PEMBAHASAN
Usaha
Pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir
A.Sejarah Awal
Pendidikan Islam di Mesir
Jasa
terpenting yang disumbangkan Mesir bagi kemajuan umat Islam adalah hasil
kegiatan bidang pengetahuan. Sejak masa
pemerintahan dinasti Fatimiyah, Mesir khususnya kairo telah menjadi pusat
intelektual Muslim dan kegiatan ilmiah lainya. Kegiatan pendidikan biasanya
banyak dilakukan di Masjid-masjid maupun tempat-tempat keramaian (Syadid, 2001
: 37). Tumbuhnya Mesir sebagai pusat ilmu keislaman didukung oleh para
penguasanya yang sepanjang sejarah menaruh minat besar pada bidang pengetahuan.
Kecenderungan para khalifah
Fatimiyah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terlihat dari zaman Al-Muiz.
Usaha yang mereka lakukan adalah menyebarkan para da’I untuk melakukan dakwah
yang disampaikan dengan tujuan untuk menyampaikan doktrin agama dan menghimbau
rakyat untuk berpendidikan tinggi. Adapun metode yang dilakukan adalah da’i
duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya. (Djojosuwarsono, t.t.:
387).
Pada masa Khalifah Al-Aziz semangat
intelektual dan pengembangan kualitas pemikiran, orang Mesir mampu mengungguli
negara lainnya. Al-Aziz mencoba merubah fungsi masjid Al-Azhar yang dibangun
oleh Jauhar menjadi sebuah Universitas pertama di Mesir, yang merupakan waqaf
dari Al-Aziz sendiri.[1]
B. Sejarah
Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir
Sejarah modernisasi pendidikan di
Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam. Namun secara historis
kesadaran pembaharuan Islam berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di
Alexandria pada tanggal 2 Juli 1798 M. Ekspedisi Napoleon ini membawa angin
segar bagi sejarah perkembangan bangsa Mesir, terutama menyangkut pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perancis banyak memberi inspirasi bagi
tokoh pendidikan Mesir untuk melakukan perubahan yang mendasar pada system dan
kurikulum pendidikan.[2]
Sistem
pendidikan modern mulai memasuki Mesir, di zaman pemerintahan Mukhammad Ali
Pasya (1765-1849). Sungguhpun ia seorang yang buta huruf, namun ia mengerti akan
pentingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu Negara.
Untuk membantunya dalam mengembangkan pendidikan dan ilmu pengetahuan ini, ia
mendirikan kementrian pendidikan. Dan untuk memperkuat kedudukannya sebagai
penguasa di Mesir, pertama-tama ia mendirikan Sekolah Militer tahun 1815 M,
kemudian tahun 1916 M ia mendirikan Sekolah Teknik dan Sekolah Kedokteran
(1927). Guru-gurunya dan tenaga ahli didatangkan dari Eropa. Di samping itu
Mukhammad Ali juga mengirimkan siswa-siswa untuk belajar ke Eropa, guna
mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah kembali ke tanah air, mereka diberi tugas untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, dan mendirikan/mengajar
di sekolah-sekolah yang didirikan kemudian. Sekolah-sekolah yang pertama kali
didirikan oleh Mukhammad Ali adalah sekolah pertambangan, sekolah pertanian,
dan sekolah penerjemahan.[3]
Sekolah
pertama yang dibangun adalah sekolah tinggi dan sekolah spesialisasi. Untuk
mengisi sekolah ini maka dibutuhkan sekolah menengah dan madaris tajhiziyah
(Yunus, 1989 : 18). Pada tahun 1883 di Kota Kairo, Alexandria dan berbagai
tempat lain. Setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu dicatat berkenaan
dengan upaya modernisasi yang dilakukan oleh Ali Pasya, yaitu antara lain :
1.
Diberlakukannya system sentralistik sebagai akibat dari pengaruh
pendudukan Perancis. Disamping itu ia adalah seorang otokrat yang memusatkan
kekuasaan di tangannya sendiri, termasuk pendidikan.
2.
Sehingga kwalitas lulusan ia buat untuk mampu memenuhi kebutuhan
pemerintahannya.
3.
Karena tujuan utama pendidikan bersifat pragmatis, maka modernisasi
terfokus pada lembaga tingkat tinggi yang khusus melatih profesionalitas
pegawai.[4]
Sementara
itu, system pendidikan tradisional tetap dipertahankan dengan adanya pembinaan dari
Al-Azhar, dan pada umumnya ulama-ulama Al-Azhar ini pun menentang masuknya
sekolah-sekolah modern itu, kecuali beberapa orang seperti Mukhammad Abduh yang
dikenal sebagai ulama’ yang telah mempelopori usaha pembaharuan/ modernisasi
dalam universitas Al-Azhar.
C.Sistem
Pendidikan Mesir di Era Modern
Pada saat ini system pendidikan di
Mesir dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu :
a)
Pendidikan Dasar (Al-Taklimil Islamiy)
b)
Pendidikan Menengah (Al-Taklimil Al-tsanawiy)
c)
Pasca Pendidikan Sekunder (Al-Taklimil Jaamiiy)
Sejak perluasan
bebas wajib belajar hukum pada tahun 1981 maka diadakan peraturan baru yang
isinya kurang lebih yaitu bebas biaya wajib belajar bagi sekolah persiapan atau
sekolah dasar. Sedangkan untuk perguruan tinggi atau pasca Pendidikan Sekunder
negeri, hanya membayar biaya pendafataran saja.
Jenis-jenis Sekolah :
1.
Sekolah negeri
Sekolah negeri berada di bawah pemerintah. Masyarakat Mesir dapat
mengenyam pendidikan tinggi tanpa biaya dan hanya membayar uang pendaftarannya saja. Sedangkan mahasiswa internasional harus
membayar penuh biaya pendidikan yang mencapai hingga $ 1500 per tahun. Contoh :
Universitas Al-Azhar didirikan pada tahun 975 M dan Universitas Kairo didirikan
pada tahun 1908. Secara umum, terdapat dua jenis sekolah-sekolah negeri : Arab dan sekolah Eksperimental Language
Schools :[5]
a.Sekolah Arab, pemerintah menyediakan kurikulum nasional dalam
bahasa Arab.
b.Experimental Language Schools, pendidikan yang diajarkan sebagian
besar dalam bahasa asing, contohnya kurikulum dalam bahasa inggris, Perancis
dan menambahkan kedua bahasa asing.
Hampir semua Sekolah negeri di Mesir
memiliki asrama untuk para mahasiswanya. Terutama untuk mahasiswa
internasional. Sedangkan mahasiswa lokal atau dalam negeri kebanyakan tinggal
di rumah orang tuanya. Sedangkan untuk pendafataran ke Sekolah negeri yaitu
melalui sentralisasi kantor (Office of Adminission Mesir Universitas/ Maktab
tansiyqil jaami’ati al-Misriyah). Siswa dengan skor yang lebih tinggi memiliki
peluang yang lebih baik mendapatkan tempat sendiri di sekolahan pilihan mereka.
2.
Sekolah Swasta
Secara umum, mereka adalah tiga jenis sekolah swasta;
a.Sekolah biasa,
kurikulum mereka sangat mirip dengan yang di sekolah-sekolah negeri, tetapi
sekolah swasta siswa harus membayar sendiri fasilitas sekolah.
b.Sekolah bahasa,
mengajar kurikulum dalam bahasa Inggris, Perancis, dan menambahkan dengan
bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Mereka diharapkan akan lebih baik
dibandingkan dengan sekolah lainnya, karena fasilitas yang tersedia, tetapi
mereka biaya yang lebih tinggi.
c.Sekolah agama,
agama yang berorentasi pada sekolah yang disponsori oleh Muslim Brotherhood
gerakan, khususnya di wilayah barat delta.
Kebanyakan dari sekolah swasta yang ada di
Mesir dibangun oleh minoritas yang berhubungan dengan gereja. Selain itu banyak
sekolah swasta menawarkan program pendidikan tambahan, sesuai dengan kurikulum
nasional, seperti American School Diploma, Britist IGCSE system, Baccalaure’eat
Perancis, Jerman Abitur dan Internasional Baccalaureate.[6]
Dalam perkembangan system pendidikan di
Mesir sampai dengan masa kemerdekaan, tahun 1956, terdapat 5 sistem
persekolahan, yaitu :
1.Al-Azhar
dengan sekolah-sekolah yang/ madrasah yang bernaung di bawahnya yang juga
disebut “kuttab”.
2.Sistem sekolah/ pengajaran bahasa asing.
3.Sistem sekolah bahasa Arab.
4.Sekolah-sekolah pemerintah.
5.Sekolah asing dengan kurikulumnya
sendiri.
Tugas pemerintah adalah untuk menciptakan
suatu system pendidikan nasional, untuk menyatukan berbagai system pendidikan/
persekolahan tersebut. Maka sejak tahun 1953 sampai tahun 1960, telah
dikeluarkan berbagai perundangan pendidikan, yang bertujuan untuk
mengintegrasikan dan mengkonsulidasikan berbagai jenis dan system sekolah yang
pada mulanya otonom menjadi satu system pendidikan nasional. Menurut
perundang-undangan yang ada itu, maka system persekolahan bermula dari
pra-sekolah atau taman kanak-kanak, sekolah dasar 6 tahun, sekolah persiapan 3
tahun, sekolah menengah 3 tahun dan universitas 4 tahun.
Anak-anak masuk sekolah rendah/
dasar pada umur 6 tahun sampai dengan 12 tahun, dan pendidikan dasar 6 tahun
ini merupakan kewajiban belajar dan bebas bayar. Semua sekolah swasta yang
memungut bayaran, setelah diintegrasikan ini menjadi bebas bayar bagi tingkatan
sekolah dasarnya. Untuk mengakhiri sekolah dasar ini, tidak diadakan ujian,
kecuali masuk ke sekolah lanjutan (bagi mereka yang akan melanjutkan).
[1] Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I, Perbandingan Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Teras, 2011), hlm, 87.
[2] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 88.
[3] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 94-95.
[4] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 89.
[5] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 90.
[6] Dr. Hj. Binti Maunah, Op, Cit, hlm, 92.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar