Selasa, 29 Oktober 2013

sinopsis SBM, W. GULO



IDENTIFIKASI BUKU
JUDUL                                           : STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
PENULIS                                       : W. GULO
EDITOR/ PENERJEMAH          : R. MASRI SAREB PUTRA
PENERBIT                                    : PT. GRASINDO WIDIASARANA INDONESIA, JL. PALMERAH SELATAN 22-28, JAKARTA 10270.
TAHUN                                          : 2002
JUMLAH HALAMAN                 : 170
ISSN/ ISBN                                    : 978979695666/ 502 02 117














BAB I                : PENDAHULUAN
            Menurut saya buku ini cukup begitu menarik perhatian karena dalam buku ini didahului dengan suatu istilah-istilah yang berkenaan dengan judul buku dan semua istilah yang berkaitan dengan tema dalam daftar isi dari buku tersebut antara lain seperti pembahasan tentang pengertian atau definisi dari strategi dan dibahas dari sudut pandang yang berbeda sehingga pembaca mampu mengetahui batasan isi yang diharapkan dari setiap tema tersebut, pendekatan, komponen strategi belajar-mengajar dan jenis-jenis strategi belajar-mengajar yang kesemua dari istilah itu dibahas dalam pendahuluan yang mana dijadikan sebagai pemahaman awal dari materi strategi belajar-mengajar ini sehingga pembaca sudah memiliki bekal yang cukup buat mendalami materi ini dan sudah tahu batasan yang akan dibahas dalam materi ini.
Kemudian bila diamati secara cermat buku ini juga merupakan suatu produk yang cukup bagus karena isi dari buku ini tidak sekedar mengambil dari beberapa refrensi saja namun juga terdapat pendapat-pendapat yang merupakan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang dihadapi pada zaman itu yang mungkin bisa dipakai dan bahkan materi ini bisa dikembangkan lagi sehingga lebih relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang terjadi sekarang ini.
Selain itu buku ini juga simpel dan disusun dalam bentuk yang tidak begitu tebal sehingga mudah untuk dibawa dan dipakai di manapun ruang dan waktunya. Dengan buku yang simpel tersebut sehingga bisa dijangkau oleh para pembaca baik yang kurang mampu dalam materi maupun menengah apalagi yang berkecukupan dalam segi ekonomi.
Dalam hal bahasa penulisan dalam buku ini juga sudah cukup karena bisa memberikan pemahaman secara langsung tanpa adanya penjelasan yang lebih detail lagi dari penulisnya karena dalam buku ini sudah menggunakan bahasa yang cukup sederhana dan biasa digunakan dalam kehidupan berasyarakat.




BAB II              : SINOPSIS
A.    DAFTAR ISI
Pengantar                                                                                                   vii       
Bab 1           Pendahuluan                                                                           1
Bab 2           Wawasan Kependidikan Guru                                                13
Bab 3           Tujuan Pengajaran                                                                   28
Bab 4           Cara Belajar Siswa Aktif                                                        71
Bab 5           Strategi Inkuiri                                                                        83
Bab 6           Strategi Penyelesaian Masalah (Problem Solving)                  111
Bab 7           Diskusi Kelompok                                                                  125
Bab 8           Ceramah bervariasi                                                                  136
Bab 9           Strategi Pengajaran Afektif                                                    146
Daftar Pustaka                                                                                          168
B.     INFORMASI RINGKAS BUKU
Buku ini ditulis sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, yang merupakan misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam memasuki era globalisasi dewasa ini, agar generasi muda kita tidak menjadi korban dari globalisasi itu sendiri. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa ditanggulangi dengan paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat tidak dapat dikejar dengan cara-cara lama yang dipakai dalam sekolah-sekolah kita. Ibarat mengejar mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi di atas tol dengan delman.
Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di kelas karena materi yang diperolehnya tidak selalu sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam pemahaman seperti ini memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam upaya mengembangkan kreatifitas dan sikap inovatif subjek didik. Untuk itu, perlu dibina dan dikembangkan kemampuan profesional guru untuk mengelola program pengajaran dengan strategi belajar-mengajar yang kaya dengan variasi.
Untuk membina dan mengembangkan kemampuan tersebut dibutuhkan sumber-sumber yang relevan, yakni buku-buku, yang dapat membantu guru dan calon guru. Namun, sampai sekarang buku-buku yang ditulis dalam bahasa Indonesia untuk memenuhi kebutuhan ini masih sangat langka. Buku ini merupakan sebagai salah satu usaha untuk mengurangi kelangkaan tersebut. Tulisan buku ini bersumber dari catatan-catatan kuliah kepada mahasisw FKIP di Universitas Kristen Satya Wacana selama kurang lebih 12 tahun. Tanggapan-tanggapan mahasiswa setiap perkuliahan merupakan masukan yang telah turut memperkaya buku ini. Banyak juga guru alumni FKIP tersebut yang mengharapkan agar buku seperti ini dapat mereka miliki sebagai salah satu pegangan mereka dalam melaksanakan tugas profesi mereka sehari-hari di sekolah. Harapan ini juga sebagai pendorong untuk menulis buku ini.
Terbitnya buku ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Drs. Cornelis Sutikno, Drs. Imam Sudibyo, Drs. Slameto, sebagai teman-teman yang pernah menjadi anggota tim pengajar mata kuliah ini, telah turut memberi masukan yang berharga sehingga isi buku ini berkembang seperti sekarang ini.
Di bawah ini sedikit kesimpulan dari beberapa bab yang ada dalam buku ini:
Bab 1: Pendahuluan
Pada bab ini, strategi belajar-mengajar merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan metode pengajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Kemudian dalam strategi belajar-mengajar membutuhkan adanya suatu pendekatan yang artinya titik tolak atau sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar-mengajar dan sudut pandang itu menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang guru dalam menyelesaikan persoalan yang ia hadapi.
Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri atas beberapa komponen, termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu yang menggunakan komponen-komponen tertentu antara lain:
1.      Tujuan pengajaran
2.      Guru
3.      Peserta didik
4.      Materi pelajaran
5.      Metode pengajaran
6.      Media pengajaran
7.      Faktor administrasi dan finansial
Setelah itu dalam strategi belajar-mengajar juga terdapat jenis-jenisnya antara lain yang dikelompokkan berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam program pengajaran yaitu:
1.      Strategi belajar-mengajar yang berpusat pada guru.
2.      Stretegi belajar-mengajar yang berpusat pada peserta didik.
3.      Strategi belajar-mengajar yang berpusat pada materi pengajaran.
Kemudian apabila dilihat dari kegitan pengelompokan pesan atau materi, maka strategi belajar-mengajar dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1.      Strategi belajar-mengajar ekspositori di mana guru mengolah secara tuntas pesan/ materi sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal menerima saja.
2.      Strategi belaja-mengajar heuristik atau kuriorstik, di mana peserta didik mengolah sendiri pesan/ materi dengan pengarahan dari guru.
Bab 2: Wawasan Kependidikan Guru
Dalam bab ini membahas wawasan kependidikan guru yang pada hakikatnya menunjuk pada cara seorang guru melihat dirinya sendiri dan tugas-tugasnya. Untuk melihat itu tergantung pada pandangannya terhadap teos, kosmos, dan antropos.
Yang pertama, pandangan terhadap teos berbeda-beda menurut agama yang dianut oleh yang bersangkutan. Sumber pernyataan untuk itu terdapat di dalam buku suci setiap agama. Yang kedua, pandangan terhadap alam semesta. Pandangan ini bertolak dari pandangan bahwa Tuhan adalah Pencipta, maka alam semesta bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya seperti yang dikenal dalam teori evolusi, tetapi terjadi karena diciptakan oleh Tuhan dengan hukum-hukumnya sendiri. Yang ketiga, pandangan terhadap manusia. Masalah pendidikan adalah masalah yang berpusat pada manusia. Guru sebagai pendidik dan peserta didik sebagai subjek didik. Keduanya adalah manusia yang sejajar dengan peranan yang berbeda. Pandangan guru tentang manusia termasuk dirinya sendiri sangat mempengaruhi sikap dan prilakunya dalam mengelola tugas-tugas kependidikan.
Kemudian implikasi ketiga unsur dalam pendidikan antara lain:
1.      Guru dan peserta didik
Mereka termasuk dua kelompok manusia yang kita lihat terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan. Kedua pihak ini memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah, kedunya adalah sama-sama manusia ciptaan-Nya. Masing-masing pihak berada dalam suatu interaksi, namun dengan peranan yang berbeda.
2.      Belajar-mengajar
Pandangan terhadap mengajar tergantung pada pemahaman tentang belajar. Kalau belajar adalah usaha untuk mencari ilmu pengetahuan, maka mengajar adalah usaha untuk memberi ilmu pengetahuan. Kalau belajar ialah untuk menguasai ketrampilan tertentu, maka mengajar ialah melatih kemampuan. Kegiatan belajar adalah kegiatan peserta didik dan mengajar adalah kegiatan guru.
3.      Lembaga
Proses pendidikan berlangsung dalam lembaga, baik berupa sekolah, rumah tangga, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sekolah adalah suatu lembaga yang secara formal bertanggung jawab atas keberlangsungan proses pendidikan. Pandangan seorang guru terhadap lembaga ini sangat mempengaruhi kegiatan pendidikan.
                        Bab 3: Tujuan Pengajaran
                        Dalam bab ini membahas kompetensi yang berisi antara lain:
a.       Pendidikan Berdasarkan Kompetensi
Pendidikan berdasarkan kompetensi adalah suatu sistem dengan komponen-komponennya yang terdiri atas masukan, proses, keluaran dan umpan balik sebagaimana digambarkan di bawah.
BALIKAN SUMATIF
Model pendidikan berdasarkan kompetensi:
MASUKAN
Kompetensi yang diharapkan
BALIKAN FORMATIF
PROSES
Proses belajar-mengajar
KELUARAN
Performance
 







Pendidikan berdasarkan kompetensi memiliki perbedaan yang esensial antara lain:
*   Pendidikan berdasarkan kompetensi dilakukan dengan pendekatan sistem.
*   Tujuan pendidikan kompetensi diarahkan pada prilaku yang dapat didemonstrasikan.
*   Konsekuensi dari pendidikan kompetensi ialah bahwa penilaian hasil belajar dilakukan dengan sistem penilaian acuan patokan (PAP).
*   Pendidikan ini mementingkan balikan, baik balikan formatif maupun balikan sumatif.
*   Penyajian pengajaran pada pendidikan berdasarkan kompetensi dilaksanakan dengan menerapkan belajar tuntas.
*   Pendidikan ini memberi tekanan pada penguasaan secara-individual.
b.      Pengertian Kompetensi
Istilah kompetensi dipahami dalam pengertian yang berbeda-beda. Kompetensi sering pula disebut dengan istilah kemampuan. Kemampuan ini dapat dipahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak disebut performance dan aspek yang tidak tampak.
Kedua aspek kompetensi itu mempunyai hubungan yang saling berinteraksi. Kemampuan dalam arti performance akan berkembang jika kemampuan rasional mengalami peningkatan. Seorang yang telah menguasai banyak teori ilmu pengetahuan akan membuat penampilan profesinya lebih berkembang. Perbaikan pada performance seseorang akan meningkatkan kemampuan rasionalnya. Sebaliknya, kemampuan rasional akan berkembang jika ada peningkatan dalam performance.
c.       Kompetensi Guru
Profil kemampuan dasar guru antara lain: menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/ sumber, mengetahui landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar-mengajar, menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan memahami serta menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Pengalaman belajar terdiri atas tiga komponen yaitu:
1.      Isi atau materi
2.      Format belajar, terdiri atas:
a.       Format belajar teori
b.      Format belajar praktek
c.       Format belajar pengalaman lapangan
3.      Taksiran waktu
Kemudian bab ini juga membahas tujuan pendidikan.
Masalah pendidikan adalah masalah yang selalu berpusat pada manusia. Tujuan pendidikan terarah kepada manusia dan oleh karena itu bergantung pada aspirasi masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demikian, tujuan pendidikan di dalam suatu negara atau bangsa berbeda dari antara yang satu dengan yang lain. Bahkan di dalam negara sendiri tujuan pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan yang menjadi acuan dasarnya.
Setelah itu bab ini membahas tujuan pengajaran.
Program pengajaran adalah perangkat kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang kita sebut dengan tujuan instruksional. Di samping tujuan instruksional, terdapat juga tujuan lain yang selalu ada dalam kegiatan belajar-mengajar. Tujuan itu tidak dinyatakan secara eksplisit dalam kurikulum, baik pada GBPP, SP, dan SPP. Tujuan tersebut implisit di dalam proses belajar-mengajar dan disebut tujuan iringan.
Sesudah itu bab ini membahas tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Tujuan instruksional dalam kurikulum masih bersifat umum dan dinyatakan dalam kemampuan yang masih sangat abstrak. Tujuan yang bersifat umum itu masih harus dijabarkan secara operasional di dalam program pengajaran yang kongkret.
Sedangkan tujuan operasional yang direncanakan pada program setiap pertemuan tatap muka di kelas itu di sebut tujuan instruksional khusus (TIK). Perumusan tujuan instruksional khusus ini memerlukan berbagai pertimbangan antara lain: kemampuan siswa, isi, pengalaman belajar yang dipperlukan, ketersediaan sarana pendukung, media dan sumber belajar, dan sebagainya.
                        Bab 4: Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
                        Dalam bab ini yang pertama kali dibahas adalah pengertian CBSA.
CBSA adalah cara mengajar dengan melibatkan aktivitas siswa secara maksimal dalam proses belajar baik kegiatan mental intelektual, kegiatan emosional, maupun kegiatan fisik secara terpadu.
                        Selanjutnya yang kedua membahas CBSA dan materi pengajaran.
Salah satu unsur penting dalam pengalaman belajar ialah isi atau materi pelajaran. Materi pelajaran dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu:
1.    Fakta      2. Prosedur      3. Konsep        4. Prinsip
                        Kemudian yang ketiga membahas CBSA dan kebermaknaan belajar.
Aktivitas belajar yang dimaksud dalam konsep CBSA adalah aktivitas yang bermakna. Kebermaknaan kegiatan itu bersifat gradual. Derajat kebermaknaan itu terdapat dalam suatu rentangan antara tidak bermakna dan penuh makna. Di samping kebermaknaan kegiatan, kadar CBSA juga ditentukan oleh modus kegiatan belajar. Modus kegiatan belajar diglongkan menjadi 3 yaitu:
1.    Belajar reseptif (menerima)
2.    Belajar dengan penemuan terpimpin
3.    Belajar dengan penemuan mandiri
                        Setelah itu yang ke empat CBSAdan intensi kegiatan belajar-mengajar.
Kualitas interaksi belajar-mengajar tergantung pada intensi kegiatan mengajar guru dan intensi kegiatan belajar siswa. Walaupun guru memiliki intensi yang cukup tinggi , tapi kalau tidak disambut oleh siswa dengan intensi belajar yang paling sedikit memadai, maka usaha pendidikan menjadi gagal sama sekali.
                        Bab 5: Strategi Inkuiri
                        Bab ini membahas pengertian strategi inkuiri.
Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini yaitu:
·         Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
·         Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
·         Mengembangkan sikap percaya diri sendiri.
Peranan guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut: motivator,  fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manajer, dan rewarder.
                        Kemudian dalam bab ini juga dibahas strategi inkuiri dan dimensi berpikir.
Untuk merangsang kegiatan berpikir peserta didik, maka perlu diketahui apa yang dia ketahui dan bagaimana cara ia berpikir. Hanya dengan cara demikian dapat dikembangkan kemampuan berpikir siswa dalam proses inkuiri. Beberapa cara berpikir pada umumnya: berpikir urutan, berpikir bertentangan, berpikir asosiasi, berpikir kausalitas, berpikir konsentris, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan berpikir silogisme.
                        Selanjutnya dalam bab ini membahas proses inkuiri.
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, menarik kesimpulan sementara, dan menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu dinyakini oleh peserta didik yang bersangkutan.
                        Setelah itu bab ini membahas skenario kegiatan belajar-mengajar inkuiri.
Pada strategi inkuiri, kegiatan belajar-mengajar diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal atau pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal yang berbeda-beda (sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara mereka mengorganisasi stimulus itu, dan perasaan mereka).
                        Selanjutnya bab ini membahas strategi inkuiri dan teknik bertanya.
Strategi belajar mengajar inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai metode mengajar, seperti metode tanya jawab, diskusi, problem solving, studi kasus, penelitian mandiri, dan sebagainya. Suatu metode perlu didukung oleh seperangkat teknik tertentu supaya metode tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu teknik yang benyak dipakai dalam berbagai metode mengajar ialah teknik bertanya. Karena teknik ini digunakan secara luas, maka perlu dibicarakan secara khusus penggunaan teknik bertanya itu dalam hubungannya dengan strategi inkuiri.
                        Bab 6: Strategi Penyelesaian Masalah (Problem Solving)
                        Yang pertama adalah tentang karakteristik penyelesaian masalah.
Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1.      Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau.
2.      Penyelesaian masalah secara intuitif.
3.      Penyelesaian masalah dengan cara trial & error.
4.      Penyelesaian masalah secara otoritas.
5.      Penyelesaian masalah secara metafisik.
6.      Penyelesaian masalah secara ilmiah.
                        Yang kedua adalah tentang beberapa model penyelesaian masalah.
Proses penyelesaian masalah dapat dilakukan dalam beberapa model, antara lain:
1.      Menurut J. Dewey, ada enam tahap:
Merumuskan masalah, menelaah masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis, pembuktian hipotesis dan menentukan pilihan penyelesaian.
2.      Menurut Lawrence Senesh, ada tiga tahap:
Tahap motivasi, tahap pengembangan, dan tahap kulminasi.
3.      Menurut David Johnson & Johnson, ada enam proses:
Mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatif strategi, menentukan dan menerapkan strategi, mengevaluasi keberhasilan strategi, dan skenario kegiatan belajar-mengajar.
                        Bab 7: Diskusi Kelompok
                        Bab ini membahas ciri-ciri kelompok.
Ciri pokok kelompok dinamik dalam strategi belajar-mengajar yaitu: interaksi, tujuan, kepemimpinan, norma, dan emosi.
                        Kemudian membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok.
Faktor tersebut antara lain: anggota yang sok tahu, anggota yang suka bicara, kepopuleran anggota, status sosial anggota, perasaan ragu, merasa rendah diri, anggota yang selalu siap membantu, dan besarnya kelompok.
                        Setelah itu membahas diskusi kelompok dalam PBM.
Seorang guru dalam menggunakan diskusi kelompok ini sebagai metode pengajaran harus selalu berusaha mendorong timbulnya faktor-faktor positif dan mengurangi hal-hal yang negatif. Ini penting supaya diskusi kelompok ini dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mencapai tujuan pengajaran, terutama tujuan pengiring.
                        Bab 8: Ceramah Bervariasi
                        Pada bab ini akan dibahas ceramah sebagai alat komunikasi.
Ceramah merupakan satu-satunya metode yang konvensional dan masih tetap digunakan dalam strategi belajar-mengajar. Metode ini paling tua, paling banyak, dan paling sering digunakan dalam berbagai kesempatan. Dan untuk mengurangi kesalahan maka ceramah dilakukan sebagai berikut:
1.      Penceramah, dalam hal ini guru harus menguasai dengan sungguh-sungguh bahan ceramahnya.
2.      Sistematika ceramah mempunyai urutan yang logis.
3.      Penyampaian bahan secara jelas, antara lain dengan komunikasi dua arah.
4.      Kemampuan menggunakan bahasa yang tepat.
                                    Kemudian membahas keunggulan dan kelemahan ceramah sebagai metode pengajaran.
                        Keunggulan metode ceramah antara lain:
1.      Hemat dalam penggunaan waktu dan alat.
2.      Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa.
3.      Mmembantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya.
4.      Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
5.      Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa.
                        Sedangkan kelemahan metode ceramah antara lain:
1.      Ceramah cenderung pada pola strategis ekspositorik yang berpusat pada guru.
2.      Cenderung menempatkan posisi siswa sebagai pendengar dan pencatat.
3.      Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah.
4.      Proses ceramah berlangsung menurut kecepatan bicara dan logat bahasa yang dipakai oleh guru.
                        Setelah itu membahas unsur-unsur ceramah bervariasi.
Unsur-unsur tersebut antara lain: variasi metode, variasi media, variasi penampilan, dan variasi bahan sajian.
                        Bab 9: Strategi Pengajaran Afektif
                        Yang pertama mengkaji Nilai.
Pengajaran afektif berhubungan dengan nilai (value). Oleh karena itu, nilai berhubungan dengan apa yang dianggap baik dan tidak baik, indah dan tidak indah, dan sebagainya.
Ciri khas dari suatu nilai antara lain:
1.      Nilai tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya.
2.      Pengembangan domain afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik.
3.      Masalah nilai adalah masalah emosional  dan karena itu dapat berubah, berkembang, sehingga bisa dibina.
4.      Perkembangan nilai atau moral tidak terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap-tahap tertentu.
                        Yang kedua mengkaji beberapa dasar pemikiran.
Komitmen seseorang terhadap nilai dapat dinyatakan antara lain pada kepatuhannya terhadap sesuatu yang dianggap baik. Seseorang melakukan suatu perbuatan yang dianggapnya baik dengan berbagai macam alasan.
                        Yang ketiga mengkaji teori perkembangan moral.
Nilai atau moral berkembang di dalam diri seseorang melalui proses yang cukup lama. Biasanya sesuai dengan tingkat kedewasaan seseorang. Anak berusia tiga tahun belum tahu apa yang dikatakan sopan dan tidak sopan, atau apa yang adil dan tidak adil. Oleh karena itu tidak dapat dituntut darinya untuk bersikap sopan dan bertindak adil. Nilai-nilai seperti itu tidak berada di dalam dirinya, tetapi di luar dirinya. Tingkat perkembangan dirinya mengakibatkan bahwa tidak mungkin pada usia itu memasukkan nilai-nilai itu dalam dirinya.
                        Yang ke empat yaitu taksonomi domain afektif.
Di lihat dari strategi belajar-mengajar, proses pembinaan nilai dalam kawasan afektif melalui lima tahapan secara hirarkis, antara lain: menerima, menanggapi, penilaian, mengorganisasi, dan mepribadikan nilai.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, afektif tidak bisa terlepas dari domain kognitif dan psikomotorik. Hal ini tampak jelas pada teori perkembangan moral. Kepatuhan selalu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
                        Yang ke lima tentang implikasi dalam strategi belajar-mengajar.
Implikasi tersebut dalam hal antara lain: tujuan pengajaran yaitu tujuan instruksional dan tujuan iringan, stimulus yaitu bahan yang diguanakan oleh guru ketika mengawali pelajarannya di kelas sebelum masuk ke dalam pokok bahasan, dan evaluasi yaitu sebagai tolak ukur tercapai dan tidaknya tujuan pembelajaran itu.
                        Yang keenam yaitu interpenetrasi domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pendidikan yang dirancang berdasarkan kompetensi mempunyai dimensi-dimensi yang saling berhubungan yang menampilkan diri dalam praktik kehidupan sebagai suatu perilaku yang wajar, normal, dan tidak dibuat-buat. Jadi yang terjadi adalah suatu proses yang menyatukan pengetahuan dan nilai sedemikian rupa, sehingga tampak ekspresinya dalam perilaku sebagai pola kelakuan yang standar. Inilah yang dinamakan belajar secara tuntas. Apa yang terjadi, bukanlah hanya mampu menghubungkan, bukan juga hanya integrasi, melainkan interpenetrasi dari kognitif, afektif, dan psikomotor (performance).
C.    KESIMPULAN
Dalam buku ini semua sub tema dijelaskan secara rinci sehingga sangat memudahkan pembaca untuk memahami isi buku ini. Kemudian dalam buku ini merupakan hasil kolaborasi antara pendapat mahasiswa dan teori yang berkenaan dengan strategi belajar-mengajar. Dalam buku itu juga langsung membahas pada metode yang dipakai dalam strategi belajar-mengajar tanpa beretele-tele dan dijelaskan secara rinci dan lebih spesifik. Dengan penjelasan yang detail itu sangat memudahkan pembaca dalam memahami khususnya bagi mahasiswa yang sering menggunakan buku ini sebagai refrensi.
Dari penjelasan di atas dapat saya tarik kesimpulan bahwa buku ini yang dibahas antara lain: wawasan kependidikan guru, tujuan pengajaran, cara belajar siswa aktif, strategi inkuiri, strategi penyelesaian masalah(problem solving), diskusi kelompok, ceramah bervariasi, strategi pengajaran aktif yang kesemuanya itu di jabarkan dengan sedetail-detailnya.
Selain itu penjelasan teori tersebut disertai dengan bagan-bagan dan tabel untuk memudahkan pembaca memahami keterangan yang ada dan akan terlihat lebih sistematis. Setelah itu dalam setiap judul juga diberikan sebuah pendahuluan yang mana sebagai pengantar dalam rangka mengantarkan pembaca dengan berbagai keterangan yang bersifat sebagai pondasi/ dasar agar lebih mudah dalam memahami isi yang akan diulas oleh penulis yang kemudian dijelaskan secara detail.













BAB III             : ANALISA BUKU
*      Kelebihan dari buku strategi belajar mengajar karangan W. Gulo:
1.      Penjelasan dari setiap sub pokok bahasan sangat rinci dan detail.
2.      Penulisan buku sangat sistematis.
3.      Bahasa yang digunakan dalam penulisan buku ini sangat sederhana sehingga mudah dipahami bagi pembaca.
4.      Isi buku ini merupakan hasil pemikiran mahasiswa yang telah dikolaborasikan dengan pihak para dosennya.
5.      Penjelasan yang dijadikan sebagai pendukung dalam buku ini juga sangan detail dan rinci.
6.      Dalam buku ini disertai dengan diagram dan gambar-gambar serta tabel yang menjelaskan beberapa metode sehingga mudah untuk dipahami.
7.      Dalam buku ini tidak hanya hanya dengan teori namun juga dijabarkan lewat bagan-bagan sehingga terlihat lebih sistematis.
8.      Dalam setiap pembahasan sebelum masuk pada isi judul didahului dengan pendahuluan sebagai pengantar dalam memahami isi tersebut.

*      Kekurangan dari buku strategi belajar mengajar karangan W. Gulo:
1.      Dalam buku ini hanya menjelaskan beberapa metode saja dan tidak menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan teoritis seperti komponen-komponen dalam pendidikan secara khusus.
2.      penjelasan yang diuraikan kurang adanya penjabaran yang lebih luas sehingga sulit dipahami bagi para pembaca yang baru mengenali dunia pendidikan.
3.      buku ini hanya membahas beberapa metode yang dirasa sangat dibutuhkan dan dapat bermanfaat sampai kapanpun walau sudah berubah zamannya.
*      Tindak lanjut dari resensi buku ini yaitu: semoga setelah adanya para pembaca yang intelektual, mereka mampu memberikan masukan terhadap buku ini sehingga para intelek baru bisa bermunculan dalam pengembangan ilmu kebutuhan masyarakat sebagai suatu kebutuhan dalam disiplin ilmu pengetahuan.

BAB IV             : PENUTUP
Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah, penyeru semesta alam  yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan senopsis buku yang berjudul “STRATEGI BELAJAR MENGAJAR”.
Dalam penyusunan sinopsis buku ini tidak lepas atas bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.    Bapak Ghufron Dimyati, M.S.I. selaku dosen pembimbing mata kuliah strategi belajar mengajar yang dengan kesabarannya membimbing penulis dalam menyelesaikan sinopsis buku ini.
2.    Bapak dan Ibunda terkasih, yang selama ini dengan penuh cinta dan kasih sayang-Nya mendidik, membesarkan serta membantu dengan memberikan motivasi penulis sehingga penulis dapat terus berkarya.
3.    Teman-teman jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan, yang dengan penuh pengertian memberikan informasi dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian makalah ini serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah yang berjudul STRATEGI BELAJAR MENGAJAR, penulis menyadari bahwa penulisan ini tidaklah luput dari kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna penyempurnaan sinopsis buku selanjutnya. Penulis berharap semoga sinopsis buku ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Kemudian penulis merekomendasikan kepada pembaca untuk mengkaji dan mempelajari buku ini karena bila mampu memahaminya maka akan mampu mengembangkan keprofesionalan kita sebagai seorang pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar di lembaga pendidikan.





TENTANG PENULIS
Imam Syafi’i, Lahir di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, pada tanggal 08 Februari 1989. Riwayat pendidikan, pendidikan TK Islam plus Ponpes Manba’ul Huda, di Desa Pajomblangan, Kab. Kedungwuni selama kurang lebih 2 tahun dari usia 3 tahun lebih 8 bulan sampai usia 6 tahun. Kemudian pendidikan SD Islam 06 Pekalongan dan di sore hari belajar di Madrasah Roudlotul Muta’alimin di Krapyak Lor 05, Pekalongan, dari tahun 1995 sampai pada tahun 2000, selama di SD dengan ucapan puji syukur tidak pernah mendapatkan rangking lebih dari 4, kemudian dilanjutkan ke Ponpes Modern Ma’had Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat kurang lebih selama 1 tahun lebih 6 bulan yang disertai dengan sekolah umum.
Dan dilanjutkan ke SLTP Islam Pekalongan yang mana tinggal meneruskan/ pindahan dari Ponpes Modern sehingga dapat langsung masuk ke tingkat selanjutnya yaitu kelas 2 SLTP, semester 2 dan aktif di organisasi pramuka dan di waktu sore belajar di. Setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 02 Pekalongan yang lulus pada tahun 2006 dan aktif di organisasi siswa yaitu pramuka selama 3 tahun. Selain itu di waktu sore hari belajar di madrasah Dhiya’ul Fatikhin, Krapyak Lor 02, Pekalongan. Pada tahun pertengan 2006 melanjutkan pengabdian di Ponpes al-qur’an anak-anak, Manba’ul Huda yang di sertai dengan belajar secara laju/ santri kalong di Ponpes Miftakhul Huda selama 4 tahun lebih 5 bulan. Setelah itu pindah ke Ponpes di Desa Kadilangu, Demak, selama 1 bulan.
Kemudian pulang ke kampung halaman pada tahun 2010 pada bulan pertengahan dan melanjutkan belajar kursus menjadi Teknisi HP di BLK (Balai Latihan Kerja) selama 4 bulan yang dengan ucapan syukur lulus dengan peringkat pertama. Dan tidak lama kemudian di ajak untuk masuk ke ranah dunia pendidikan TPQ yaitu sebagai pendidik dengan memegang mata pelajaran ghorib dan tajwid dan masih berjalan hingga sekarang yang mana mulai menambah tanggung jawab dengan memegang mata pelajaran madrasah diniyah sore dan itu sudah terlaksana kurang lebih selama 2 tahun 9 bulan.

Kemudian di awal tahun 2011 di beri kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih dalam melakukan pendalaman di bidang pendidikan yaitu dengan masuk ke STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Pekalongan dan sejak mulai semester 2 sudah mulai berkecimpung dalam kegiatan organisasi intra kampus yaitu dengan masuk ke HMPS PAI dan menjabat sebagai kordinator dalam bidang devisi Sumber Daya Insani (SDI) yang mana begerak dalam bidang sumber daya keagamaan baik dalam mahasiswa maupun masyarakat.
Pada tahun 2012, merangkap sebagai pengurus organisasi unit kegiatan mahasiswa SPEAC yang mana bergerak di bidang peningkatan bahasa asing baik bahasa Arab maupun Inggris. Dan menempati jabatan sebagai ketua dalam devisi Arabic. Selaian itu juga masuk pada UKM LPTQ yang mana menjabat sebagai anggota devisi tartil. UKM ini bergerak dalam bidang pengembangan nilai-nilai al-qur’an seperti tilawah, tartil, dll yang berkaitan dengan al-qur;an. Dan masih dijalaninya hingga sekarang ini.

1 komentar: