelitian ini.
3.    Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan datanya menggunakan cara dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa  catatan transkrip, buku, agenda dan sebagainya.[13] Metode ini  digunakan   untuk  mengumpulkan  data-data  yang  berkaitan dengan  kajian  yang  berasal  dari  dokumen-dokumen seperti buku-buku yang ada di perpustakaan maupun kitab-kitab yang menjadi rujukan dari penulisan kitab Tanbihul Muta’allim.
Pengumpulan data baik primer maupun sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan membaca, memahami, mengidentifikasi, menganalisis dan membandingkan sumber satu dengan yang lain, yang terdapat dalam sumber data. Setelah terkumpul lalu diklasifikasikan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam bab-bab tertentu untuk mempermudah analisis data.[14]
4.    Metode Analisis Data
Sesuai dengan jenis dan sifat data yang yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik analis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analisys) yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan melakukan berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian ditarik kesimpulan sehingga dapat digeneralisasikan menjadi sebuah teori, ide, atau sebuah gagasan baru.[15]
Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrohman, mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.[16] Artinya, data yang kualitatif tekstual yang diperoleh dikategorikan dengan memilih data sejenis kemudian data tersebut dianalisa secara kritis untuk mendapatkan suatu informasi. Analisis isi (content analisys) dipergunakan dalam rangka untuk menarik kesimpulan yang sahih dari kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo dan buku-buku lain yang berkenaan dengan penelitian ini.


F.   Hasil Penelitian
1.    Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul Muta’allim Karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi
Dari uraian sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi terbagi menjadi 4 bagian:
1.    Hubungan antara manusia dengan Allah, yang meliputi:
a.    Berdo’a sebelum dan sesudah belajar
b.    Menjauhi perkara dosa
c.    Menyakini kemuliaan dan keagungan guru
d.   Disiplin waktu
e.    Niat dan tujuan belajar
2.    Hubungan manusia dengan sesamanya, yang meliputi:
a.    Akhlak terhadap keluarga, antara lain:
1.   Berbuat baik dan patuh pada kedua orang tua
2.   Mendo’akan kedua orang tua
b.    Akhlak terhadap masyarakat, antara lain:
1.   Memuliakan dan mengagungkan guru
2.   Taat dan rendah hati
3.   Tidak sombong dan tidak minder
3.    Hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti memakan dan memakai barang yang halah, baik dan bersih.
4.    Akhlak terhadap diri sendiri, yang meliputi:
1.    Menjaga kebersihan dengan bersuci
2.    Muthala’ah (mengulang pelajaran)
3.    Berkerja keras dan bermusyawarah
Kemudian metode-metode yang digunakan dalam mengingatkan dan menanamkan serta menyampaikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi terhadap peserta didik menurut penulis yang paling urgen antara lain:
1.    Metode pembiasaan
2.    Metode keteladanan
3.    Metode mauidhah hasanah
4.    Metode cerita
2.    Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul Muta’allim Karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi
Di dunia pendidikan yang seharusnya menjadi tauladan, selalu menjaga prinsip-prinsip moral, ternyata juga tidak sepi dari sorotan negatif. Itu semua adalah pertanda bahwa karakter bangsa ini oleh sementara orang sudah dianggap mulai mengkhawatirkan. Terkait pendidikan karakter atau akhlak, ada dua hal yang seharusnya diperbaharui, yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku tenaga kependidikan.
Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi masih sangat relevan untuk dipergunakan sebagai buku pedoman penanaman nilai-nilai pendidikan akhlak bagi masyarakat sekarang, khususnya bagi pelajar dan pengajar yang terlibat dalam dunia pendidikan sehingga mampu mengatasi kemerosotan akhlak pelajar baik dalam mencari ilmu maupun bersosial terhadap masyarakat sekitarnya.












PEMBAHASAN
Kandungan Umum (Nilai-nilai Pendidikan Akhlak) dalam Kitab Tanbihul Muta’allim
Dalam kitab Tanbihul Muta’allim penulis mengklasifikasikan pendidikan akhlak yang perlu untuk dipenuhi oleh para pelajar pada khususnya menjadi 7 bab yang meliputi:[17]
1.    Al-Adab qoblal hudlur (adab sebelum hadir di tempat belajar), antara lain yaitu:
لِطَالِبِ الْعِلْمِ يَنْبَغِيْ إِذَا حَضَرَا # مَجْلِسَ عِلْمٍ تَطَهُّرٌ كَمَا فَعَلَا
لُبْسَ ثِيَابٍ نَظِيْفَةٍ وَقَدْ طَهُرَتْ # تَطَيُّبٌ وَاسْتِيَاكٌ جَا وَقَدْ جَمُلَا
Sebelum masuk ke dalam tempat mencari ilmu (madrasah), pelajar dianjurkan untuk bersuci dengan wudlu’, memakai pakaian yang bersih dan suci serta memakai parfum, dan menggunakan siwak supaya sampai di madrasah sudah dalam keadaan rapi.

يُعِدَّ مَا هُوَ مُحْتَاجٌ إِلَيْهِ لَدَى # تَعَلُّمٍ كَيْ يَكُوْنُ حَاضِرًا كَمُلَا
Kemudian ia menyiapkan peralatan yang akan dibawa ketika belajar, supaya ketika hadir di madrasah sudah tidak perlu kembali lagi karena ada yang masih kurang.[18]
2.    Al-Adab fii majlisi al-ta’allumi (akhlak di tempat belajar), antara lain, yaitu :
وَلْيَجْلِسَنْ فِى وَقَارٍ هَيْبَةٍ بِمَكَا # نٍ بَارِزٍ لَائِقٍ يَعْتَادُ قَدْ قَبِلَا
Pelajar duduk yang tenang (jatmiko), menghormati guru dan ilmu di tempat yang sesuai dengan adab, maksudnya tidak terlalu dekat, tetap (istiqomah), serta menghadap ke guru dan arah kiblat.

يَفْتَحُ يَخْتِمُ مَجْلِسًا بِحَمْدَلَةٍ # ثُمَّ صَلَاةِ النَّبِيِّ تَوْفِيْقَهُ سَأَلَا
Kemudian ia memulai belajar dengan mengucapkan basmallah, hamdallah, dan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. sekeluarga dan para sahabat. Begitu pula ketika mengahiri juga mengucap hamdallah.

يُصْغِى لِمَا شَيْخُهُ يُلْقِيْهِ مُعْتَنِيًا # اَلْفَهْمَ يَكْتُبُ بِالتَّقْيِيْدِ مَا شَكَلَا
Kemudian pelajar memperhatikan terhadap pelajaran yang diterangkan oleh guru supaya faham, dan menandai masalah-masalah yang belum difaham supaya ditanyakan kepada gurunya sehingga faham.[19]
3.    Al-Adab ba’dal inshiraf (akhlak setelah selasai belajar), antara lain yaitu:
يَعُوْدُ فَالدَّرْسَ آنِفًا يُرَاجِعُهُ # حَتَّى يَكُوْنَ إِلَى الضَّمِيْرِ مُنْتَقَلَا
كَذَاكَ قَبْلَ حُضُوْرِ الثَّانِ جَدَّدَهُ # حِفْظًا لِأَنْ حَلَّ فِى الصَّدْرِ قَدِ انْعَقَلَا
Sepulang dari madrasah sampai di rumah kemudian muroja’ah pelajaran yang baru dipelajari sampai pindahke hati. Begitu juga muroja’ah saat sebelum masuk lagi supaya ilmu tetap benar-benar terikat erat dalam hati.[20]
4.    Al-Adab al-nafsiyah (akhlak terhadap jasad/badan/dirinya sendiri), antara lain yaitu:
وَلْيَكُ مُسْتَعْمِلًا بِحُسْنِ الْخُلُقِ # عَالِى الْمَآدِبِ لِلْمَعَالِ مُرْتَحِلَا
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ بِالشَّرْعِ فَقَدْ طَلَبَا # أَعْلَى أُمُوْرِ الدُّنَا وَالدِّيْنِ مُشْتَغِلَا
Pelajar menggunakan budi pekerti yang luhur. Karena orang yang mencari ilmu syara’ itu benar-benar sibuk mencari tingginya masalah dunia dan agama.

وَلْيَكُ مَطْعَمَهُ حِلًا وَمَلْبَسَهُ # آلَاتُهُ يَسْتَنِرْ طَوِيَّهُ صَقِلَا
Pelajar harus halal makanan dan pakaiannya, begitu juga dengan peralatan belajarnya, karena hal itu yang menyababkan terang dan beningnya hati yang sesuai untuk tempat ilmu.

وَلْيُقْلِلَنَّ مُبَاحَاتٍ وَيَجْتَنِبَا # عَنِ الْمَآثِمِ مَأْثَمٌ صَدَا نَزَلَا
قَالَ ابْنُ إِدْرِيْسَ لَا يُفْلِحُ مَنْ طَلَبَا # اَلْعِلْمَ مَعْ عِزَّةٍ وَوُسْعَةٍ حَمَلَ
Pelajar mengurangi hal-hal yang mubah dan menjauhi hal-hal yang bisa menuju ke perbuatan dosa, karena satu dosa saja sudah menjadi kotoran di hati. Imam Syafi’i berkata: Tidak sampai kemulyaan yang sempurna seseorang yang menuntut ilmu dengan memanjakan badan dan hidup bermewah-mewahan.[21]
5.    Al-Adab ma’al walidaini (akhlak terhadap kedua orang tua), antara lain yaitu:
وَلْيَكُ بُرًّا لِوَاِلدَيْهِ مُجْتَهِدًا # وَدَاعِيًا مَهْدِيًا مِنْ بَعْدِ مَا نْتَقَلَا
Pelajar berbuat baik terhadap kedua orang tua dengan sungguh-sungguh dan mendo’akannya serta mengirim pahala kebaikan setelah wafatnya.[22]
6.    Al-Adab ma’a al-syaikh (akhlak terhadap guru), antara lain yaitu:
وَلْيَعْتَقِدْ بِجَلَالَةِ الْمُعَلِّمِ مَعْ # رُجْحَانِهِ كَيْ يَكُوْنَ مُفْلِحًا قَبِلَا
Pelajar menyakini kemuliaan dan keluhuran seorang guru agar pelajar menjadi orang yang beruntung pada zaman yang akan dihadapinya.

وَلْيَتَحَرَّ رِضَا أُسْتَاذِهِ وَكَذَا # تَعْظِيْمَهُ مُخْلِصًا يَكُنْ مِنَ الْفُضَلَا
اَلْبَيْهَقِى مِنْ أَبِيْ هُرَيْرَةٍ رَفَعَا # تَوَاضَعُوْا مَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ عَلَا
وَكَانَ عِنْدَ الْمُغِيْرَةِ مَهَابَةُ إِبْــ # ــرَاهِيْمَ مِثْلَ مَهَابَةِ الْأَمِيْرِ وَلَى
Pelajar bersungguh-sungguh mencari ridlanya guru dan mengagungkan guru dengan hati yang bersih, maka pencari ilmu termasuk golongan orang yang utama. Imam Baihaqi menceritakan hadits marfu’ dari sahabat Abi Hurairah RA. : sopan santunlah kalian semua terhadap orang yang mengajarimu., sebagaimana Syaikh Mughirah takut kepada Syaikh Ibrahim seprti takut terhadap raja yang menguasainya.

لَا يُضْجِزَنْهُ فَإِنَّهُ لَهُ خَلَلُ # خَشْيَةَ أَنْ يُحُرَمَ انْتِفَاعِ مَنْ فَعَلَا
Janganlah  pelajar berpindah-pindah sehingga membuat kebosanan pada guru, maka hal itu akan merusak kepahaman dan pekerti yang dapat mencegah dalam mengambil kemanfaatan ilmu.

وَلْيَكُ مُسْتَأْذِنًا إِذَا تَعَذَّرَ مِنْ # دُخُوْلِهِ مُعْلِنًا عُذْرًا بِهِ نَزَلَا
Pelajar meminta ijin kepada guru ketika ada halangan tidak masuk dalam belajar dengan menjelaskan halangannya.[23]
7.    Al-Adab ma’al ilmi (akhlak terhadap ilmu), antara lain yaitu:
وَلْيُفْرِغِ الْجُهْدَ فِى التَّحْصِيْلِ أَنْ حَصَلَا # وَلَمْ يَنَلْهُ بِرَاحَةٍ أَتَى عَطَلَا
Pelajar bersungguh-sugguh dengan sekuat tenaga dalam menghasilkan ilmu agar dapat memperoleh ilmu, karena ilmu tidak akan didapat dengan bersantainya badan dan banyak menganggur.

وَلْيَعْرِفَنْ لَفْظَهُ لُغَتَهُ وَكَذَا # إِعْرَابُهُ وَمَعَانِيَ الَّذِيْ شَمِلَا
نُطْقًا وَفَهْمًا مُحَقِّقَ الْجَمِيْعِ وَمُتْــ # ــقِنًا لِحِفْظِ وَكَتْبَةِ الَّذِيْ شَكَلَا
مَنْ كَانَ مُقْتَصِرًا عَلَى كِتَابَتِهِ # سَمَاعِهِ أَتْعَبَ النَّفْسَ وَجَاءَ وَلَا
Hendaknya pelajar mengetahui pada lafadhnya ilmu dan bahasanya ilmu, serta i’robnya lafadh, beberapa makna yang diucapkan dan  kepahamannya sehingga menjadi jelas dan nyata atas semua itu supaya memperkuat hafalannya dan menuliskan perkara yang samar. Karena barang siapa yang menjaga dalam menulis ilmu dan mendengarkan ilmu saja, maka hanya akan membuat lelah dan tidak akan mendapatkan kemanfaatannya.

وَلْيَبْحَثَنْ أَهْلَ عِلْمٍ بِاْلمُذَاكَرَةِ # هِيَ حَيَاةُ الْعُلُوْمِ قَالَهُ الْفُضَلَا
وَلْيَحْفَظَنْهُ بِتَدْرِيْجٍ بِمَسْأَلَةٍ # مِنْ بَعْدِ مَسْأَلَةٍ مَهْلًا يَنَلْ أَمَلَا
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ جُمْلَةً فَقَدْ طَلَبَا # يَفُوْتُهُ الْعِلْمُ جُمْلَةً يَضِعْ عَمَلَا
Hendaknya pelajar berbicara/ bermusyawarah dengan para ahli ilmu, karena hidupnya ilmu dengan bermusyawarah. Dan pelajar menghafalkan per bab/ tiap satu permasalahan sampai ke bab/ permasalahan yang lain dengan pelan-pelan, maka pelajar akan mudah diingat-ingat per bab tersebut. Karena orang yang mencari ilmu dengan borongan/ semua bab, maka hal itu akan membuat repot bagi dirinya dan akan menjadi sia-sia atas apa yang telah dilakukannya.

وَلْيَكُ أَوْقَاتَهُ مُوَزَّعًا لِيَفِى # بِمَا لَهَا مِنْ حُقُوْقِهَا فَمَا عَطَلَا
مُرَتِّبًا لِلْأُمُوْرِ جَاعِلًا أَحَدَا # اَلأَشْيَا مَكَانًا يُعَادِىْ كَسَلًا مَلَلًا
Hendaknya pelajar dapat membagi waktu agar dapat memenuhi hak-haknya waktu sehingga tidak ada waktu yang kosong dan sia-sia. Dan pelajar menata semua perkara dengan rajin seperti meletakkan sesuatu pada tempat yang tetap serta melawan rasa malas dan bosan.

وَلْيُكْثِرِ الدَّرْسَ لَيْلًا بِمُطَالَعَةٍ # مُغْتَنِمًا سَحَرًا كَيْ يُدْرِكَ الْعُقَلَا
Hendaknya pelajar memperbanyak untuk mengulang pelajaran di waktu malam terlebih lagi pada waktu sahur agar dapat mengejar para ahli ilmu.

وَلْيَخْذَرِ الْخَرْصَ فِى الْحِفْظِ تَحَمُّلِهِ # عَلَى تَسَاُهُلِهِ أَنْ كَانَ قَدْ سَهُلَا
لَا يَمْنَعَنْهُ الْحَيَاءُ الْكِبْرُ فِى الطَّلَبِ # مِنْ أَخْذِهِ الْعِلْمَ مِمَّنْ دُوْنَهُ نَزَلَا
لَمْ يَنَلِ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلَا مُتَكَبْــ # بِّــرٌ وَلَا الْمَاءُ سَالَ صَاعِدًا جَبَلَا
Hendaknya pelajar merasa takut dan tidak meremehkan ilmu dengan beralasan ilmu itu mudah dan tidak merasa malu serta sombong terhadap orang yang lebih rendah nasabnya dan umurnya serta lain-Nya, karena orang yang malu dan orang yang sombong tidak akan mendapatkan ilmu, sebagaimana tidak ada air yang mengalir ke atas gunung.

مَنْ لَيْسَ مُحْتَمِلًا ذُلَّ التَّعَلُّمِ سَا # عَةً فَفِى ذِلَلِ الْجَهْلِ بَقِىْ طِوَلَا
Barang siapa yang tidak bisa menanggung deritanya (cobaan) mencari ilmu dalam waktu yang pendek, maka orang itu akan berada dalam kebodohan yang hina pada waktu yang lama.

وَلْيُصْلِحَنْ نِيَّةَ الْعِلْمِ بِحَيْثُ يَكُوْ # نُ مُخْلِصًا لَمْ يُرِدْ عَرْضَ الدُّنَا سَفُلَا
مُبْتَعِدًا عَنْ مَحَبَّةِ الرِّيَاسَةِ تَعْــ # ــظِيْمِ الْأُنَاسِ وَمَدْحِهِمْ لَهُ جَزُلَ
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِلهِ وَمَا طَلَبَا # إِلَّا الدُّنَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجِنَانِ جَلَا
Pelajar hendaknya membaguskan/ memurnikan niatnya dalam mencari ilmu dengan tidak mengharapkan harta benda yang mulia dan menjauhi dari mencintai kedudukan, dimuliakan manusia serta dipuji oleh manusia, maka ia akan menjadi orang yang mulia. Barang siapa orang yang mencari ilmu itu karena Allah, maka pelajar tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali perkara dunia dan ia tidak akan mendapatkan baunya surga.

وَلْيَحْذَرَنْ أَنْ يُمَارِيَ بِهِ وَيُرَا # ئِيَ بِهِ وَيُبِاهِيَ بِهِ خُيَلَا
وَلْيُعْمَلَنَّ بِمَا سَمِعَ مِنْ جُمَلِ # عِلْمَ الْعِبَادَاتِ وَالْأَدَابِ مَا فَضُلَا
Hendaklah pelajar takut dengan perselisihan ilmu, unggul-unggulan  ilmu karena sombong dan mengamalkan sesuatu yang pernah didengarnya dari beberapa bagian ilmu ibadah dan ilmu akhlak yang utama.

فَذَا زَكَاةُ الْعُلُوْمِ سَبَبٌ وَصَلَا # لِحِفْظِهَا مَنْ أَرَادَهُ أَتَى عَمَلَا
وَلْيُرْشِدَنَّ إِلَى الْعِلْمِ إِذَا ظَفَرَا # بِهِ وَلَوْ كِلْمَةٍ لِلهِ مَا بَخِلَا
Beberapa amal akan menjadi pembersih beberapa ilmu yang akan menjadi sebab munculnya hafal beberapa ilmu, barang siapa mengharapkan hafal ilmu, maka lakukanlah ilmu itu dan mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya walaupun satu kalimat karena Allah Ta’ala, maka ia tidak termasuk orang yang bakhil.[24]


PENUTUP
A.  Simpulan
1.    Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul Muta’allim Karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi
Dari uraian sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi terbagi menjadi 4 bagian:
a.    Hubungan antara manusia dengan Allah, yang meliputi:
1.    Berdo’a sebelum dan sesudah belajar
2.    Menjauhi perkara dosa
3.    Menyakini kemuliaan dan keagungan guru
4.    Disiplin waktu
5.    Niat dan tujuan belajar
b.    Hubungan manusia dengan sesamanya, yang meliputi:
1.    Akhlak terhadap keluarga, antara lain:
a.    Berbuat baik dan patuh pada kedua orang tua
b.    Mendo’akan kedua orang tua
2.    Akhlak terhadap masyarakat, antara lain:
a.    Memuliakan dan mengagungkan guru
b.    Taat dan rendah hati
c.    Tidak sombong dan tidak minder
c.    Hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti memakan dan memakai barang yang halah, baik dan bersih.
d.   Akhlak terhadap diri sendiri, yang meliputi:
1.    Menjaga kebersihan dengan bersuci
2.    Muthala’ah (mengulang pelajaran)
3.    Berkerja keras dan bermusyawarah
Kemudian metode-metode yang digunakan dalam mengingatkan dan menanamkan serta menyampaikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi terhadap peserta didik menurut penulis yang paling urgen antara lain:
1.    Metode pembiasaan
2.    Metode keteladanan
3.    Metode mauidhah hasanah
4.    Metode cerita
2.    Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul Muta’allim Karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi
Di dunia pendidikan yang seharusnya menjadi tauladan, selalu menjaga prinsip-prinsip moral, ternyata juga tidak sepi dari sorotan negatif. Itu semua adalah pertanda bahwa karakter bangsa ini oleh sementara orang sudah dianggap mulai mengkhawatirkan. Terkait pendidikan karakter atau akhlak, ada dua hal yang seharusnya diperbaharui, yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku tenaga kependidikan.
Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi masih sangat relevan untuk dipergunakan sebagai buku pedoman penanaman nilai-nilai pendidikan akhlak bagi masyarakat sekarang, khususnya bagi pelajar dan pengajar yang terlibat dalam dunia pendidikan sehingga mampu mengatasi kemerosotan akhlak pelajar baik dalam mencari ilmu maupun bersosial terhadap masyarakat sekitarnya.
B.  Saran-saran
1.    Hendaknya peserta didik memenuhi hak-haknya akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap lingkungan dan akhlak terhadap diri sendiri supaya ilmu yang dipelajarinya bisa memberikan kemanfaatan dan keberkahan bagi agama, kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
2.    Hendaknya pendidik tidak bosan-bosan dalam mengingatkan, menanamkan dan  menyampaikan nilai-nilai pendidikan akhlak peserta didik dimanapun mereka berada terlebih pada masa-masa pencarian ilmu, baik ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran. Jakarta: Amzah.
Adi Susilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter (Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Renika Cipta.
Azwar, Sarifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maisur Sindi Al-Thursidi, Ahmad. 1997. Tanbihul Muta’allim. Semarang : Karya Toha Putra.
Moelong, Lexi J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Muchson dan Samsuri. 2013. Dasar-Dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Noviyanti, Dwi. 2005. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Abyan Al-Hawaij (Karya K.H. Ahmad Rifai). Skripsi Sarjana Pendidikan. Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan.
Soejono dan Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Surachmad, Winarno. 1993. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Wahyudi, Slamet. 2013. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Pemikiran Habib Lutfi Bin Yahya”. Skripsi Sarjana Pendidikan. Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan.


[1] Muchson dan Samsuri, Dasar-Dasar Pendidikan Moral, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 1.
[2] Muchson dan Samsuri, op., cit., hlm. 26-27.
[3] Sutarjo Adi Susilo, Pembelajaran Nilai-Karakter (Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 69.
[4] Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 72.
[5] M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 1.
[6] Dwi Noviyanti, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Abyan Al-Hawaij (Karya K.H. Ahmad Rifai), Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2005).
[7] Slamet Wahyudi, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Pemikiran Habib Lutfi Bin Yahya”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013).
[8] Sutarjo Adi Susilo, op., cit., hlm. 69.
[9] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT. Renika Cipta, 1993), hlm. 311.
[10] Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1989), hlm. 3.
[11] Sarifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 91.
[12] Sarifuddin Azwar, ibid., hlm. 91.
[13] Suharsimi Arikunto, op., cit., hlm. 108.
[14] Winarno Surachmad, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1993), hlm. 193.
[15] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989), hlm. 47.
[16] Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: PT, Rineka Cipta, 1999) hlm. 13.
[17] Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi, ibid, hlm. 32.
[18] Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi, ibid, hlm. 4.
[19] Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi, ibid, hlm. 5-6.
[20] Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi, ibid, hlm. 7.
[21] Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi, ibid, hlm. 8-10.
[22] Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi, ibid, hlm. 10.
[23] Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi, ibid, hlm. 11-13.
[24] Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi, ibid, hlm. 14-23.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar