Minggu, 06 Oktober 2013

Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam d Mesir

PEMBAHASAN
Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir

A.Sejarah Awal Pendidikan Islam di Mesir
Jasa terpenting yang disumbangkan Mesir bagi kemajuan umat Islam adalah hasil kegiatan bidang pengetahuan. Sejak  masa pemerintahan dinasti Fatimiyah, Mesir khususnya kairo telah menjadi pusat intelektual Muslim dan kegiatan ilmiah lainya. Kegiatan pendidikan biasanya banyak dilakukan di Masjid-masjid maupun tempat-tempat keramaian (Syadid, 2001 : 37). Tumbuhnya Mesir sebagai pusat ilmu keislaman didukung oleh para penguasanya yang sepanjang sejarah menaruh minat besar pada bidang pengetahuan.
            Kecenderungan para khalifah Fatimiyah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terlihat dari zaman Al-Muiz. Usaha yang mereka lakukan adalah menyebarkan para da’I untuk melakukan dakwah yang disampaikan dengan tujuan untuk menyampaikan doktrin agama dan menghimbau rakyat untuk berpendidikan tinggi. Adapun metode yang dilakukan adalah da’i duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya. (Djojosuwarsono, t.t.: 387).
            Pada masa Khalifah Al-Aziz semangat intelektual dan pengembangan kualitas pemikiran, orang Mesir mampu mengungguli negara lainnya. Al-Aziz mencoba merubah fungsi masjid Al-Azhar yang dibangun oleh Jauhar menjadi sebuah Universitas pertama di Mesir, yang merupakan waqaf dari Al-Aziz sendiri.[1]

B. Sejarah Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir
            Sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam. Namun secara historis kesadaran pembaharuan Islam berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria pada tanggal 2 Juli 1798 M. Ekspedisi Napoleon ini membawa angin segar bagi sejarah perkembangan bangsa Mesir, terutama menyangkut pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perancis banyak memberi inspirasi bagi tokoh pendidikan Mesir untuk melakukan perubahan yang mendasar pada system dan kurikulum pendidikan.[2]

Sistem pendidikan modern mulai memasuki Mesir, di zaman pemerintahan Mukhammad Ali Pasya (1765-1849). Sungguhpun ia seorang yang buta huruf, namun ia mengerti akan pentingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu Negara. Untuk membantunya dalam mengembangkan pendidikan dan ilmu pengetahuan ini, ia mendirikan kementrian pendidikan. Dan untuk memperkuat kedudukannya sebagai penguasa di Mesir, pertama-tama ia mendirikan Sekolah Militer tahun 1815 M, kemudian tahun 1916 M ia mendirikan Sekolah Teknik dan Sekolah Kedokteran (1927). Guru-gurunya dan tenaga ahli didatangkan dari Eropa. Di samping itu Mukhammad Ali juga mengirimkan siswa-siswa untuk belajar ke Eropa, guna mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah kembali  ke tanah air, mereka diberi tugas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, dan mendirikan/mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan kemudian. Sekolah-sekolah yang pertama kali didirikan oleh Mukhammad Ali adalah sekolah pertambangan, sekolah pertanian, dan sekolah penerjemahan.[3]
Sekolah pertama yang dibangun adalah sekolah tinggi dan sekolah spesialisasi. Untuk mengisi sekolah ini maka dibutuhkan sekolah menengah dan madaris tajhiziyah (Yunus, 1989 : 18). Pada tahun 1883 di Kota Kairo, Alexandria dan berbagai tempat lain. Setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu dicatat berkenaan dengan upaya modernisasi yang dilakukan oleh Ali Pasya, yaitu antara lain :
1.      Diberlakukannya system sentralistik sebagai akibat dari pengaruh pendudukan Perancis. Disamping itu ia adalah seorang otokrat yang memusatkan kekuasaan di tangannya sendiri, termasuk pendidikan.
2.      Sehingga kwalitas lulusan ia buat untuk mampu memenuhi kebutuhan pemerintahannya.
3.      Karena tujuan utama pendidikan bersifat pragmatis, maka modernisasi terfokus pada lembaga tingkat tinggi yang khusus melatih profesionalitas pegawai.[4]
Sementara itu, system pendidikan tradisional tetap dipertahankan dengan adanya pembinaan dari Al-Azhar, dan pada umumnya ulama-ulama Al-Azhar ini pun menentang masuknya sekolah-sekolah modern itu, kecuali beberapa orang seperti Mukhammad Abduh yang dikenal sebagai ulama’ yang telah mempelopori usaha pembaharuan/ modernisasi dalam universitas Al-Azhar.
C.Sistem Pendidikan Mesir di Era Modern
            Pada saat ini system pendidikan di Mesir dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu :
a)      Pendidikan Dasar (Al-Taklimil Islamiy)
b)      Pendidikan Menengah (Al-Taklimil Al-tsanawiy)
c)      Pasca Pendidikan Sekunder (Al-Taklimil Jaamiiy)
Sejak perluasan bebas wajib belajar hukum pada tahun 1981 maka diadakan peraturan baru yang isinya kurang lebih yaitu bebas biaya wajib belajar bagi sekolah persiapan atau sekolah dasar. Sedangkan untuk perguruan tinggi atau pasca Pendidikan Sekunder negeri, hanya membayar biaya pendafataran saja.
Jenis-jenis Sekolah :
1.      Sekolah negeri
Sekolah negeri berada di bawah pemerintah. Masyarakat Mesir dapat mengenyam pendidikan tinggi tanpa biaya dan hanya membayar uang pendaftarannya  saja. Sedangkan mahasiswa internasional harus membayar penuh biaya pendidikan yang mencapai hingga $ 1500 per tahun. Contoh : Universitas Al-Azhar didirikan pada tahun 975 M dan Universitas Kairo didirikan pada tahun 1908. Secara umum, terdapat dua jenis sekolah-sekolah negeri :  Arab dan sekolah Eksperimental Language Schools :[5]
a.Sekolah Arab, pemerintah menyediakan kurikulum nasional dalam bahasa Arab.
b.Experimental Language Schools, pendidikan yang diajarkan sebagian besar dalam bahasa asing, contohnya kurikulum dalam bahasa inggris, Perancis dan menambahkan kedua bahasa asing.
            Hampir semua Sekolah negeri di Mesir memiliki asrama untuk para mahasiswanya. Terutama untuk mahasiswa internasional. Sedangkan mahasiswa lokal atau dalam negeri kebanyakan tinggal di rumah orang tuanya. Sedangkan untuk pendafataran ke Sekolah negeri yaitu melalui sentralisasi kantor (Office of Adminission Mesir Universitas/ Maktab tansiyqil jaami’ati al-Misriyah). Siswa dengan skor yang lebih tinggi memiliki peluang yang lebih baik mendapatkan tempat sendiri di sekolahan pilihan mereka.


2.      Sekolah Swasta
Secara umum, mereka adalah tiga jenis sekolah swasta;
            a.Sekolah biasa, kurikulum mereka sangat mirip dengan yang di sekolah-sekolah negeri, tetapi sekolah swasta siswa harus membayar sendiri fasilitas sekolah.
            b.Sekolah bahasa, mengajar kurikulum dalam bahasa Inggris, Perancis, dan menambahkan dengan bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Mereka diharapkan akan lebih baik dibandingkan dengan sekolah lainnya, karena fasilitas yang tersedia, tetapi mereka biaya yang lebih tinggi.
            c.Sekolah agama, agama yang berorentasi pada sekolah yang disponsori oleh Muslim Brotherhood gerakan, khususnya di wilayah barat delta.
     Kebanyakan dari sekolah swasta yang ada di Mesir dibangun oleh minoritas yang berhubungan dengan gereja. Selain itu banyak sekolah swasta menawarkan program pendidikan tambahan, sesuai dengan kurikulum nasional, seperti American School Diploma, Britist IGCSE system, Baccalaure’eat Perancis, Jerman Abitur dan Internasional Baccalaureate.[6]
     Dalam perkembangan system pendidikan di Mesir sampai dengan masa kemerdekaan, tahun 1956, terdapat 5 sistem persekolahan, yaitu :
1.Al-Azhar dengan sekolah-sekolah yang/ madrasah yang bernaung di bawahnya yang juga disebut “kuttab”.
     2.Sistem sekolah/ pengajaran bahasa asing.
     3.Sistem sekolah bahasa Arab.
     4.Sekolah-sekolah pemerintah.
     5.Sekolah asing dengan kurikulumnya sendiri.
     Tugas pemerintah adalah untuk menciptakan suatu system pendidikan nasional, untuk menyatukan berbagai system pendidikan/ persekolahan tersebut. Maka sejak tahun 1953 sampai tahun 1960, telah dikeluarkan berbagai perundangan pendidikan, yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengkonsulidasikan berbagai jenis dan system sekolah yang pada mulanya otonom menjadi satu system pendidikan nasional. Menurut perundang-undangan yang ada itu, maka system persekolahan bermula dari pra-sekolah atau taman kanak-kanak, sekolah dasar 6 tahun, sekolah persiapan 3 tahun, sekolah menengah 3 tahun dan universitas 4 tahun.
            Anak-anak masuk sekolah rendah/ dasar pada umur 6 tahun sampai dengan 12 tahun, dan pendidikan dasar 6 tahun ini merupakan kewajiban belajar dan bebas bayar. Semua sekolah swasta yang memungut bayaran, setelah diintegrasikan ini menjadi bebas bayar bagi tingkatan sekolah dasarnya. Untuk mengakhiri sekolah dasar ini, tidak diadakan ujian, kecuali masuk ke sekolah lanjutan (bagi mereka yang akan melanjutkan).


[1] Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I, Perbandingan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm, 87.
[2] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 88.
[3] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 94-95.
[4] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 89.
[5] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 90.
[6] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 92.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar