Selasa, 29 Oktober 2013

struktur sosial sekolah



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Struktur sosial sekolah merupakan salah satu pokok bahasan yang sangan penting untuk dikaji dalam mata kuliah sosiologi pendidikan. Dalam pokok bahasan ini akan dibahas beberapa sub pokok bahasan yang dianggap sangat penting dalam pembahasan struktur sosial sekolah antara lain: penjelasan tentang struktur sosial sekolah itu sendiri, kedudukan dan peranan, berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah, struktur sosial orang dewasa di sekolah, kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah dan struktur sosial murid di sekolah.
Dalam hal ini kami hanya mengambil sebagian kecil dari beberapa sub pokok bahasan yang lain dan kami anggap sub pokok itulah yang dianggap sangat penting untuk dikaji lebih dalam lagi sehingga dengan adanya pembahasan ini, makalah ini mampu menjawab problematika yang kerap terjadi di kalangan lingkungan sekolah kita dari zaman dulu hingga sekarang ini.
Di dalam sekolah masih banyak permasalahan yang bahkan sampai sekarang belum dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dari masalah itulah kami mencoba untuk memberikan solusi singkat lewat pembahasan yang sangat singkat ini dan masih banyak kelemahan di dalam pembahasannya. Untuk itu semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian struktur sosial sekolah?
2.      Bagaimana kedudukan dan peranan dalam struktur sosial sekolah?
3.      Apa saja kedudukan yang ada dalam masyarakat sekolah?
4.      Bagaimana struktur sosial orang dewasa di sekolah?
5.      Bagaimana kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah?
6.      Bagaimana struktur sosial murid di sekolah?



PEMBAHASAN
A.    Definisi Struktur Sosial Sekolah
Sekolah telah dengan sengaja diciptakan”dalam arti bahwa saat tertentu telah diambil suatu keputusan untuk mendirikan sebuah sekolah guna memudahkan pengajaran sejumlah mata pelajaran yang sangat beraneka ragam, mulai dari mata pelajaran umum sampai mata pelajaran keagamaan”.[1]
Bila seorang insinyur berbicara tentang “struktur” bangunan, maka yang dimaksud adalah (1) materialnya, (2) hubungan antara bagian-bagian bangunan, dan bangunan itu dalam keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan sebagainya. Demikian pula dengan “struktur sosial” yakni (1)  materialnya (jumlah orang, pria, wanita, dewasa, anak, guru, murid, dan sebagainya), (2) hubungan antar bagiannya (apa yang diharapkan guru dari murid dan sekolahnya, dan sebagainya), (3) hakikat masyarakat itu sebagai keseluruhan yakni bagian-bagiannya menjadi kesatuan yang bulat agar dapat menjalankan fungsinya.[2]
Dengan demikian dapat dikatakan material bagi sekolah/ struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid laki-laki maupun murid perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling rendah. Struktur itulah yang memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu sehingga hal ini dapat mencegah terjadinya berbagai konflik dan dapat menjamin kelancaran segala usaha pendidikan.[3]

B.     Kedudukan dan Peranan
Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain. Status atau kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Sebagai contoh yaitu kedudukan seorang guru yang mana sang guru mengharapkan kelakuan tertentu dari murid, yang lepas dari pribadinya sebagai individu pemarah, keras dan pandai atau pemalas.[4]
Sedangkan peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang. Dalam hal ini status atau kedudukan individu, apakah ia di atas atau di bawah status orang lain sangat mempengaruhi peranannya. Sebagai contoh yakni seorang mandor diharapkan dapat memberikan perintah kepada pekerja dan sang guru diharapkan dapat memathi instruksi kepala sekolah dengan menuntut agar murid-murid dapat belajar. Sungguh pun demikian cara-cara seseorang dalam membawakan peranannya dapat berbeda satu sama lain menurut kepribadian seorang tersebut. Sebagai contoh yakni seorang guru dapat bersikap demokratis dalam menjalankan peranannya.[5]
Peranan mencakup kewajiban dan hak yang bertalian dengan kedudukan. Dalam kedudukan sebagai individu seorang guru berkewajiban untuk mendidik anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu sampai pada pemberian hukuman jika ada pertentangan. Dan sebaliknya seorang anak didik dalam kedudukannya sebagai murid harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran. Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa peranan selalu mempunyai segi timbal-bailik. Jadi peranan merupakan serangkaian hak dan kewajiban yang bersifat timbal-balik dalam hubungan antar-individu.

C.    Berbagai Kedudukan dalam Masyarakat Sekolah
Sekolah merupakah sebuah sistem, yang mana dalam sistem itu terdapat sistem sosial yang didalamnya ada kedudukan anggota dalam kelompok sosial tersebut. Setiap orang yang menjadi anggota suatu kelompok mempunyai kedudukan masing-masing. Di sekolah terdapat kedudukan yang berbeda dalam setiap anggotannya seperti, kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi, pesuruh, dan murid-murid itu sendiri serta hubungan antara berbagai kedudukan itu.
Dalam hal ini tiap kelompok, seseorang akan mengenal kedudukan atau posisinya masing-masing yang mana orang tersebut dapat berkelakuan sesuai yang diharapkan menurut kedudukan yang di tempatinya. Jadi di masyarakat sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, murid dan pegawai sekolah diharapkan agar memiliki kelakuan tertentu seperti: perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya dan sebagainya sesuai dengan apa yang bertalian dengan kedudukannya.
Pada umumnya dalam struktur sosial sekolah dapat kita bedakan menjadi dua tingkat yaitu pertama, hal yang berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan di antara mereka, seperti kepala sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, pesuruh, pengurus yayasan pada sekolah swasta, Kanwil P dan K pada sekolah negeri. Kedua, hal yang berkenaan dengan sistem kedudukan dan hubungan antara murid-murid.[6]

D.    Struktur Sosial Orang Dewasa di Sekolah
Kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi di sekolah karena memikul tanggung jawab atas kelancaran pendidikan di sekolah. Sebagai contoh anatara lain kepala sekolah berhak mengambil keputusan yang harus dipatuhi oleh seluruh sekolah.
 Beliau juga sebagai perantara antara atasan yakni Kanwil bagi sekolah negeri/ pengurus yayasan bagi sekolah swasta dengan guru-guru dan murid-murid. Sebagai contoh yakni penyampaian keputusan-keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kanwil kepada kepala sekolah yang kemudian diinformasikan kepada seluruh struktur sekolah.
Kemudian beliau berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan petunjuk, nasihat, saran-saran kepada guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki kwalitas dan kwantitas sekolah. Sebagai contoh yaitu beliau harus dapat memaparkan filsafat sekolah, tujuan pendidikan yang harus dicapai serta cara-cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan kurikulum sekolah yang baik dan sistematis.
Selain itu kepala sekolah juga memegang kepemimpinan di sekolah dengan harapan sanggup memberikan pimpinan dalam segala hal yang berkenaan dengan sekolah, permasalahan yang timbul dari adanya interaksi dengan masyarakat, murid-murid, maupun guru-guru. Pada satu pihak guru-guru mengharapkan keputusan dan tindakan-tindakan yang tegas, di lain pihak mereka menginginkan agar keputusan yang diambil dengan cara musyawarah. Dalam hal itulah kepala sekolah harus dapat bergerak di antara harapan-harapan yang bertolak belakang itu.[7]

Di sekolah yang kecil, khususnnya yang tidak mempunyai pegawai administrasi, kepala sekolah harus berperan ganda yaitu  sebagai petugas administrasi, mengurus korespondensi, mengantar surat kepada berbagai instansi, membuat laporan-laporan, dan sebagainya. Akan tetapi, di sekolah menengah biasanya kepala sekolah dibantu oleh pegawai administrasi.

E.     Kedudukan Guru dalam Struktur Sosial Sekolah
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan guru juga  mempunyai kedudukan sebagai mana seorang pegawai oleh karena itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan sekolah, baik segala urusan yang ditetapkan oleh atasan pemerintah ataupun yayasan, kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran maka sang guru tersebut dapat diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang bisa berupa pencabutan sumber pendapatannya.[8]
Kedudukan guru tidak sama antara guru SD, SMP, dan SMA. Guru yang mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti: matematika, fisika, kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi agama, PKK, atau pendidikan jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk Perguruan Tinggi.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja, bakat usia dan pengalamannya dalam pengajaran. Guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda. Akan tetapi kedudukan guru-guru dan kepala sekolah lebih rendah daripada petugas inspeksi yang mana telah mendapat mandat untuk mengawasi jalannya kegiatan sekolah.[9]

F.     Struktur Sosial Murid di Sekolah
Sekolah bagi murid-murid dapat dijadikan sebagai sistem persahabatan antar sesama teman dan adanya suatu interaksi hubungan sosial di lingkungan tersebut. Struktur sosial murid lebih bersifat tidak formal sedangkan pada orang dewasa seperti guru dan lain sebagainya itu lebih bersifat formal karena adanya pengaruh kedudukan yang berkaitan dengan jabatan yang telah ditentukan dan dirumuskan oleh suatu bagian sistem sosial dalam sekolah tersebut.
Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
Di suatu sekolah kita dapat menemukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar-murid antara lain:
1.      Kedudukan dan hubungan berdasarkan usia dan tingkat kelas.
2.      Kelompok persahabatan di sekolah.
3.      Kelompok elite.
4.      Kelompok siswa yang ikut organisasi formal, seperti OSIS dan Pramuka.[10]













PENUTUP
A.    Kesimpulan
Material bagi sekolah/ struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid laki-laki maupun murid perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling rendah. Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain dan menentukan kelakuan orang tertentu.
Sedangkan peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang. Dalam hal ini status atau kedudukan individu, apakah ia di atas atau di bawah status orang lain sangat mempengaruhi peranannya. Sebagai contoh yakni sang guru diharapkan dapat memathi instruksi kepala sekolah dengan menuntut agar murid-murid dapat belajar.
Kedudukan guru tidak sama anatara guru SD, SMP, dan SMA. Guru yang mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti: matematika, fisika, kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi agama, PKK yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk Perguruan Tinggi.
Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
B.     Saran
Kami menyadarai bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum adanya kesempurnaan di dalam pembahasanya, maka dari itulah penulis berharap adanya suatu kritik dan saran yang dapat membangun bagi penulis dalam menyelesaikan makalah yang akan ditulis berikutnya.
Sebelum dan sesudahnya penulis mohon maaf dalam penulisan masih banyak kekurangan dan salah penulisan dalam makalah ini. Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Robinson, Philip, 1968, Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-1, Jakarta: CV. Rajawali.
Prof. DR. S. Nasution, MA, 2004, Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-3, Jakarta: PT. Bumi Aksara.



















Soal:
1.      Nama: Cristina, 095, klompok 3. Menjawab klompok 2
Tujuan dr adanya struktur sosial sekolah?
2.      Nama: Laila, 015, klompok 1. Menjawab klompok 3
Knapa ada stratifikasi perbedaan antar guru mapel, adakah kedudukan murid dlm struktur sekolah dan jelaskan?
3.      Nama: aqilah, 279, klompok 2, menjawb klompok 1
Fungsi dr struktur sosial sekolah dan bagaimana caranya agar tidak ada kesenjangan sosial antara siswa yang berorganisasi dg yg tidak?


[1]Philip Robinson. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-1, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), hlm.237
[2]Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-3, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hlm.72
[3] Nasution, Op. Cit., hlm.72
[4] Nasution, Ibid, hlm.73
[5] Nasution, Ibid, hlm.73
[6] Nasution, Ibid, hlm.76
[7] Nasution, Ibid, hlm.77
[8] Nasution, Ibid, hlm.78
[9] Nasution, Ibid, hlm.78
[10] Nasution, Ibid, hlm.81-82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar