PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Struktur sosial sekolah merupakan salah
satu pokok bahasan yang sangan penting untuk dikaji dalam mata kuliah sosiologi
pendidikan. Dalam pokok bahasan ini akan dibahas beberapa sub pokok bahasan
yang dianggap sangat penting dalam pembahasan struktur sosial sekolah antara
lain: penjelasan tentang struktur sosial sekolah itu sendiri, kedudukan dan
peranan, berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah, struktur sosial orang
dewasa di sekolah, kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah dan struktur
sosial murid di sekolah.
Dalam hal ini kami hanya mengambil
sebagian kecil dari beberapa sub pokok bahasan yang lain dan kami anggap sub
pokok itulah yang dianggap sangat penting untuk dikaji lebih dalam lagi
sehingga dengan adanya pembahasan ini, makalah ini mampu menjawab problematika
yang kerap terjadi di kalangan lingkungan sekolah kita dari zaman dulu hingga
sekarang ini.
Di dalam sekolah masih banyak
permasalahan yang bahkan sampai sekarang belum dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Dari masalah itulah kami mencoba untuk memberikan solusi
singkat lewat pembahasan yang sangat singkat ini dan masih banyak kelemahan di
dalam pembahasannya. Untuk itu semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan
sebaik-baiknya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian struktur sosial sekolah?
2.
Bagaimana
kedudukan dan peranan dalam struktur sosial sekolah?
3.
Apa
saja kedudukan yang ada dalam masyarakat sekolah?
4.
Bagaimana
struktur sosial orang dewasa di sekolah?
5.
Bagaimana
kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah?
6.
Bagaimana
struktur sosial murid di sekolah?
PEMBAHASAN
A.
Definisi Struktur Sosial Sekolah
Sekolah telah dengan sengaja
diciptakan”dalam arti bahwa saat tertentu telah diambil suatu keputusan
untuk mendirikan sebuah sekolah guna memudahkan pengajaran sejumlah mata
pelajaran yang sangat beraneka ragam, mulai dari mata pelajaran umum sampai
mata pelajaran keagamaan”.[1]
Bila seorang insinyur berbicara
tentang “struktur” bangunan, maka yang dimaksud adalah (1) materialnya,
(2) hubungan antara bagian-bagian bangunan, dan bangunan itu dalam
keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan sebagainya. Demikian pula
dengan “struktur sosial” yakni (1)
materialnya (jumlah orang, pria, wanita, dewasa, anak, guru, murid, dan
sebagainya), (2) hubungan antar bagiannya (apa yang diharapkan guru dari murid
dan sekolahnya, dan sebagainya), (3) hakikat masyarakat itu sebagai keseluruhan
yakni bagian-bagiannya menjadi kesatuan yang bulat agar dapat menjalankan
fungsinya.[2]
Dengan demikian dapat dikatakan material
bagi sekolah/ struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai,
pesuruh, murid laki-laki maupun murid perempuan yang masing-masing memiliki
kedudukan dan peranan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam struktur sosial terdapat
sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat
hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada
kedudukan yang paling rendah. Struktur itulah yang memungkinkan sekolah
menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing
mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan
menurut kedudukan itu sehingga hal ini dapat mencegah terjadinya berbagai
konflik dan dapat menjamin kelancaran segala usaha pendidikan.[3]
B.
Kedudukan dan Peranan
Kedudukan atau status menentukan
posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan
orang lain. Status atau kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Sebagai
contoh yaitu kedudukan seorang guru yang mana sang guru mengharapkan kelakuan
tertentu dari murid, yang lepas dari pribadinya sebagai individu pemarah, keras
dan pandai atau pemalas.[4]
Sedangkan peranan adalah konsekuensi
atau akibat kedudukan atau status seseorang. Dalam hal ini status atau
kedudukan individu, apakah ia di atas atau di bawah status orang lain sangat
mempengaruhi peranannya. Sebagai contoh yakni seorang mandor diharapkan dapat
memberikan perintah kepada pekerja dan sang guru diharapkan dapat memathi
instruksi kepala sekolah dengan menuntut agar murid-murid dapat belajar.
Sungguh pun demikian cara-cara seseorang dalam membawakan peranannya dapat
berbeda satu sama lain menurut kepribadian seorang tersebut. Sebagai contoh
yakni seorang guru dapat bersikap demokratis dalam menjalankan peranannya.[5]
Peranan mencakup kewajiban dan hak
yang bertalian dengan kedudukan. Dalam kedudukan sebagai individu seorang guru berkewajiban
untuk mendidik anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu
sampai pada pemberian hukuman jika ada pertentangan. Dan sebaliknya seorang
anak didik dalam kedudukannya sebagai murid harus mematuhi guru dengan hak
untuk menerima pelajaran. Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa peranan
selalu mempunyai segi timbal-bailik. Jadi peranan merupakan serangkaian hak dan
kewajiban yang bersifat timbal-balik dalam hubungan antar-individu.
C.
Berbagai Kedudukan dalam Masyarakat Sekolah
Sekolah merupakah sebuah sistem,
yang mana dalam sistem itu terdapat sistem sosial yang didalamnya ada kedudukan
anggota dalam kelompok sosial tersebut. Setiap orang yang menjadi anggota suatu
kelompok mempunyai kedudukan masing-masing. Di sekolah terdapat kedudukan yang
berbeda dalam setiap anggotannya seperti, kepala sekolah, guru-guru, staf
administrasi, pesuruh, dan murid-murid itu sendiri serta hubungan antara
berbagai kedudukan itu.
Dalam hal ini tiap kelompok,
seseorang akan mengenal kedudukan atau posisinya masing-masing yang mana orang
tersebut dapat berkelakuan sesuai yang diharapkan menurut kedudukan yang di
tempatinya. Jadi di masyarakat sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru,
murid dan pegawai sekolah diharapkan agar memiliki kelakuan tertentu seperti: perbuatannya,
ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya dan sebagainya sesuai dengan apa yang
bertalian dengan kedudukannya.
Pada umumnya dalam struktur sosial
sekolah dapat kita bedakan menjadi dua tingkat yaitu pertama, hal yang
berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan di antara mereka, seperti kepala
sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, pesuruh, pengurus yayasan pada
sekolah swasta, Kanwil P dan K pada sekolah negeri. Kedua, hal yang berkenaan
dengan sistem kedudukan dan hubungan antara murid-murid.[6]
D.
Struktur Sosial Orang Dewasa di Sekolah
Kepala sekolah menduduki posisi yang
paling tinggi di sekolah karena memikul tanggung jawab atas kelancaran
pendidikan di sekolah. Sebagai contoh anatara lain kepala sekolah berhak
mengambil keputusan yang harus dipatuhi oleh seluruh sekolah.
Beliau juga sebagai perantara antara atasan
yakni Kanwil bagi sekolah negeri/ pengurus yayasan bagi sekolah swasta dengan
guru-guru dan murid-murid. Sebagai contoh yakni penyampaian keputusan-keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kanwil kepada kepala sekolah yang
kemudian diinformasikan kepada seluruh struktur sekolah.
Kemudian beliau berkedudukan sebagai
konsultan yang memberikan petunjuk, nasihat, saran-saran kepada guru-guru dalam
usaha untuk memperbaiki kwalitas dan kwantitas sekolah. Sebagai contoh yaitu
beliau harus dapat memaparkan filsafat sekolah, tujuan pendidikan yang harus
dicapai serta cara-cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan kurikulum sekolah
yang baik dan sistematis.
Selain itu kepala sekolah juga memegang
kepemimpinan di sekolah dengan harapan sanggup memberikan pimpinan dalam segala
hal yang berkenaan dengan sekolah, permasalahan yang timbul dari adanya
interaksi dengan masyarakat, murid-murid, maupun guru-guru. Pada satu pihak
guru-guru mengharapkan keputusan dan tindakan-tindakan yang tegas, di lain
pihak mereka menginginkan agar keputusan yang diambil dengan cara musyawarah.
Dalam hal itulah kepala sekolah harus dapat bergerak di antara harapan-harapan
yang bertolak belakang itu.[7]
Di sekolah yang kecil, khususnnya
yang tidak mempunyai pegawai administrasi, kepala sekolah harus berperan ganda
yaitu sebagai petugas administrasi,
mengurus korespondensi, mengantar surat kepada berbagai instansi, membuat
laporan-laporan, dan sebagainya. Akan tetapi, di sekolah menengah biasanya
kepala sekolah dibantu oleh pegawai administrasi.
E.
Kedudukan Guru dalam Struktur Sosial Sekolah
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan guru
juga mempunyai kedudukan sebagai mana
seorang pegawai oleh karena itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk
mematuhinya dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan sekolah, baik segala
urusan yang ditetapkan oleh atasan pemerintah ataupun yayasan, kemudian apabila
melakukan suatu pelanggaran maka sang guru tersebut dapat diberi tindakan yang
setimpal, bahkan dipecat yang bisa berupa pencabutan sumber pendapatannya.[8]
Kedudukan guru tidak sama antara guru SD, SMP, dan SMA. Guru yang
mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada yang lain.
Pada umumnya bidang studi akademis seperti: matematika, fisika, kimia menduduki
tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi agama, PKK,
atau pendidikan jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk
Perguruan Tinggi.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja, bakat
usia dan pengalamannya dalam pengajaran. Guru lama mengharapkan rasa hormat
dari guru-guru baru atau yang lebih muda. Akan tetapi kedudukan guru-guru dan
kepala sekolah lebih rendah daripada petugas inspeksi yang mana telah mendapat
mandat untuk mengawasi jalannya kegiatan sekolah.[9]
F.
Struktur Sosial Murid di Sekolah
Sekolah bagi murid-murid dapat
dijadikan sebagai sistem persahabatan antar sesama teman dan adanya suatu
interaksi hubungan sosial di lingkungan tersebut. Struktur sosial murid lebih
bersifat tidak formal sedangkan pada orang dewasa seperti guru dan lain
sebagainya itu lebih bersifat formal karena adanya pengaruh kedudukan yang
berkaitan dengan jabatan yang telah ditentukan dan dirumuskan oleh suatu bagian
sistem sosial dalam sekolah tersebut.
Kedudukan murid hanya dikenal dalam
lingkungan sekolah saja. Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan
hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan
murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah
mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
Di suatu sekolah kita dapat
menemukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar-murid antara lain:
1.
Kedudukan
dan hubungan berdasarkan usia dan tingkat kelas.
2.
Kelompok
persahabatan di sekolah.
3.
Kelompok
elite.
4.
Kelompok
siswa yang ikut organisasi formal, seperti OSIS dan Pramuka.[10]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Material bagi sekolah/ struktur
sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid laki-laki
maupun murid perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam struktur sosial terdapat
sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat
hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada
kedudukan yang paling rendah. Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang
dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain dan menentukan
kelakuan orang tertentu.
Sedangkan peranan adalah konsekuensi
atau akibat kedudukan atau status seseorang. Dalam hal ini status atau
kedudukan individu, apakah ia di atas atau di bawah status orang lain sangat
mempengaruhi peranannya. Sebagai contoh yakni sang guru diharapkan dapat
memathi instruksi kepala sekolah dengan menuntut agar murid-murid dapat
belajar.
Kedudukan guru tidak sama anatara
guru SD, SMP, dan SMA. Guru yang mengajarkan bidang studi tertentu dianggap
lebih tinggi daripada yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti:
matematika, fisika, kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daripada yang
memegang bidang studi agama, PKK yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk
Perguruan Tinggi.
Kebanyakan kedudukan murid bersifat
tidak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada
juga kedudukan murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS
yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
B.
Saran
Kami menyadarai bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih belum adanya kesempurnaan di dalam
pembahasanya, maka dari itulah penulis berharap adanya suatu kritik dan saran
yang dapat membangun bagi penulis dalam menyelesaikan makalah yang akan ditulis
berikutnya.
Sebelum dan sesudahnya
penulis mohon maaf dalam penulisan masih banyak kekurangan dan salah penulisan
dalam makalah ini. Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Robinson, Philip, 1968, Beberapa
Perspektif Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-1, Jakarta: CV. Rajawali.
Prof. DR. S. Nasution, MA, 2004, Sosiologi Pendidikan, Cet.
Ke-3, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Soal:
1.
Nama: Cristina, 095, klompok 3. Menjawab klompok 2
Tujuan
dr adanya struktur sosial sekolah?
2.
Nama: Laila, 015, klompok 1. Menjawab klompok 3
Knapa
ada stratifikasi perbedaan antar guru mapel, adakah kedudukan murid dlm
struktur sekolah dan jelaskan?
3.
Nama: aqilah, 279, klompok 2, menjawb klompok 1
Fungsi
dr struktur sosial sekolah dan bagaimana caranya agar tidak ada kesenjangan
sosial antara siswa yang berorganisasi dg yg tidak?
[1]Philip
Robinson. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-1, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1986), hlm.237
[2]Prof. DR. S.
Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-3, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), hlm.72
[3]
Nasution, Op.
Cit., hlm.72
[4]
Nasution, Ibid,
hlm.73
[5]
Nasution, Ibid,
hlm.73
[6]
Nasution, Ibid,
hlm.76
[7]
Nasution, Ibid,
hlm.77
[8]
Nasution, Ibid,
hlm.78
[9]
Nasution, Ibid,
hlm.78
[10]
Nasution, Ibid,
hlm.81-82
Tidak ada komentar:
Posting Komentar