(PPM)
REHABILITASI SUNGAI KOTA PEKALONGAN UNTUK KEHIDUPAN
Nama Kelompok Sungai Krapyak Lor:
1.
NUR LAILI HANDAYANI 2021
111 005
2.
BARIROH 2021 111 029
3.
IMAM SYAFI’I 2021
111 071
4.
SITI ROHMAH 2021 111 090
Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pekalongan
(STAIN) PEKALONGAN
2013-2014
DAFTAR ISI
JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PROFILE
DESA/ KELURAHAN 3
A. Sejarah Krapyak 3
B. Sejarah
tradisi syawalan dan lopis raksasa di krapyak 4
C. Pemaknaan
adanya tradisi lupisan 5
D. Kesamaan
informasi 6
BAB II KONDISI SUNGAI , SAMPAH DAN LIMBAH 7
A. SUNGAI 7
B. SAMPAH 7
C. LIMBAH 8
BAB III MASALAH
SOSIAL MASYARAKAT 9
LAMPIRAN 14
BAB I
PROFILE DESA/KELURAHAN
A.
SEJARAH KRAPYAK
Kota Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir pantai utara
Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan laut jawa di utara, Kabupaten
Pekalongan di sebelah selatan dan barat dan Kabupaten Batang di timur. Kota
Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Utara, Pekalongan Barat,
Pekalongan Selatan dan Pekalongan Timur. Kota Pekalongan terletak di jalur
pantai Utara Jawa yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Kota Pekalongan
berjarak 384 km di timur Jakarta dan 101 km sebelah barat Semarang. Kota
Pekalongan mendapat julukan kota batik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
bahwa sejak puluhan dan ratusan tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar
proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.
Krapyak sendiri terletak dipekalongan bagian utara.yang mayoritas
penduduknya beragama muslim dan banyak memproduksi batik. sedangkan penamaan
krapayak sendiri mengalami kesulitan untuk mengetahuinya, Karena tidak adanya
pembukuan atau dokumentasi dari para sesepuh sebelumnya. Sehingga mengenai asal
usul daerah krapyak sendiri belum dapat diketahui secara jelas dan juga ketika
para sesepuh warga sudah meninggal kejelasan penamaan desa kurang diketahui
oleh warga. Penuturan dari pak carek desa krapyak lor saat di wawancarai di
tempat kerja menyebutkan demikian bahwa sejarah desa belum begitu diketahui
karena tidak ada nya pembukuan, akan tetapi perlu diketahui bahwa nama desa
Krapyak masing-masing daerah di indonesia mepunyainya seperti halnya di solo,
semarang, jogja. Sehingga nama desa sudah ada penentuanya sendiri.
Namun hasil wawancara dari ibu Alifah umur 63 tahun mengenai asal
usul krapayak dapat diketahui bahwa pada
Zaman dahulu ada hujan yang datangnya dari arah selatan, atau dari daerah
pegunungan. Yang mana air hujan tersebut turun kepesisir hingga menyebabkan
banjir hingga beberapa meter, karena zaman dahulu belum ada yang namanya lantai
ataupun pondasi seperti dizaman modern ini, dan pada zaman dahulu masih
menggunakan tanah sebagai pengganti lantai, karena adanya banjir kiriman dari
daerah pegunungan sehingga tanah
tersebut penuh dengan air banjir kiriman
serta menyebabkan kebecekan disekitar rumah warga maupun didalam rumah warga
sendiri. Dan karena tanah tersebut penuh dengan air hingga ketika berjalan ada
suara kropyak kropyaknya maka dari situlah daerah tersebut dinamakan dengan
Desa KRAPYAK yang samapai sekarang masih
bertempat dipekalongan utara. Dari hasil cerita turun temurun mengenai
penamaan krapyak yang banyak diketahui warga sekitar seperti yang dipaparkan
diatas. Dan Krapyak sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu krapyak utara dan
krapyak selatan, namun rencana program dari pemerintahan akan dijadikan satu
menjadi nama krapyak tanpa adanya pemisahan lagi.
B.
SEJARAH TRADISI SYAWALAN DAN LOPIS RAKSASA DI KRAPYAK PEKALONGAN
Dalam tradisi desa krapyak lor terdapat Tradisi
Syawalan yang rutin dilakukan oleh masyarakat Kota Pekalongan. Tradisi ini
sudah dimulai sejak 130-an tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855 M. Pertama
kali yang menggelar hajatan Syawalan ini adalah KH. Abdullah Sirodj yang
merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso.
Awal pembuatan
lopis raksasa di Krapyak, sudah dimulai sejak 1955, yang berarti tradisi
tersebut sudah berumur lebih dari 60 tahun. Muhammad Zein, salah satu warga
yang dituakan dan mengalami langsung perkembangan tradisi pembuatan lopis
raksasa di Krapyak Kidul, menceritakan awal mula tradisi tersebut muncul. Datang
dengan busana sederhana berupa sarung, kemeja dan kopyah, Zein mengajak Radar
untuk berbicara santai di ruang tamu salah seorang warga. Pria 80 tahun
tersebut, mengisahkan bahwa tradisi Syawalan atau pembuatan lopis pada dasarnya
menunjukkan keramahan masyarakat Pekalongan yang selalu ingin menjamu setiap
tamu yang datang. "Awal pembuatan lopis dengan ukuran besar dilakukan pada
tahun 1955," ucapnya memulai cerita.
Upacara pemotongan
lopis ini baru dimulai sejak tahun 1956 oleh bapak Rohmat, kepala desa daerah
tersebut pada saat itu. Sambil
terus menghisap rokok kreteknya, Zein kembali menceritakan bahwa dulu pembuatan
lopis raksasa memang bertujuan untuk diberikan kepada tamu dan pengunjung.
"Masyarakat mengumpulkan jimpitan beras ketan dari masing- masing rumah di
sekitar RW 3 kemudian dijasikan satu dan dibuat lopis. Lopis besar pertama yang
dibuat hanya berukuran tinggi sekitar satu termos saja. (25 sentimenter),"
kisahnya. Ukuran itu, kemudian bertahan hingga tahun 1980. Barulah saat itu, pemuda
setempat berinisiatif untuk memperbesar ukuran lopis dan baru disebut lopis
raksasa. Zein mengatakan bahwa dirinya ingat saat lopis raksasa pertama dibuat
tahun 1980 mempunyai ukuran tinggi 80 sentimeter dengan ukuran lingkaran 115
sentimeter. Untuk membuatnya, dibutuhkan bahan baku beras ketan sebanyak 30
kilogram.
Lopisan berasal dari
kata lopis, yaitu sejenis makanan spesifik Krapyak yang bahan bakunya terdiri
dari ketan, yang memiliki daya rekat luar biasa bila sudah direbus sampai masak
benar. Pertama kali
dibuat, lopis raksasa hanya dipotong dan diresmikan oleh lurah setempat saja.
Saat itu juga belum banyak warga yang berkumpul atau mengambil lopis usai
dipotong. Setahun kemudian, peresmian dan pemotongan lopis raksasa dilakukan
oleh Camat. Baru pada tahun ketiga. Walikota yang saat itu menjabat
berkesempatan untuk ikut melakukan pemotongan pertama terhadap lopis raksasa.
"Saya lupa siapa Walikota saat itu. Yang jelas, baru pada tahun ketiga
sejak pembuatan lopis raksasa pertama Walikota berkesempatan untuk hadir dan
melakukan pemotongan langsung," bebernya lagi.
Tradisi lopis
terus bertahan dengan ukuran yang terus membesar. Namun, tradisi tersebut
sempat berhenti dilaksanakan selama dua tahun tepatnya antara athun 1997 dan
1998. Penyebabnya, adanya perbedaan waktu lebaran yang ditentukan baik oleh
ormas maupun pemerintah pusat. Berhenti dua tahun, tradisi pembuatan lopis
raksasa kemudian diambil alih oleh warga krapyak Lor gang I dan gang 3. Setelah
pembuatan lopis di Krapyak Kidul kembali aktif pada tahun 2000, tradisi serupa
di Krapyak Lor juga terus berjalan. Sehingga sampai saat ini, ada dua lopis
raksasa yang selalu dibuat pada momen syawalan. Pada tahun 2000, lopis raksasa
di Krapyak Kidul juga mendapatkan kehormatan untuk dicatatkan dalam Museum Rekor
Indonesia (MURI) sebagai lopis terbesar yang pernah dibuat.
C.
PEMAKNAAN ADANYA TRADISI LUPISAN
Bagi masyarakat
Krapyak, mungkin momen Lebaran sesungguhnya justru akan dirasakan saat Syawalan
atau sepekan setelah Lebaran, mengingat ramainya wilayah tersebut saat
peringatan syawalan. Hampir setiap rumah akan dipenuhi tamu, jalan akan
dipenuhi kendaraan dan yang tak ketinggalan sajian ada disetiap kediaman tuan
rumah. Syawalan sendiri, awalnya merupakan tradisi silaturahmi antara warga
Krapyak dan luar Krapyak. Karena dulu, masyarakat Krapyak sering berpuasa
setelah hari pertama Lebaran hingga enam hari kemudian. Hal itu membuat warga
atau pun sanak saudara tidak dapat berkunjung.
Pada hari
ketujuh, mereka berbondong-bondong datang ke Krapyak untuk bersilaturahmi.
Tradisi tersebut kemudian berkembang dengan sebutan syawalan. Bahkan kemudian,
pemuda setempat berinisiatif untuk membuat lopis raksasa dengan tujuan awal
untuk dibagikan kepada pengunjung. Namun saat ini lopis raksasa sudah menjadi
tradisi adat tersendiri. Setiap tahun, momen pembuatan hingga pemotongannya
selalu ditunggu baik oleh warga Pekalongan maupun dari luar Pekalongan.
Setelah selesai
melewati Idul Fitri hari pertama, kesibukan masyarakat Krapyak justru akan
meningkat. Mereka akan kembali berkumpul untuk bergotong-royong membuat jajanan
raksasa berbahan baku beras ketan tersebut.Lopis memang mengandung suatu falsafah tentang persatuan dan kesatuan yang
merupakan sila ketiga dari Pancasila kita. Betapa tidak, ia dibungkus dengan
daun pisang, diikat dengan tambang dan direbus selama empat hari tiga malam,
sehingga tidak mungkin lagi butir-butir ketan itu untuk bercerai berai kembali
sebagaimana semula.Mengapa tidak dibungkus dengan plastik atau bahan lain yang
lebih praktis, sesuai dengan kecangihan masa kini ? Pohon pisang tidak mau mati
sebelum berbuah dan beranak yang banyak atau dengan kata lain tak mau mati
sebelum berjasa dan meninggalkan generasi penerus sebagai penyambung estafet.
Demikian mendalamnya pemikiran sesepuh kita
D.
KESAMAAN INFORMASI
Ada satu
tradisi syawalan yang terkenal sampai ke luar daerahyakni pemotongan kue lopis
raksasa di Krapyak (disebut juga lopisan atau krapyakan).Yang sampai saat ini tradisi pembuatan lopis terus berlanjut dengan
ukuran yang terus bertambah setiap tahunnya. Ibu Muslikhah 58 tahun warga
krapyak lor Gg. 3A juga menuturkan bahwa tidak hanya bertambah dalam ukurannya,
tetapi masyarakat juga pada setiap gang nya sudah mulai membuat
lupisan sendiri-sendiri sehingga bukan satu tempat saja yang terdapat lupis beberapa
titik terdapat lupis-lupis besar disamping lupis-lupis lainya.ibu menuturkan
pula adanya lupis di krapyak yang sebagai bentuk gotong royongnya masyarakat
membuat lupis bersama-sama dalam rangka penyambutan sanak saudara yang jauh.
Walaupun nilai-nilai tradisi sedikit bergeser seperti yang di katakan beberapa
pemuda-pemudi warga krapyak salah satunya handayani bahwa puasa yang di lakukan
pada tanggal 2 sampai 6 setelah lebaran tidak sepenuhnya dilakukan oleh seluruh
warga hanya beberapa orang yang masih memegang tradisi dan keinginan yang masih
melakuaknnya.
BAB II
KONDISI SUNGAI , SAMPAH DAN LIMBAH
A.
SUNGAI
Sungai krapyak lor merupakan sungai yang berada di Kecamatan Pekalongan
Utara adalah wilayah pesisir pantai utara (laut Jawa), sehingga sebagian wilayahnya yang berdekatan dengan pantai seringkali
mengalami Rob (air laut pasang). Wilayah yang sering mengalami bencana rob
antara lain; Kelurahan Panjang Wetan, Panjang Baru, Kandang Panjang, Krapyak
Lor. Keadaan rob yang demikianyang nantinya air sungai akan naik sehingga
terjadi banjir setiap tahunya apalagi pada musim hujan.
Hal ini juga karena kondisi tanahnya
lebih rendah dibanding dengan daratan disekitarnya’Penamaan masyarakat sungai
krapyak tidak jauh berbeda dengan adanya desa krapyak yang adaa di setiap
daerahnya, sehingga dari penaman sungai krapyak karena keberadaanya di daerah
krapyak itu. Belum adanya penaamaan krapyak
secara jelasnya.
Berdasarkan penelusuran sungai yang telah kami lakukan bahwa kedalaman
sungai krapyak lor, pekalongan utara yaitu sekitar 3,3 m, sedangkan lebar
sungai yaitu sekitar 75 m, dengan warna air coklat lumpur dan hitam kelam
karena banyak tercemar limbah batik. Warna hitam air akan tampak jelas bila
mana saat musim kemarau tiba.
B.
Samapah
Sungai yang berada di daerah krapyak adalah sungai yang berasal
bukan dari daerah krapyak lor saja sendiri sungai berasal dari krapyak kidul
juga, kondisi keadaan sungai yang kotor dan
banyak sampah merupakan gambaran dari keadaan sungai yang nampak jelas
dan nyata, kondisi sungai yang menghubungkan dua tembapt panjang wetan sehingga
dapat di jadikan sebagai alat transportasi dengan adanya batasan-batasan sungai
yang di jadikan tempat penyebrangan.
Berdasarkan penelusuran bersama pak jo batasan sungai yang ada di
krapyak lor banyak beberapa pengamatan uyang tidak dapat di pungkiri, bahwa
kondisi sampah mememang sudah banyak baik yang berada di dalam air maupun
sekitar sungainya juga, banyak tumpukan salmah yang berada di sekitar sungai
yang berasal dari penduduk setempat.
Pola kebiasaan yang sudah menjadi hal yang lumrah bahwa membuang
sampah di sekitar sungai bahkan kesungainya sekalipun.Dalam kebersihan terhadap
lingkunganya sangatlah mengiris akan tetapi bukan halnya itu saja dalam
kebersihan terhadap dirinya disisni masyarakat masih membiasakan pola yang
kurang baik dengan MCK yang tidak pada tempatnya.
Kondisi air sungai dapat dilihat hitam yang lebih sering terjadi
adapun beda warna keruh disebabakan pola hujan dan air rob yang datang dari
arah mana apakah kiriman dari sungai atas ataupun dati arah laut.
Perlu diketahui sungai krapyak yang berasal dari sungai pekalongan
bermuara langsung ke laut Slamaran sehingga dalam sekitar daerah tersebut
dijadikan tempat persingahan perahu-perahu besar(dijadikan dog).
C.
LIMBAH
Tampak memeng disekitar sungai limbah-limbah yang ada di sekitar
sungai mulai dari sampah-samapah baik dari yang organik maupun an organik
seperti plastik samapah peralatan rumah
masak memasak dan lain sebagainya yang mana sampah sampah tersebut telah
menyatu dengan air yang ada di sungai, limbah yang tak kalah memprihatikan sama
halnya seperti sungai sungai yang telah tercemar pada umumnya ada adalah warna
sungai yang sudah tidak lagi seperti sungai bersih, sungai yang berwarna hitam
dan kotor yang mana tidaklah lepas dari limbah produksi batik, pekalongan
sebagai kota batik memang kental akan rumah produksi pembuatan batik dan di
desa krapyak sendiri secara mayoritas bermata pencaharian pelaut akan tetapi
masih ada sebagian oarng yang bermata pencaharian batik, warna sungai yang bisa
dikjuga sebagatakan tercemar oleh limbah juga dipengaruhi produksi batik yang
ada di sungai sungai hulu sehingga sungai hilir yang sebagai muara sungai juga akan ikut tercemar.
BAB III
MASALAH SOSIAL MASYARAKAT
Kondisi Kelurahan Krapyak Lor, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan
kian memprihatinkan. Pasalnya, sepanjang tahun permukiman warga selalu terendam
air pasang. Selain menggenangi jalan, rob juga merendam pekarang dan lantai rumah
tangga yang biasadigunakan untuk aktivitas ekonomi. Akibatnya, aktivitas warga
yang mayoritas bekerja sebagai buruh batik, konfeksi dan warung kecil terhambat
dan hasil pendapatan merekapun turun sekitar 30 hingga 70 persen.
Tidak hanya itu saja, banyak masyarakat yang terjangkit penyakit
pernafasan, kulit, gatal- gatal dan diare. Rob terparah terjadi di Krapyak Lor
Gang 3A, Krapyak Lor Gang 3B, dan Krapyak Lor Gang 5. Bahkan, di Krapyak Lor
Gang 3A rob tidak pernah surut dan tingginya mencapai 1 meter, karena merupakan dataran
rendah dibandinggang sekitarnya. Memprihatinkan
“ Rob di Kelurahan Krapyak Lor, khususnya yang berada di dekat Sungai Loji
sangat memprihatinkan jika dibanding dengan Panjang, Bandengan, dan Jeruksari.
Meski, warga telah berupaya mengatasi dengan cara Jumat bersih dan pengerukan
saluran, namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Kondisi tersebut juga diperparah dengan pembuatan tanggul dan pintu
air yang tidak berfungsi, sehingga membuat ketinggian rob kian bertambah.warga
berharap pemerintah daerah segera melakukan perbaikan mengatasi masalah rob.
“Warga juga bersedia dampingi lurah ke pemerintah daerah dan Dewan jika
dibutuhkan.
Lurah Krapyak Lor Kota Pekalongan Hasan Busro mengatakan,
sebelumnya pihaknya telah menyampaikan permasalah rob kepada pemerintah daerah
dan Dewan. Namun demikian, hingga kini belum ada tindak lanjut. Proyek polder
yang semestinya diharapkan warga mampu mengatasi masalah rob, justru menimbulkan permasalahan yang baru. “Sebagai
bahan pertimbangan pemerintah daerah nantinya, saya mengimbau kepada ketua RT
dan RW 1 sampai 4, serta perwakilan warga untuk bersama menyampaikan keluhan ke
pemerintah yang secapatnya akan dilakukan.
Mengenai
pendidikan dikelurahan krapyak lor dilihat dari catatan laporan buku monografi
terdapat lulusan pendidikan umum dan pendidikan khusus:
a. Lulusan pendidikan umum :
1). Taman Kanak- Kanak : 0 orang
2). Sekolah Dasar : 2.119 orang
3). SMP/SLTP : 1.528 orang
4). SMU/SLTA : 2.287 orang
5). Akademi/D1-D3 : 193 orang
6). Sarjana (S1-S3) : 342 orang
b. Lulusan pendidikan khusus :
1).
Pondok pesantren : 300 orang
2).
Madrasah : 120 orang
3).
Pendidikan keagamaan :
200 orang
4).
Sekolah luar biasa :
0 orang
5).
Kursus/ketrampilan :5 orang
A.
PERIKANAN
1.
Tambak :
2 Ha 30 Ton
2.
Empang Kolam : - Ha - Ton
3.
Danau :
- Ha - Ton
4.
Waduk / Dam : - Ha - Ton
5.
Laut :
- Ha - Ton
B.
PERTANIAN
1. Status :
a. Sertifikat Hak Milik :
2.112 Buah - Ha
b. Sertifikat Hak Guna Usaha :
- Buah - Ha
c. Sertifikat Hak Guna Bangunan : - Buah - Ha
d. Sertifikat Hak Pakai :
- Buah
- Ha
e. Tanah Kas Desa :
- Buah - Ha
1). Tanah Bengkok : 15 Buah - Ha
2). Tanah Titisara : - Buah - Ha
3). Tanah Pangonan : - Buah - Ha
4). Tanah Desa Lainnya : - Buah - Ha
f. Tanah
Bersertifikat :
- Buah - Ha
g. Tanah
bersertifikat melalui PRONA : - Buah - Ha
h. Tanah
yang belum bersertifikat : - Buah - Ha
2. Peruntukan :
a. Jalan :
9.170 Ha
b. Sawah dan Ladang : - Ha
c. Bangunan
Umum / Tambak : 101.050 Ha
d. Empang : - Ha
e. Pemukiman
/ Perumahan : 81. /
0,240 Ha
f. Jalur
Hijau :
- Ha
g. Pekuburan :
0,5665 Ha
h. Lain –
lain :
115.786 Ha
3. Penggunaan
a. Industri :
3.314 Ha
b. Pertokoan
/ Perdagangan : 0.0710 Ha
c. Perkantoran : - Ha
d. Pasar
Kelurahan :
- Ha
e. Tanah
Wakaf :
- Ha
f. Tanah
Sawah :
- Ha
1). Irigasi Teknis : 77,3044 Ha
2). Irigasi
Setengah Teknis : 83,7464 Ha
3). Irigasi
Sederhana : - Ha
4). Irigasi
Tadah Hujan : - Ha
5). Sawah
Pasang Surut : - Ha
g. Tanah Kering : - Ha
1). Pekarangan :
- Ha
2). Perladangan : - Ha
3). Tegalan : - Ha
4). Perkebunan Negara : - Ha
5). Perkebunan Swasta : - Ha
6). Perkebunan Rakyat : - Ha
7). Tempat Rekreasi : 64.900 Ha
h. Tanah yang belum dikelola : - Ha
1). Hutan : - Ha
2). Rawa : - Ha
3). Lain – lain : - Ha
C. Mata Pencaharian
a. Karyawan :
1). Pegawai Negeri Sipil :
296 Orang
2).TNI / POLRI :
2 Orang
3). Swasta :
1152 Orang
b. Wiraswasta / pedagang :
883 Orang
c. Tani : 63 Orang
d. Pertukangan :
117 Orang
e. Buruh :516 Orang
f . Pensiunan : 155 Orang
g. Nelayan :
514 Orang
h. Pemulung : 35 Orang
i. Jasa :
62 Orang
Lampiran :
ð Gambar 1:Bantuan
MCK dari BKM SUKSES, Krapyak Lor, Pekalongan Utara yang terletak di sudut
kampung Krapyak Lor Gg: 1, Pekalongan Utara.
ð Gambar 2: Tumpukan
sampah di pinggir sungai yang membatasi dengan perkampungan masyarakat krapyak
lor yang berada di sekitar tanah mahakam.
ð Gambar 3: Perahu
bantuan yang diberikan oleh pemerintah lewat BKM SUKSES, Krapyak Lor,
Pekalongan Utara sebagai sarana rehabilitasi sungai.
ð Gambar 4:
Contoh prilaku buruk yang biasa dilakukan oleh masyarakat sekitar sungai
Krapyak Lor, yang sebenarnya sudah disediakan adanya MCK UMUM.
ð Gambar 5:
Bantuan MCK yang dilakukan dalam usaha rehabilitasi sungai Krapyak Lor,
Pekalongan Utara yang diletakkan di belakang TK. Mina Bahari 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar