PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Alloh
S.W.T. yang paling sempurna di Dunia ini. Manusia diciptakan dengan sebaik-baik
penciptaan. Manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk menyembah Alloh S.W.T.
Selain itu manusia hidup di Dunia agar dapat menjadi sebagai kholifah di Bumi
yang fana’ ini. Dengan adanya manusia di Bumi dimaksudkan agar manusia mampu
menata kehidupan yang telah disediakan oleh Alloh di Bumi yang fana’ ini.
Sungguhpun demikian, Sang Kholiq tidak membiarkanya begitu saja tanpa memberinya
suatu apapun. Sang Kholiq mengaruniakan akal kepada para hambanya yang ada di
Bumi agar akal itu digunakan untuk berfikir dan menemukan rahasia-rahasia apa
yang telah diperlihatkan Alloh melalui tanda-tanda ke-Esaan-Nya.
Manusia yang dilahirkan di Bumi ini
senantiasa dalam keadaan fitrah, yaitu bersih dan suci dari segala perbuatan
maksiat yang dilakukan oleh manusia yang telah lahir lebih awal. Kondisi
manusia inipun masih dalam keadaan steril dari berbagai virus dosa yang ada di
Muka Bumi yang fana’. Sungguhpun demikian taqdir dari manusia itu sudah
ditentukan terlebih dahulu oleh Sang Kholiq sebagai wujud tanda kekuasaan-Nya
dan sebagai aktivitas yang pasti akan dijalankan dan pasti akan terlaksanakan
sesuai waktunya tanpa ada keraguan di Dalamnya.
Maka dari situlah pemakalah akan
memberikan sedikit uraian makalah tentang “Fitrah Manusia” yang Insya Alloh
akan sedikit memberi manfaat apabila kita kaji secara mendalam. Dalam makalah
ini terdapat dalil-dalil yang menunjukkah sifat ke-fitrahan manusia dalam
perspektif islam yang mana dalam hal ini sesuai dengan kitab suci Al-Qur’an.
PEMBAHASAN
FITRAH
MANUSIA
A. Surat Al-A’raf ayat 189-190 dan Surat Ali Imran ayat
114-115
1. QS.Al-A’raf
ayat 189-190
uqèd Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur @yèy_ur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry z`ä3ó¡uÏ9 $pkös9Î) ( $£Jn=sù $yg8¤±tós? ôMn=yJym ¸xôJym $ZÿÏÿyz ôN§yJsù ¾ÏmÎ/ ( !$£Jn=sù Mn=s)øOr& #uqt㨠©!$# $yJßg/u ÷ûÈõs9 $oYtGøs?#uä $[sÎ=»|¹ ¨ûsðqä3uZ©9 z`ÏB úïÌÅ3»¤±9$# ÇÊÑÒÈ !$£Jn=sù $yJßg9s?#uä $[sÎ=»|¹ xyèy_ ¼çms9 uä!%x.uà° !$yJÏù $yJßg9s?#uä 4 n?»yètGsù ª!$# $£Jtã tbqä.Îô³ç ÇÊÒÉÈ
Artinya:
(189) “Dialah yang menciptakan kamu dari
diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa
senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan
yang ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala
Dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya
seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh,
tentulah Kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (190) “tatkala Allah
memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, Maka keduanya menjadikan
sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya
itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan”.
2. QS.Ali
Imran ayat 114-115
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
(114) وَمَا يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ
بِالْمُتَّقِينَ (115)
Artinya:
(114) “mereka beriman kepada Allah dan
hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
Munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu
Termasuk orang-orang yang saleh”. (115) “dan apa saja kebajikan yang mereka
kerjakan, Maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala) nya; dan
Allah Maha mengetahui orang-orang yang bertakwa”.
B. Mufradat
1. Mufradat
surat Al-A’raf ayat 189-190[1]
Maka setelah
|
!$£Jn=sù
|
Menciptakan kamu
|
Nä3s)n=s{
|
Anak yang saleh
|
$[sÎ=»|¹
|
Dan dia jadikan/ ciptakan
|
@yèy_ur
|
Sekutu-sekutu
|
uä!%x.uà°
|
Agar ia merasa senang
|
z`ä3ó¡uÏ9
|
Terhadap apa yang (anak)
|
$yJÏù
|
mencampurinya
|
$yg8¤±tós?
|
Dia berikan kepada keduanya
|
$yJßg9s?#uä
|
Ia mengandung
|
Mn=yJym
|
Maka maha tinggi
|
n?»yètGsù
|
Yang ringan
|
$ZÿÏÿyz
|
Dari apa yang
|
$£Jtã
|
Ia merasa berat
|
Mn=s)øOr&
|
Mereka sekutukan
|
bqä.Îô³ç
|
Engkau memberi kami
|
$oYtGøs?#uä
|
2. Mufradat
surat Ali Imran ayat 114-115[2]
Dan apa saja mereka kerjakan
|
(#qè=yèøÿt$tBur
|
Mereka beriman
|
cqãYÏB÷sã
|
Mereka dihapuskan/ dihilangkan
|
çnrãxÿò6ã 3
|
Dan mereka menyuruh
|
crããBù'tur
|
Dengan/terhadap orang-orang yang bertaqwa
|
úüÉ)FßJø9$$Î/
|
Dan mereka bersegera
|
cqããÌ»|¡çur
|
C. Asbabun Nuzul surat Al-A’raf ayat 189-190 dan surat
Ali Imran ayat 114-115
1. Asbabun
Nuzul surat Al-A’raf ayat 189-190
Untuk
asbabun nuzul surat Al-A’raf ayat 189-190, kami tidak menemukannya di kitab
lubabun nuqul fii asbabin nuzul karangan Jalaludin As-Suyuti.
2. Asbabun
Nuzul surat Ali Imran ayat 114-115
Dikemukakan oleh Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabarani
dan Ibu Mundah di dalam ‘Ash-Shahabah’ yang bersumber dari Ibni Abbas, Ibnu
Abbas berkata “Ketika Abdullah bin Salim, Tsa’labah bin Sa’yah, Usaid bin
Sa’yah dan As’ad bin Abd serta dari golongan yahudi masuk islam, lalu mereka
beriman, membenarkan dan mencintai islam, berkatalah pendeta-pendeta yahudi dan
orang-orang kafir di antara mereka: “ Tidaklah beriman kepada Muhammad dan
pengikut-pengikutnya kecuali orang-orang jahat di antara kami, sebab andai kata
mereka yang paling baik di antara kami, mereka tak akan meninggalkan agama
nenek moyangnya, dan pergi ke agama lain. ‘ Maka Allah menurunkan ayat “ LAISUU
SAWAA-AN MIN AHLIL KITAABI” sampai akhir ayat, sehubungan dengan kejadian
tersebut.
Di
kemukakan oleh Ahmad dan lainnya yang bersumber dari Ibni Mas’ud. Ibnu Mas’ud
berkata: “ Pernah Rasulullah Saw. Mengahirkan shalat isya, kemudian beliau
keluar menuju masjid, di dapatinya di situ orang-orang sedang menunggu shalat.
Lalu bersabdalah beliau Saw. “ Ketahuilah! Sungguh tiada orangpun dari penganut
agama lain yang ingat kepada Allah di saat seperti ini (malam) selain kalian”.
Mka turunlah ayat ini. “ LAISUU SAWAA-AN MIN AHLIL KITAABI UMMATUN QAAIMATUN”.
Sampai “ WALLAAHU’ALIIMUN BIL MUTTAQINA”.[3]
- Munasabah
surat Al-A’raf ayat 189-190 dan surat Ali Imran ayat 114-115 dengan ayat
sebelumnya
1. Munasabah surat Al-A’raf ayat 189-190 dengan ayat
sebelumnya
Allah
mengingatkan manusia tentang asal-usul kejadiannya (ayat 189-193)
Pada
ayat-ayat yang telah lalu Allah swt menerangkan tingkah laku dan sikap mental
orang musyrik mekah yang menyimpang dari fitrahnya. Mereka ingkar kepada
keesaan Allah swt, kepada kenabian dan kepada hari kiamat. Maka pada ayat-ayat
ini Allah swt mengungkapkan sejarah penyimpangan manusia dari fitrahnya, yang
sebenarnya telah ada jauh sebelum zaman Quraisy di Mekah.[4]
2. Munasabah
surat Ali Imran ayat 114-115 dengan ayat sebelumnya
Pada
ayat-ayat yang lalu sudah di jelaskan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan buruk
ahli kitab (yahudi) dan pembalasan yang akan di timpakan kepada mereka, maka
pada ayat-ayat ini di jelaskan bahwa tidak semua sifat dan perbuatan ahli kitab
ini buruk, tetapi ada juga di antara mereka yang mempunyai sifat-sifat dan
perbuatan yang baik.[5]
E. Tafsir surat Al-A’raf ayat 189-190 dan surat Ali
Imran ayat 114-115
1. Tafsir
surat Al-A’raf ayat 189-190
"هُوَ"
أَيْ اللَّه "الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْس وَاحِدَة" أَيْ آدَم
"وَجَعَلَ" خَلَقَ "مِنْهَا زَوْجهَا" حَوَّاء
"لِيَسْكُن إلَيْهَا" وَيَأْلَفهَا "فَلَمَّا تَغَشَّاهَا"
جَامَعَهَا "حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا" هُوَ النُّطْفَة
"فَمَرَّتْ بِهِ" ذَهَبَتْ وَجَاءَتْ لِخَفَّتِهِ "فَلَمَّا
أَثْقَلَتْ" بِكِبَرِ الْوَلَد فِي بَطْنهَا وَأَشْفَقَا أَنْ يَكُون
بَهِيمَة "دَعَوْا اللَّه رَبّهمَا لَئِنْ آتَيْتنَا" وَلَدًا
"صَالِحًا" سَوِيًّا "لَنَكُونَنَّ مِنْ الشَّاكِرِينَ" لَك
عَلَيْه
"فَلَمَّا آتَاهُمَا" وَلَدًا
"صَالِحًا جَعَلَا لَهُ شُرَكَاء" وَفِي قِرَاءَة بِكَسْرِ الشِّين
وَالتَّنْوِين أَيْ شَرِيكًا "فِيمَا آتَاهُمَا" بِتَسْمِيَتِهِ عَبْد
الْحَارِث وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَكُون عَبْدًا إلَّا لِلَّهِ وَلَيْسَ
بِإِشْرَاكٍ فِي الْعُبُودِيَّة لِعِصْمَةِ آدَم وَرَوَى سَمُرَة عَنْ النَّبِيّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (لَمَّا وَلَدَتْ حَوَّاء طَافَ بِهَا
إبْلِيس وَكَانَ لَا يَعِيش لَهَا وَلَد فَقَالَ : سَمِّيهِ عَبْد الْحَارِث
فَإِنَّهُ يَعِيش فَسَمَّتْهُ فَعَاشَ فَكَانَ ذَلِكَ مِنْ وَحْي الشَّيْطَان
وَأَمْره) رَوَاهُ الْحَاكِم وَقَالَ صَحِيح وَالتِّرْمِذِيّ وَقَالَ حَسَن غَرِيب
"فَتَعَالَى اللَّه عَمَّا يُشْرِكُونَ" أَيْ أَهْل مَكَّة بِهِ مِنْ
الْأَصْنَام وَالْجُمْلَة مُسَبِّبَة عَطْف عَلَى خَلَقَكُمْ وَمَا بَيْنهمَا
اعْتِرَاض
Terjemah Tafsir Jalalain :
189. (Dialah) Allahlah (yang menciptakan kamu dari
diri yang satu) yaitu Adam (dan Dia menjadikan) Dia menciptakan (daripadanya
istrinya) yakni Hawa (agar dia merasa tenang) Adam menjimaknya (istrinya itu
mengandung kandungan yang ringan) berupa air mani (dan teruslah dia merasa
ringan) masih bisa berjalan ke sana dan kemari mengingat ringannya kandungan
(kemudian tatkala dia merasa berat) anak yang ada dalam perutnya makin
membesar, kemudian ia merasa khawatir bahwa kandungannya itu nanti berupa hewan
(keduanya bermohon kepada Allah Tuhannya seraya berkata, "Sesungguhnya
jika Engkau memberi kami) anak (yang saleh) yang sempurna (tentulah kami
termasuk orang-orang yang bersyukur.") kepada-Mu atas karunia itu.
190. (Tatkala Allah memberi kepada keduanya) seorang
anak (yang saleh, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah) dalam suatu
qiraat dibaca dengan dikasrahkan syinnya dan tanwin pada huruf akhirnya; yakni
sekutu (tentang anak yang dianugerahkan-Nya kepada mereka berdua) dengan
menamakannya Abdul Harits, sedangkan tidak boleh seorang hamba menjadi hamba
selain kepada Allah. Yang dimaksud dalam penyekutuan di sini bukanlah dalam
masalah ubudiah/ibadah, karena Nabi Adam telah dimaksum dari hal semacam itu.
Samurah telah meriwayatkan dari Nabi saw. yang pernah bersabda bahwa ketika
Hawa melahirkan seorang anak, iblis bertawaf mengelilingi Siti Hawa; sebelumnya
anak Siti Hawa belum pernah ada yang hidup, kemudian iblis berkata kepadanya,
"Namakanlah dia anakmu yang baru lahir itu Abdul Harits, maka ia kelak akan
hidup." Anak itu ternyata dapat hidup, hal itu terjadi karena ada saran
dari setan dan perintah darinya, demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Al-Hakim. Al-Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih; Tirmizi mengatakan bahwa
predikat hadis ini hasan gharib (Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka
persekutukan) yakni penduduk Mekah dengan menjadikan berhala-berhala sebagai
sesembahan mereka. Jumlah ayat ini merupakan musabbab atau penyebab, dan
diathafkan kepada lafal khalaqakum, dan di antara sabab dengan musababnya
terhadap jumlah mu`taridhah.[6]
2.
Tafsir surat Ali Imran ayat
114-115
"يُؤْمِنُونَ بِاَللَّهِ وَالْيَوْم
الْآخِر وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنْكَر
وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَات وَأُولَئِكَ" الْمَوْصُوفُونَ بِمَا ذَكَرَ
اللَّه "مِنْ الصَّالِحِينَ" وَمِنْهُمْ مَنْ لَيْسُوا كَذَلِكَ وَلَيْسُوا
مِنْ الصَّالِحِينَ "وَمَا تَفْعَلُوا" بِالتَّاءِ أَيَّتهَا الْأُمَّة
وَالْيَاء أَيْ الْأُمَّة الْقَائِمَة "مِنْ خَيْر فَلَنْ يُكْفَرُوهُ"
بِالْوَجْهَيْنِ أَيْ تَعْدَمُوا ثَوَابه بَلْ تُجَازَوْنَ عَلَيْه
Terjemah Tafsir Jalalain :
114. (Mereka beriman kepada Allah dan hari yang
akhir, menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar dan
berlomba-lomba mengerjakan kebaikan. Mereka itulah) yakni yang dilukiskan tadi
(termasuk orang-orang yang saleh). Di antara mereka ada pula yang tidak seperti
demikian dan tidak termasuk orang-orang yang saleh.
115.
(Apa-apa yang mereka kerjakan) yang dikerjakan oleh umat yang lurus tadi, denganya
atau yang kamu kerjakan, wahai umat denganya (berupa kebaikan, maka tidaklah
akan tertutup) menurut dua versi tadi artinya tidaklah akan terhalang untuk
mendapatkan pahalanya tetapi akan tetap diberi balasannya. (Dan Allah Maha
Mengetahui akan orang-orang yang bertakwa).[7]
- Aspek
Tarbawi
1. Dari
keterangan di atas dalam surat Al-A’rof, ayat 189-190 dapat kita ambil beberapa
nilai tarbawi kandungan ayat tersebut, antara lain yaitu :
a. Bahwa
manusia diciptakan dari diri yang satu, yaitu dari jenis yang satu berupa Adam.
b. Penciptaan
Hawa tidak sama dengan penciptaan Adam.
c. Dalam
penciptaan generasi manusia berikutnya berasal dari hubungan suami istri antara
Adam dan Hawa.
d. Ayat
diatas menjelaskan proses kandungan secara umum.
e. Hendaknya
kita senantiasa bersyukur dan berdo’a kepada Alloh dalam kondisi bagaimanapun.
f. Seyogyanya
saat sang istri sedang hamil, suami istri memohon kepada Alloh agar
dikaruniakan anak yang sholeh atau sholikhah.
g. Mereka
berdua menjadikan anaknya sebagai sekutu kepada Alloh setelah medapat bujukan
dari iblis, yang sebenarny mereka telah dikaruniai anak yang sholeh seperti
dalam do’anya.
2. Sedangkan
nilai tarbawi dalam surat Ali Imron, ayat 114-115, yaitu :
a. Menjelaskan
ciri-ciri orang sholeh antara lain : mereka beriman kepada Alloh dan hari
akhir, menyuruh berbuat yang ma’ruf (baik), melarang berbuat munkar (jahat),
dan berlomba-lomba dalam hal kebaikan.
b. Menjelaskan
ciri-ciri orang yang tidak sholeh yang mana mempunyai sifat kebalikannya dari
orang sholeh.
c. Amal
perbuatan orang-orang sholeh tidak akan pernah terhalang atau terputus dari
pahalanya yang akan mereke terima di hari akhir (hari pembalasan).
d. Alloh
mempuyai sifat Maha mengetahu terhadap hambanya.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam surat Al-a’rof ayat 189-190
mengandung nilai tarbawi yang cukup banyak yaitu, Manusia diciptakan dari diri
yang satu, yaitu dari jenis yang satu berupa Adam. Penciptaan Hawa tidak sama
dengan penciptaan Adam. Dalam penciptaan generasi manusia berikutnya berasal
dari hubungan suami istri antara Adam dan Hawa. Ayat diatas menjelaskan proses
kandungan secara umum. Kita dianjurkan bersyukur dan berdo’a kepada Alloh dalam
kondisi apapun. Pada saat sang istri sedang hamil, suami istri seyogyanya
memohon kepada Alloh agar dikaruniakan anak yang sholeh atau sholikhah. Mereka
berdua menjadikan anaknya sebagai sekutu kepada Alloh setelah medapat bujukan
dari iblis, yang sebenarny mereka telah dikaruniai anak yang sholeh seperti
dalam do’anya.
Sedangkan dalam surat Ali Imron ayat
114-115 yaitu menjelaskan ciri-ciri orang sholeh antara lain : mereka beriman
kepada Alloh dan hari akhir, menyuruh berbuat yang ma’ruf (baik), melarang
berbuat munkar (jahat), dan berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Dan amal
perbuatan orang-orang sholeh tidak akan pernah terhalang atau terputus dari
pahalanya yang akan mereke terima di hari akhir (hari pembalasan). Serta Alloh
mempuyai sifat Maha mengetahui terhadap hambanya.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya
kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekurang baik dalam penulisan,
penyusunan maupun pembahasannya, untuk itu kami selaku penulis mohon kritik dan
sarannya agar pembahsan dalam makalah ini bisa lebih sempurna dan sesuai dengan
apa yang diharpkan.
Demikian yang dapat kami uraikan dalam
makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya. Penulis mohon maaf beribu maaf bila ada kesalahan dalam penulisan
maupun pembahasan yang diuraikan. Sekian dan Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, 1993. (Terjemah Al-Qur’an
secara lafzhiyah). (Penuntun bagi yang belajar). Jakarta: Al-Hikmah.
As-Suyuti, Jalaludin. 1986. (Lubabun
Nuzul fii Asbabin Nuzul). (Riwayat turunnya ayat-ayat Al-Qur’an). Surabaya:
Daarul Ihya’.
Depag RI, 2009. Al-Qur’an Bayan.
Jakarta: Bayan qur’an.
Hidayat, Dani. (Terjemah Tafsir Jalalain
Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy), http://myface-online.blogspot.com,
Ebook-20100119, rabbany1981@gmail.com.
[1] Depag RI, Terjemah Al-Qur’an
secara lafzhiyah (Penuntun bagi yang belajar), (Jakarta: Al-Hikmah, 1993),
h.390-392
[2] Depag RI, op.cit, h. 22-23
[3] Jalaludin as-Suyuti, Lubabun
Nuzul fii Asbabin Nuzul (Riwayat turunnya ayat-ayat Al-Qur’an), (Surabaya:
Daarul Ihya’, 1986), h. 117
[4] Depag RI, Al-Qur’an Bayan,
(Jakarta: Bayan qur’an, 2009), h. 175
[5] Depag RI, op.cit, h. 64
[6]Dani Hidayat, (Terjemah Tafsir Jalalain
Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy), http://myface-online.blogspot.com,
Ebook-20100119, rabbany1981@gmail.com.
[7] Hidayat, Dani, (Terjemah Tafsir
Jalalain Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy),
http://myface-online.blogspot.com,
Ebook-20100119, rabbany1981@gmail.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar