IDENTIFIKASI
BUKU
JUDUL :
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
PENULIS :
W. GULO
EDITOR/ PENERJEMAH : R. MASRI SAREB PUTRA
PENERBIT :
PT. GRASINDO WIDIASARANA INDONESIA, JL. PALMERAH SELATAN 22-28, JAKARTA
10270.
TAHUN : 2002
JUMLAH HALAMAN : 170
ISSN/ ISBN : 978979695666/ 502 02 117
BAB I :
PENDAHULUAN
Menurut saya buku ini cukup begitu menarik perhatian karena dalam
buku ini didahului dengan suatu istilah-istilah yang berkenaan dengan judul
buku dan semua istilah yang berkaitan dengan tema dalam daftar isi dari buku
tersebut antara lain seperti pembahasan tentang pengertian atau definisi dari
strategi dan dibahas dari sudut pandang yang berbeda sehingga pembaca mampu
mengetahui batasan isi yang diharapkan dari setiap tema tersebut, pendekatan,
komponen strategi belajar-mengajar dan jenis-jenis strategi belajar-mengajar
yang kesemua dari istilah itu dibahas dalam pendahuluan yang mana dijadikan
sebagai pemahaman awal dari materi strategi belajar-mengajar ini sehingga
pembaca sudah memiliki bekal yang cukup buat mendalami materi ini dan sudah
tahu batasan yang akan dibahas dalam materi ini.
Kemudian bila diamati secara cermat buku ini juga merupakan suatu
produk yang cukup bagus karena isi dari buku ini tidak sekedar mengambil dari
beberapa refrensi saja namun juga terdapat pendapat-pendapat yang merupakan
sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang dihadapi pada zaman itu yang mungkin
bisa dipakai dan bahkan materi ini bisa dikembangkan lagi sehingga lebih
relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang terjadi sekarang ini.
Selain itu buku ini juga simpel dan disusun dalam bentuk yang tidak
begitu tebal sehingga mudah untuk dibawa dan dipakai di manapun ruang dan
waktunya. Dengan buku yang simpel tersebut sehingga bisa dijangkau oleh para
pembaca baik yang kurang mampu dalam materi maupun menengah apalagi yang
berkecukupan dalam segi ekonomi.
Dalam hal bahasa penulisan dalam buku ini juga sudah cukup karena
bisa memberikan pemahaman secara langsung tanpa adanya penjelasan yang lebih
detail lagi dari penulisnya karena dalam buku ini sudah menggunakan bahasa yang
cukup sederhana dan biasa digunakan dalam kehidupan berasyarakat.
BAB II : SINOPSIS
A.
DAFTAR ISI
Pengantar vii
Bab 1 Pendahuluan 1
Bab 2 Wawasan Kependidikan Guru 13
Bab 3 Tujuan Pengajaran 28
Bab 4 Cara Belajar Siswa Aktif 71
Bab 5 Strategi Inkuiri 83
Bab 6 Strategi Penyelesaian Masalah (Problem
Solving) 111
Bab 7 Diskusi Kelompok 125
Bab 8 Ceramah bervariasi 136
Bab 9 Strategi Pengajaran Afektif 146
Daftar Pustaka 168
B.
INFORMASI RINGKAS BUKU
Buku ini ditulis sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, yang merupakan misi pendidikan yang
menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Pengembangan kualitas manusia
ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam memasuki era globalisasi dewasa
ini, agar generasi muda kita tidak menjadi korban dari globalisasi itu sendiri.
Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan
yang tidak bisa ditanggulangi dengan paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang cepat tidak dapat dikejar dengan cara-cara lama yang
dipakai dalam sekolah-sekolah kita. Ibarat mengejar mobil yang melaju dengan
kecepatan tinggi di atas tol dengan delman.
Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa
di kelas karena materi yang diperolehnya tidak selalu sesuai dengan
perkembangan masyarakatnya. Yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk mendapatkan
dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan
lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha
menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan
pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam pemahaman seperti ini
memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran
tergantung pada pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai,
terutama dalam upaya mengembangkan kreatifitas dan sikap inovatif subjek didik.
Untuk itu, perlu dibina dan dikembangkan kemampuan profesional guru untuk
mengelola program pengajaran dengan strategi belajar-mengajar yang kaya dengan
variasi.
Untuk membina dan mengembangkan kemampuan tersebut dibutuhkan
sumber-sumber yang relevan, yakni buku-buku, yang dapat membantu guru dan calon
guru. Namun, sampai sekarang buku-buku yang ditulis dalam bahasa Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan ini masih sangat langka. Buku ini merupakan sebagai
salah satu usaha untuk mengurangi kelangkaan tersebut. Tulisan buku ini
bersumber dari catatan-catatan kuliah kepada mahasisw FKIP di Universitas
Kristen Satya Wacana selama kurang lebih 12 tahun. Tanggapan-tanggapan
mahasiswa setiap perkuliahan merupakan masukan yang telah turut memperkaya buku
ini. Banyak juga guru alumni FKIP tersebut yang mengharapkan agar buku seperti
ini dapat mereka miliki sebagai salah satu pegangan mereka dalam melaksanakan
tugas profesi mereka sehari-hari di sekolah. Harapan ini juga sebagai pendorong
untuk menulis buku ini.
Terbitnya buku ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Drs.
Cornelis Sutikno, Drs. Imam Sudibyo, Drs. Slameto, sebagai teman-teman yang
pernah menjadi anggota tim pengajar mata kuliah ini, telah turut memberi
masukan yang berharga sehingga isi buku ini berkembang seperti sekarang ini.
Di bawah ini sedikit kesimpulan dari beberapa bab yang ada dalam
buku ini:
Bab 1: Pendahuluan
Pada bab ini, strategi belajar-mengajar merupakan rencana kegiatan
untuk mencapai tujuan. Sedangkan metode pengajaran adalah cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan itu. Kemudian dalam strategi belajar-mengajar membutuhkan
adanya suatu pendekatan yang artinya titik tolak atau sudut pandang kita dalam
memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar-mengajar dan sudut
pandang itu menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang guru dalam
menyelesaikan persoalan yang ia hadapi.
Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal. Sistem lingkungan
ini terdiri atas beberapa komponen, termasuk guru, yang saling berinteraksi
dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu yang
menggunakan komponen-komponen tertentu antara lain:
1.
Tujuan
pengajaran
2.
Guru
3.
Peserta
didik
4.
Materi
pelajaran
5.
Metode
pengajaran
6.
Media
pengajaran
7.
Faktor
administrasi dan finansial
Setelah itu
dalam strategi belajar-mengajar juga terdapat jenis-jenisnya antara lain yang
dikelompokkan berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam program
pengajaran yaitu:
1.
Strategi
belajar-mengajar yang berpusat pada guru.
2.
Stretegi
belajar-mengajar yang berpusat pada peserta didik.
3.
Strategi
belajar-mengajar yang berpusat pada materi pengajaran.
Kemudian
apabila dilihat dari kegitan pengelompokan pesan atau materi, maka strategi
belajar-mengajar dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1.
Strategi
belajar-mengajar ekspositori di mana guru mengolah secara tuntas pesan/ materi
sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal menerima saja.
2.
Strategi
belaja-mengajar heuristik atau kuriorstik, di mana peserta didik mengolah
sendiri pesan/ materi dengan pengarahan dari guru.
Bab 2: Wawasan Kependidikan Guru
Dalam bab ini
membahas wawasan kependidikan guru yang pada hakikatnya menunjuk pada cara
seorang guru melihat dirinya sendiri dan tugas-tugasnya. Untuk melihat itu
tergantung pada pandangannya terhadap teos, kosmos, dan antropos.
Yang pertama,
pandangan terhadap teos berbeda-beda menurut agama yang dianut oleh yang
bersangkutan. Sumber pernyataan untuk itu terdapat di dalam buku suci setiap
agama. Yang kedua, pandangan terhadap alam semesta. Pandangan ini bertolak dari
pandangan bahwa Tuhan adalah Pencipta, maka alam semesta bukanlah sesuatu yang
terjadi dengan sendirinya seperti yang dikenal dalam teori evolusi, tetapi
terjadi karena diciptakan oleh Tuhan dengan hukum-hukumnya sendiri. Yang ketiga,
pandangan terhadap manusia. Masalah pendidikan adalah masalah yang berpusat
pada manusia. Guru sebagai pendidik dan peserta didik sebagai subjek didik.
Keduanya adalah manusia yang sejajar dengan peranan yang berbeda. Pandangan
guru tentang manusia termasuk dirinya sendiri sangat mempengaruhi sikap dan
prilakunya dalam mengelola tugas-tugas kependidikan.
Kemudian
implikasi ketiga unsur dalam pendidikan antara lain:
1.
Guru
dan peserta didik
Mereka
termasuk dua kelompok manusia yang kita lihat terlibat secara langsung dalam
kegiatan pendidikan. Kedua pihak ini memiliki kedudukan yang sama dihadapan
Allah, kedunya adalah sama-sama manusia ciptaan-Nya. Masing-masing pihak berada
dalam suatu interaksi, namun dengan peranan yang berbeda.
2.
Belajar-mengajar
Pandangan
terhadap mengajar tergantung pada pemahaman tentang belajar. Kalau belajar
adalah usaha untuk mencari ilmu pengetahuan, maka mengajar adalah usaha untuk
memberi ilmu pengetahuan. Kalau belajar ialah untuk menguasai ketrampilan
tertentu, maka mengajar ialah melatih kemampuan. Kegiatan belajar adalah
kegiatan peserta didik dan mengajar adalah kegiatan guru.
3.
Lembaga
Proses
pendidikan berlangsung dalam lembaga, baik berupa sekolah, rumah tangga, maupun
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sekolah adalah suatu lembaga yang secara formal
bertanggung jawab atas keberlangsungan proses pendidikan. Pandangan seorang
guru terhadap lembaga ini sangat mempengaruhi kegiatan pendidikan.
Bab 3:
Tujuan Pengajaran
Dalam
bab ini membahas kompetensi yang berisi antara lain:
a.
Pendidikan
Berdasarkan Kompetensi
Pendidikan berdasarkan kompetensi adalah suatu sistem dengan
komponen-komponennya yang terdiri atas masukan, proses, keluaran dan umpan
balik sebagaimana digambarkan di bawah.
BALIKAN SUMATIF
|
MASUKAN
Kompetensi
yang diharapkan
|
BALIKAN FORMATIF
|
PROSES
Proses
belajar-mengajar
|
KELUARAN
Performance
|
Pendidikan berdasarkan kompetensi memiliki perbedaan yang esensial
antara lain:
Pendidikan berdasarkan kompetensi dilakukan dengan pendekatan
sistem.
Tujuan pendidikan kompetensi diarahkan pada prilaku yang dapat
didemonstrasikan.
Konsekuensi dari pendidikan kompetensi ialah bahwa penilaian hasil
belajar dilakukan dengan sistem penilaian acuan patokan (PAP).
Pendidikan ini mementingkan balikan, baik balikan formatif maupun
balikan sumatif.
Penyajian pengajaran pada pendidikan berdasarkan kompetensi
dilaksanakan dengan menerapkan belajar tuntas.
Pendidikan ini memberi tekanan pada penguasaan secara-individual.
b.
Pengertian
Kompetensi
Istilah kompetensi dipahami dalam pengertian yang berbeda-beda.
Kompetensi sering pula disebut dengan istilah kemampuan. Kemampuan ini dapat
dipahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak disebut performance dan aspek
yang tidak tampak.
Kedua aspek kompetensi itu mempunyai hubungan yang saling
berinteraksi. Kemampuan dalam arti performance akan berkembang jika kemampuan
rasional mengalami peningkatan. Seorang yang telah menguasai banyak teori ilmu
pengetahuan akan membuat penampilan profesinya lebih berkembang. Perbaikan pada
performance seseorang akan meningkatkan kemampuan rasionalnya. Sebaliknya,
kemampuan rasional akan berkembang jika ada peningkatan dalam performance.
c.
Kompetensi
Guru
Profil kemampuan dasar guru antara lain: menguasai bahan, mengelola
program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/ sumber,
mengetahui landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi
belajar-mengajar, menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran,
mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah, dan memahami serta menafsirkan
hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Pengalaman belajar terdiri atas tiga komponen yaitu:
1.
Isi
atau materi
2.
Format
belajar, terdiri atas:
a.
Format
belajar teori
b.
Format
belajar praktek
c.
Format
belajar pengalaman lapangan
3.
Taksiran
waktu
Kemudian bab
ini juga membahas tujuan pendidikan.
Masalah pendidikan
adalah masalah yang selalu berpusat pada manusia. Tujuan pendidikan terarah
kepada manusia dan oleh karena itu bergantung pada aspirasi masyarakat, bangsa,
dan negara. Dengan demikian, tujuan pendidikan di dalam suatu negara atau
bangsa berbeda dari antara yang satu dengan yang lain. Bahkan di dalam negara
sendiri tujuan pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan
yang menjadi acuan dasarnya.
Setelah itu bab
ini membahas tujuan pengajaran.
Program
pengajaran adalah perangkat kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan untuk
mencapai tujuan yang kita sebut dengan tujuan instruksional. Di samping tujuan
instruksional, terdapat juga tujuan lain yang selalu ada dalam kegiatan
belajar-mengajar. Tujuan itu tidak dinyatakan secara eksplisit dalam kurikulum,
baik pada GBPP, SP, dan SPP. Tujuan tersebut implisit di dalam proses
belajar-mengajar dan disebut tujuan iringan.
Sesudah itu bab
ini membahas tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Tujuan
instruksional dalam kurikulum masih bersifat umum dan dinyatakan dalam kemampuan
yang masih sangat abstrak. Tujuan yang bersifat umum itu masih harus dijabarkan
secara operasional di dalam program pengajaran yang kongkret.
Sedangkan
tujuan operasional yang direncanakan pada program setiap pertemuan tatap muka
di kelas itu di sebut tujuan instruksional khusus (TIK). Perumusan tujuan
instruksional khusus ini memerlukan berbagai pertimbangan antara lain:
kemampuan siswa, isi, pengalaman belajar yang dipperlukan, ketersediaan sarana
pendukung, media dan sumber belajar, dan sebagainya.
Bab 4:
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Dalam
bab ini yang pertama kali dibahas adalah pengertian CBSA.
CBSA
adalah cara mengajar dengan melibatkan aktivitas siswa secara maksimal dalam
proses belajar baik kegiatan mental intelektual, kegiatan emosional, maupun kegiatan
fisik secara terpadu.
Selanjutnya
yang kedua membahas CBSA dan materi pengajaran.
Salah
satu unsur penting dalam pengalaman belajar ialah isi atau materi pelajaran.
Materi pelajaran dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu:
1.
Fakta
2. Prosedur 3. Konsep 4.
Prinsip
Kemudian
yang ketiga membahas CBSA dan kebermaknaan belajar.
Aktivitas
belajar yang dimaksud dalam konsep CBSA adalah aktivitas yang bermakna.
Kebermaknaan kegiatan itu bersifat gradual. Derajat kebermaknaan itu terdapat
dalam suatu rentangan antara tidak bermakna dan penuh makna. Di samping
kebermaknaan kegiatan, kadar CBSA juga ditentukan oleh modus kegiatan belajar.
Modus kegiatan belajar diglongkan menjadi 3 yaitu:
1.
Belajar
reseptif (menerima)
2.
Belajar
dengan penemuan terpimpin
3.
Belajar
dengan penemuan mandiri
Setelah
itu yang ke empat CBSAdan intensi kegiatan belajar-mengajar.
Kualitas
interaksi belajar-mengajar tergantung pada intensi kegiatan mengajar guru dan
intensi kegiatan belajar siswa. Walaupun guru memiliki intensi yang cukup
tinggi , tapi kalau tidak disambut oleh siswa dengan intensi belajar yang
paling sedikit memadai, maka usaha pendidikan menjadi gagal sama sekali.
Bab 5:
Strategi Inkuiri
Bab
ini membahas pengertian strategi inkuiri.
Inkuiri
yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama
kegiatan mengajar pada strategi ini yaitu:
·
Keterlibatan
siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
·
Keterarahan
kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
·
Mengembangkan
sikap percaya diri sendiri.
Peranan
guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut: motivator, fasilitator, penanya, administrator,
pengarah, manajer, dan rewarder.
Kemudian
dalam bab ini juga dibahas strategi inkuiri dan dimensi berpikir.
Untuk
merangsang kegiatan berpikir peserta didik, maka perlu diketahui apa yang dia
ketahui dan bagaimana cara ia berpikir. Hanya dengan cara demikian dapat
dikembangkan kemampuan berpikir siswa dalam proses inkuiri. Beberapa cara
berpikir pada umumnya: berpikir urutan, berpikir bertentangan, berpikir
asosiasi, berpikir kausalitas, berpikir konsentris, berpikir konvergen,
berpikir divergen, dan berpikir silogisme.
Selanjutnya
dalam bab ini membahas proses inkuiri.
Inkuiri
tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang
ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Pada
hakikatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari
merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji
hipotesis, menarik kesimpulan sementara, dan menguji kesimpulan sementara
supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu dinyakini oleh peserta
didik yang bersangkutan.
Setelah
itu bab ini membahas skenario kegiatan belajar-mengajar inkuiri.
Pada
strategi inkuiri, kegiatan belajar-mengajar diawali dengan menghadapkan siswa
pada masalah yang merangsang. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan
presentasi verbal atau pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri oleh guru.
Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka
terhadap hal yang berbeda-beda (sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara
mereka mengorganisasi stimulus itu, dan perasaan mereka).
Selanjutnya
bab ini membahas strategi inkuiri dan teknik bertanya.
Strategi
belajar mengajar inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai metode mengajar,
seperti metode tanya jawab, diskusi, problem solving, studi kasus, penelitian
mandiri, dan sebagainya. Suatu metode perlu didukung oleh seperangkat teknik
tertentu supaya metode tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu teknik
yang benyak dipakai dalam berbagai metode mengajar ialah teknik bertanya.
Karena teknik ini digunakan secara luas, maka perlu dibicarakan secara khusus
penggunaan teknik bertanya itu dalam hubungannya dengan strategi inkuiri.
Bab 6:
Strategi Penyelesaian Masalah (Problem Solving)
Yang
pertama adalah tentang karakteristik penyelesaian masalah.
Penyelesaian
masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1.
Penyelesaian
masalah berdasarkan pengalaman masa lampau.
2.
Penyelesaian
masalah secara intuitif.
3.
Penyelesaian
masalah dengan cara trial & error.
4.
Penyelesaian
masalah secara otoritas.
5.
Penyelesaian
masalah secara metafisik.
6.
Penyelesaian
masalah secara ilmiah.
Yang
kedua adalah tentang beberapa model penyelesaian masalah.
Proses
penyelesaian masalah dapat dilakukan dalam beberapa model, antara lain:
1.
Menurut
J. Dewey, ada enam tahap:
Merumuskan masalah, menelaah masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis,
pembuktian hipotesis dan menentukan pilihan penyelesaian.
2.
Menurut
Lawrence Senesh, ada tiga tahap:
Tahap motivasi, tahap pengembangan, dan tahap kulminasi.
3.
Menurut
David Johnson & Johnson, ada enam proses:
Mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatif
strategi, menentukan dan menerapkan strategi, mengevaluasi keberhasilan
strategi, dan skenario kegiatan belajar-mengajar.
Bab 7:
Diskusi Kelompok
Bab
ini membahas ciri-ciri kelompok.
Ciri
pokok kelompok dinamik dalam strategi belajar-mengajar yaitu: interaksi,
tujuan, kepemimpinan, norma, dan emosi.
Kemudian
membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok.
Faktor
tersebut antara lain: anggota yang sok tahu, anggota yang suka bicara,
kepopuleran anggota, status sosial anggota, perasaan ragu, merasa rendah diri,
anggota yang selalu siap membantu, dan besarnya kelompok.
Setelah
itu membahas diskusi kelompok dalam PBM.
Seorang
guru dalam menggunakan diskusi kelompok ini sebagai metode pengajaran harus
selalu berusaha mendorong timbulnya faktor-faktor positif dan mengurangi
hal-hal yang negatif. Ini penting supaya diskusi kelompok ini dapat
dimanfaatkan secara optimal dalam mencapai tujuan pengajaran, terutama tujuan
pengiring.
Bab 8:
Ceramah Bervariasi
Pada
bab ini akan dibahas ceramah sebagai alat komunikasi.
Ceramah
merupakan satu-satunya metode yang konvensional dan masih tetap digunakan dalam
strategi belajar-mengajar. Metode ini paling tua, paling banyak, dan paling sering
digunakan dalam berbagai kesempatan. Dan untuk mengurangi kesalahan maka
ceramah dilakukan sebagai berikut:
1.
Penceramah,
dalam hal ini guru harus menguasai dengan sungguh-sungguh bahan ceramahnya.
2.
Sistematika
ceramah mempunyai urutan yang logis.
3.
Penyampaian
bahan secara jelas, antara lain dengan komunikasi dua arah.
4.
Kemampuan
menggunakan bahasa yang tepat.
Kemudian
membahas keunggulan dan kelemahan ceramah sebagai metode pengajaran.
Keunggulan
metode ceramah antara lain:
1.
Hemat
dalam penggunaan waktu dan alat.
2.
Mampu
membangkitkan minat dan antusias siswa.
3.
Mmembantu
siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya.
4.
Merangsang
kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
5.
Mampu
menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa.
Sedangkan
kelemahan metode ceramah antara lain:
1.
Ceramah
cenderung pada pola strategis ekspositorik yang berpusat pada guru.
2.
Cenderung
menempatkan posisi siswa sebagai pendengar dan pencatat.
3.
Keterbatasan
kemampuan pada tingkat rendah.
4.
Proses
ceramah berlangsung menurut kecepatan bicara dan logat bahasa yang dipakai oleh
guru.
Setelah
itu membahas unsur-unsur ceramah bervariasi.
Unsur-unsur
tersebut antara lain: variasi metode, variasi media, variasi penampilan, dan
variasi bahan sajian.
Bab 9:
Strategi Pengajaran Afektif
Yang
pertama mengkaji Nilai.
Pengajaran
afektif berhubungan dengan nilai (value). Oleh karena itu, nilai
berhubungan dengan apa yang dianggap baik dan tidak baik, indah dan tidak
indah, dan sebagainya.
Ciri
khas dari suatu nilai antara lain:
1.
Nilai
tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya.
2.
Pengembangan
domain afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan
psikomotorik.
3.
Masalah
nilai adalah masalah emosional dan
karena itu dapat berubah, berkembang, sehingga bisa dibina.
4.
Perkembangan
nilai atau moral tidak terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap-tahap tertentu.
Yang
kedua mengkaji beberapa dasar pemikiran.
Komitmen
seseorang terhadap nilai dapat dinyatakan antara lain pada kepatuhannya
terhadap sesuatu yang dianggap baik. Seseorang melakukan suatu perbuatan yang
dianggapnya baik dengan berbagai macam alasan.
Yang
ketiga mengkaji teori perkembangan moral.
Nilai
atau moral berkembang di dalam diri seseorang melalui proses yang cukup lama.
Biasanya sesuai dengan tingkat kedewasaan seseorang. Anak berusia tiga tahun
belum tahu apa yang dikatakan sopan dan tidak sopan, atau apa yang adil dan
tidak adil. Oleh karena itu tidak dapat dituntut darinya untuk bersikap sopan
dan bertindak adil. Nilai-nilai seperti itu tidak berada di dalam dirinya,
tetapi di luar dirinya. Tingkat perkembangan dirinya mengakibatkan bahwa tidak
mungkin pada usia itu memasukkan nilai-nilai itu dalam dirinya.
Yang
ke empat yaitu taksonomi domain afektif.
Di
lihat dari strategi belajar-mengajar, proses pembinaan nilai dalam kawasan
afektif melalui lima tahapan secara hirarkis, antara lain: menerima,
menanggapi, penilaian, mengorganisasi, dan mepribadikan nilai.
Sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, afektif tidak bisa terlepas dari domain kognitif
dan psikomotorik. Hal ini tampak jelas pada teori perkembangan moral. Kepatuhan
selalu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional yang dimiliki oleh
orang yang bersangkutan.
Yang
ke lima tentang implikasi dalam strategi belajar-mengajar.
Implikasi
tersebut dalam hal antara lain: tujuan pengajaran yaitu tujuan instruksional
dan tujuan iringan, stimulus yaitu bahan yang diguanakan oleh guru ketika
mengawali pelajarannya di kelas sebelum masuk ke dalam pokok bahasan, dan
evaluasi yaitu sebagai tolak ukur tercapai dan tidaknya tujuan pembelajaran itu.
Yang
keenam yaitu interpenetrasi domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pendidikan
yang dirancang berdasarkan kompetensi mempunyai dimensi-dimensi yang saling
berhubungan yang menampilkan diri dalam praktik kehidupan sebagai suatu
perilaku yang wajar, normal, dan tidak dibuat-buat. Jadi yang terjadi adalah
suatu proses yang menyatukan pengetahuan dan nilai sedemikian rupa, sehingga
tampak ekspresinya dalam perilaku sebagai pola kelakuan yang standar. Inilah
yang dinamakan belajar secara tuntas. Apa yang terjadi, bukanlah hanya mampu
menghubungkan, bukan juga hanya integrasi, melainkan interpenetrasi dari
kognitif, afektif, dan psikomotor (performance).
C.
KESIMPULAN
Dalam
buku ini semua sub tema dijelaskan secara rinci sehingga sangat memudahkan
pembaca untuk memahami isi buku ini. Kemudian dalam buku ini merupakan hasil
kolaborasi antara pendapat mahasiswa dan teori yang berkenaan dengan strategi
belajar-mengajar. Dalam buku itu juga langsung membahas pada metode yang
dipakai dalam strategi belajar-mengajar tanpa beretele-tele dan dijelaskan
secara rinci dan lebih spesifik. Dengan penjelasan yang detail itu sangat
memudahkan pembaca dalam memahami khususnya bagi mahasiswa yang sering menggunakan
buku ini sebagai refrensi.
Dari
penjelasan di atas dapat saya tarik kesimpulan bahwa buku ini yang dibahas
antara lain: wawasan kependidikan guru, tujuan pengajaran, cara belajar siswa
aktif, strategi inkuiri, strategi penyelesaian masalah(problem solving),
diskusi kelompok, ceramah bervariasi, strategi pengajaran aktif yang kesemuanya
itu di jabarkan dengan sedetail-detailnya.
Selain
itu penjelasan teori tersebut disertai dengan bagan-bagan dan tabel untuk
memudahkan pembaca memahami keterangan yang ada dan akan terlihat lebih
sistematis. Setelah itu dalam setiap judul juga diberikan sebuah pendahuluan
yang mana sebagai pengantar dalam rangka mengantarkan pembaca dengan berbagai
keterangan yang bersifat sebagai pondasi/ dasar agar lebih mudah dalam memahami
isi yang akan diulas oleh penulis yang kemudian dijelaskan secara detail.
BAB III : ANALISA
BUKU
Kelebihan
dari buku strategi belajar mengajar karangan W. Gulo:
1.
Penjelasan
dari setiap sub pokok bahasan sangat rinci dan detail.
2.
Penulisan
buku sangat sistematis.
3.
Bahasa
yang digunakan dalam penulisan buku ini sangat sederhana sehingga mudah
dipahami bagi pembaca.
4.
Isi
buku ini merupakan hasil pemikiran mahasiswa yang telah dikolaborasikan dengan
pihak para dosennya.
5.
Penjelasan
yang dijadikan sebagai pendukung dalam buku ini juga sangan detail dan rinci.
6.
Dalam
buku ini disertai dengan diagram dan gambar-gambar serta tabel yang menjelaskan
beberapa metode sehingga mudah untuk dipahami.
7.
Dalam
buku ini tidak hanya hanya dengan teori namun juga dijabarkan lewat bagan-bagan
sehingga terlihat lebih sistematis.
8.
Dalam
setiap pembahasan sebelum masuk pada isi judul didahului dengan pendahuluan
sebagai pengantar dalam memahami isi tersebut.
Kekurangan
dari buku strategi belajar mengajar karangan W. Gulo:
1. Dalam buku ini hanya menjelaskan beberapa metode saja dan tidak
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan teoritis seperti komponen-komponen
dalam pendidikan secara khusus.
2. penjelasan yang diuraikan kurang adanya penjabaran yang lebih luas
sehingga sulit dipahami bagi para pembaca yang baru mengenali dunia pendidikan.
3. buku ini hanya membahas beberapa metode yang dirasa sangat
dibutuhkan dan dapat bermanfaat sampai kapanpun walau sudah berubah zamannya.
Tindak
lanjut dari resensi buku ini yaitu: semoga setelah adanya para pembaca yang
intelektual, mereka mampu memberikan masukan terhadap buku ini sehingga para
intelek baru bisa bermunculan dalam pengembangan ilmu kebutuhan masyarakat sebagai
suatu kebutuhan dalam disiplin ilmu pengetahuan.
BAB IV : PENUTUP
Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah,
penyeru semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
senopsis buku yang berjudul “STRATEGI
BELAJAR MENGAJAR”.
Dalam penyusunan sinopsis
buku ini tidak lepas atas bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak,
untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.
Bapak Ghufron Dimyati, M.S.I. selaku dosen
pembimbing mata kuliah strategi belajar mengajar yang dengan kesabarannya
membimbing penulis dalam menyelesaikan sinopsis buku ini.
2.
Bapak dan Ibunda terkasih, yang selama ini dengan
penuh cinta dan kasih sayang-Nya mendidik, membesarkan serta membantu dengan memberikan motivasi penulis sehingga
penulis dapat terus berkarya.
3.
Teman-teman
jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan, yang dengan penuh
pengertian memberikan informasi dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian
makalah ini serta
kepada semua pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “STRATEGI BELAJAR MENGAJAR”, penulis menyadari bahwa
penulisan ini tidaklah luput dari kekurangan dan keterbatasan. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna penyempurnaan sinopsis buku selanjutnya. Penulis
berharap semoga sinopsis buku ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Kemudian penulis merekomendasikan kepada pembaca
untuk mengkaji dan mempelajari buku ini karena bila mampu memahaminya maka akan
mampu mengembangkan keprofesionalan kita sebagai seorang pendidik dalam
kegiatan belajar-mengajar di lembaga pendidikan.
TENTANG PENULIS
Imam Syafi’i, Lahir di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, pada tanggal 08
Februari 1989. Riwayat pendidikan, pendidikan TK Islam plus Ponpes Manba’ul Huda,
di Desa Pajomblangan, Kab. Kedungwuni selama kurang lebih 2 tahun dari usia 3
tahun lebih 8 bulan sampai usia 6 tahun. Kemudian pendidikan SD Islam 06
Pekalongan dan di sore hari belajar di Madrasah Roudlotul Muta’alimin di
Krapyak Lor 05, Pekalongan, dari tahun 1995 sampai pada tahun 2000, selama di
SD dengan ucapan puji syukur tidak pernah mendapatkan rangking lebih dari 4,
kemudian dilanjutkan ke Ponpes Modern Ma’had Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat
kurang lebih selama 1 tahun lebih 6 bulan yang disertai dengan sekolah umum.
Dan dilanjutkan ke SLTP Islam Pekalongan yang mana
tinggal meneruskan/ pindahan dari Ponpes Modern sehingga dapat langsung masuk
ke tingkat selanjutnya yaitu kelas 2 SLTP, semester 2 dan aktif di organisasi
pramuka dan di waktu sore belajar di. Setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 02
Pekalongan yang lulus pada tahun 2006 dan aktif di organisasi siswa yaitu
pramuka selama 3 tahun. Selain itu di waktu sore hari belajar di madrasah
Dhiya’ul Fatikhin, Krapyak Lor 02, Pekalongan. Pada tahun pertengan 2006
melanjutkan pengabdian di Ponpes al-qur’an anak-anak, Manba’ul Huda yang di
sertai dengan belajar secara laju/ santri kalong di Ponpes Miftakhul Huda
selama 4 tahun lebih 5 bulan. Setelah itu pindah ke Ponpes di Desa Kadilangu, Demak,
selama 1 bulan.
Kemudian pulang ke kampung halaman pada tahun 2010
pada bulan pertengahan dan melanjutkan belajar kursus menjadi Teknisi HP di BLK
(Balai Latihan Kerja) selama 4 bulan yang dengan ucapan syukur lulus dengan
peringkat pertama. Dan tidak lama kemudian di ajak untuk masuk ke ranah dunia
pendidikan TPQ yaitu sebagai pendidik dengan memegang mata pelajaran ghorib dan
tajwid dan masih berjalan hingga sekarang yang mana mulai menambah tanggung
jawab dengan memegang mata pelajaran madrasah diniyah sore dan itu sudah
terlaksana kurang lebih selama 2 tahun 9 bulan.
Kemudian di awal tahun 2011 di beri kesempatan untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih dalam melakukan pendalaman di bidang
pendidikan yaitu dengan masuk ke STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri)
Pekalongan dan sejak mulai semester 2 sudah mulai berkecimpung dalam kegiatan
organisasi intra kampus yaitu dengan masuk ke HMPS PAI dan menjabat sebagai
kordinator dalam bidang devisi Sumber Daya Insani (SDI) yang mana begerak dalam
bidang sumber daya keagamaan baik dalam mahasiswa maupun masyarakat.
Pada
tahun 2012, merangkap sebagai pengurus organisasi unit kegiatan mahasiswa SPEAC
yang mana bergerak di bidang peningkatan bahasa asing baik bahasa Arab maupun
Inggris. Dan menempati jabatan sebagai ketua dalam devisi Arabic. Selaian itu
juga masuk pada UKM LPTQ yang mana menjabat sebagai anggota devisi tartil. UKM
ini bergerak dalam bidang pengembangan nilai-nilai al-qur’an seperti tilawah,
tartil, dll yang berkaitan dengan al-qur;an. Dan masih dijalaninya hingga
sekarang ini.
Boleh tahu tentang biografi penulis W.Gulo ?
BalasHapus