ARGUMEN DAN LANDASAN PSIKOLOGIS
DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Makalah Ini
Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah : Pengembangan
Kurikulum
Dosen Pengampu :
M. Khasani, M. Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Subur Mukti Wibowo (2021111063)
2. Imam Syafi’i (2021111071)
3. Nur Hayati Isnia (2021111079)
Kelas F
PRODI PAI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Dalam proses pengembangan sebuah kurikulum banyak hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya landasan dalam pengembangannya. Landasan pengembangan
kurikulum diantaranya, landasan fisiologis, landasan psikologis, landasan
sosial dan budaya, maupun landasan filosofis pengembangan kurikulum. Dari
sekian landasan tadi, kami mencoba mengembangkan dan memaparkan landasan
psikologis dalam pengembangan suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai suatu program dan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, mempunyai hubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik.
Dalam hal ini kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berfungsi
sebagai alat untuk mengubah perilaku peserta didik (peserta didik) ke arah yang
diharapkan oleh pendidikan. Oleh sebab itu, proses pengembangan kurikulum perlu
memperhatikan asumsi–asumsi yang bersumber dalam bidang kajian psikologi.
Landasan psikologis pengembangan kurikulum menuntut kurikulum untuk
memperhatikan dan mempertimbangkan aspek peserta didik dalam pelaksanaan
kurikulum sehingga nantinya pada saat pelaksanaan kurikulum apa yang menjadi
tujuan kurikulum akan tercapai secara optimal. Sehingga unsur psikologis dalam
pengembangan kurikulum mutlak perlu diperhatikan.
PEMBAHASAN
A.
Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sudah pasti berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta
didik. Adanya kurikulum diharapkan dapat membentuk tingkah laku baru berupa
kemampuan atau kompetensi aktual dan potensial dari setiap peserta didik, serta
kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama. Psikologi
merupakan salah satu landasan dalam pengembangan kurikulum yang harus
dipertimbangkan oleh para pengembang. Hal ini dikarenakan posisi kurikulum
dalam proses pendidikan memegang peranan yang sentral. Dalam proses pendidikan
terjadi interaksi antar manusia, yaitu antara anak didik dengan pendidik, dan
juga antara anak didik dengan manusia-manusia lainnya.
Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi
psikologisnya. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata ”kondisi
psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu,
yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan
lingkungan”. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri
kehidupannya, baik yang nampak maupun yang tidak nampak : baik perilaku
kognitif, afektif maupun psikomotor. Interaksi yang tercipta didalam situasi
pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis dari anak didik dan pendidik.
Interaksi pendidikan di rumah berbeda dengan di sekolah. Interaksi antara anak
dengan guru pada tingkat sekolah dasar berbeda dengan pada tingkat sekolah
menengah pertama dan atas[1].
B. Bidang-bidang yang terdapat landasan psikologis dalam
pengmbangan kurikulum
Anak didik merupakan individu yang sedang berada dalam
proses perkembangan. Tugas utama guru adalah membantu mengoptimalkan
perkembangan peserta didik tersebut.
Apa yang dididikan dan bagaimana cara mendidiknya
perlu disesuaikan dengan tingkat dan pola-pola perkembangan anak. Karakteristik
perilaku pada berbagai tingkat serta pola-pola perkembangan anak menjadi bagian
dari psikologi perkembangan. Sementara itu, model-model atau pendekatan
pembelajaran mana yang dapat memberikan yang optimal, dan bagaimana proses
pelaksanaannya memerlukan studi yang sistematik dan mendalam. Study yang
demikian merupakan bidang pengkajian dari psikologi belajar. Dengan demikian,
paling tidak ada dua bidang psikologi yang harus mendapat perhatian para
pengembang kurikulum, yakni :
1.
Psikologi Perkembangan
dalam Pengembangan Kurikulum
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi,
yaitu masa pertemuan sel telur dengan spermatosoid sampai dengan masa dewasa.
Individu manusia adalah sesuatu yang sangat kompleks tetapi unik, yakni
memiliki banyak aspek seperti aspek jasmani, intelektual, sosial, emosional,
moral dan sebagainya, tetapi keseluruhannya membentuk satu kesatuan.
Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap
pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri,
memiliki perbedaan di samping persamaannya
2.
Psikologi Belajar dalam
Pengembangan Kurikulum
Perkembangan kurikulum tidak terlepas dari teori belajar, karena pada
dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang
membahas tentang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Namun demikian,
setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia.[2]
Dalam psikologi belajar ada beberapa aliran yang masing-masing
mempunyai konsep tersendiri tentang belajar tersebut. Beberapa teori tersebut
adalah:
a.
Psikologi
daya
Bahwa
dalam diri induvidu terdapat berbagai daya yang dapat berfungsi dengan baik
seperti : mengingat, berfikir. Adapun timbal balik yang harus diberikan oleh
kurikulum adalah dari sekian materi yang diberikan setidaknya dapat melatih
berbagai daya diatas.
b.
Teori
Mental State
Belajar
berarti menanamkan bahan pelajaran sebanyak-banyaknya memiliki etika dan
nilai-nilai yang baik, pada teori mental state mata pelajaran yang disusun dari
sejumlah mata pelajaran yang mengandung pengetahuan yang luas, dan mata
pelajaran nya terpisah-pisah, kemudian nantinnya berorientasi pada mental siswa
sehingga menghasilkan mental yang Intelektual.
c.
Psikologi
Behaviorisme
Aliran
psikologi ini berangkat dari manusia tidak dapat diamati namun kelakuannyalah
yang dapat diamati.
d.
Teori
Koneksionisme
Teori
ini dikembangkan leh Thorn dike melalui S-R Bond Theory, dengan hukum-hukum
belajar sebagai berikut :
1.
Hukum
latihan
2.
Hukum
pengaruh
3.
Hukum
kesiapan
e.
Psikologi
Gestalt[3]
C.
Implikasi Pengembangan Kurikulum
Dari 2 bidang psikologi
yang telah dikemukakan terdapat Implikasi terhadap pengembangan kurikulum,
1. Implikasi Psikologi Perkembangan terhadap pengembangan kurikulum menurut Rudi
Susilana yaitu:
a. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat
dan kebutuhannya.
b. Kurikulum di samping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga
menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang
akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
selanjutnya
c. Kurikulum memuat tujuan–tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai atau
sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir
dan bathin.
2. Implikasi lain dari pengetahuan terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada
perubahan tingkah laku peserta didik.
b. Bahan atau materi yag diberikan harus sesuai dengan kebutuhan.
c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
d. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat.
e. Evaluasi pembelajaran.[4]
PENUTUP
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan dari perubahan
tingkah laku. Adanya kurikulum diharapkan dapat membentuk tingkah laku baru
berupa kemampuan atau kompetensi dari setiap peserta didik, karena Psikologi
merupakan salah satu landasan dalam pengembangan kurikulum yang harus dipertimbangkan
oleh para pengembang.
Bidang-bidang yang terdapat landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum terbagi menjadi 2
: psikologi perkembangan dan psikolohi belajar dalam pengembangan kurikulum.
Didalam pengembangan kurikulum, implikasi yang diberikan oleh kedua bidang
yang terdapat pada landasan psikologis itu diantarannya :
1. Implikasi Psikologi Perkembangan terhadap pengembangan kurikulum menurut
Rudi Susilana yaitu:
a. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat
dan kebutuhannya.
b. Kurikulum di samping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga
menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik.
c. Kurikulum memuat tujuan–tujuan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang
utuh lahir dan bathin.
2. Implikasi lain dari pengetahuan terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan
b. Bahan atau materi yag diberikan harus sesuai dengan kebutuhan.
c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
d. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat.
e. Evaluasi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata, Nana
Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Sanjaya,
Wina.2010. Kurikulum dan Pembelajaran: teori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum KTSP. Jakarta: Kencana
Hamalik, Oemar.
2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Http://bayusatrya007.blogspot.com/2013/06/landasan-psikologi-pengembangan.html
[1] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1997), hlm, 45.
[2] Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran: teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum KTSP, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm, 54.
[3]
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm107-108.
[4]
http://bayusatrya007.blogspot.com/2013/06/landasan-psikologi-pengembangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar