Sabtu, 01 Oktober 2016

KEBIJAKAN FULL DAY SCHOOL DALAM PERSPEKTIF LOCAL WISDOM



KEBIJAKAN FULL DAY SCHOOL DALAM PERSPEKTIF LOCAL WISDOM

Oleh:
IMAM SYAFI’I (2052115026) Kelas B

Mahasiswa Pascasarjana Magister Pendidikan Agama Islam
IAIN Pekalongan
2016

Syafi’i, Imam. 2016. Kebijakan Full Day School Dalam Perspektif Local Wisdom. Paper, Jurusan Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Pekalongan dengan Dosen Pembimbing: (1) Prof. Dr. H. Maksum Mukhtar, M.A. dan (2) Dr. H. Muhlisin, M.Ag.

ABSTRAK
Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau program pendidikan yang seluruh aktivitasnya berada di sekolah sepanjang hari (sejak pagi sampai sore), makna sepanjang hari pada hakikatnya tidak hanya upaya menambah waktu dan memperbanyak materi pelajaran. Kebijakan ini banyak menuai pro dan kontra antara pemerhati pendidikan dan masyarakat selaku subjek dan objek dalam dunia pendidikan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pendekatan konten analisis isi dalam perspektif local wisdom, serta teknik analisis datanya menggunakan teknik deskriptif analisis kritis.
Sungguhpun demikian dalam perspektif local widom justru program ini dapat menjadi salah satu lembaga yang dapat menjadi solusi dalam mengatasi kemerosotan moral bangsa ini karena dalam pelaksanaannya juga mampu menerapkan kegiatan belajar mengajar yang bersifat komprehensif, yang mana dalam kurikulumnya tidak hanya terbaku pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah namun juga dengan mempertimbangkan kondisi kearifan lokal dari pada potensi yang terdapat dalam suatu daerah tersebut sehingga program ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat pada umumnya dan pemerintah pada khususnya.

Kata Kunci: Kebijakan, Full Day School, Local Wisdom.


Di  dalam  proses  pendidikan  ada  sebuah  tujuan  mulia,  yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, dan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri yaitu : sebagai mana termuat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bab 1 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban ubangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”[1]

Secara fitrah manusia memiliki potensi (kemampuan) untuk membina dan mengembangkan aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT.[2]
A.      Definisi Full Day School
Kata full day school berasal dari bahasa Inggris. Full artinya penuh, day artinya hari, sedangkan school artinya sekolah. Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pikul 07.00-15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Hal yang diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman.[3]
Full day school adalah suatu kebutuhan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi terhadap perkembangan sosial budaya sebagai akibat globalisasi informasi serta percepatan perkembangan ilmu pengetahuan.[4]
B.       Alasan Pelaksanaan Full Day School
Penerapan sistem full day school disejumlah lembaga pendidikan di akhir-akhir ini diilhami oleh rasa keprihatinan atas persekolahan konvensional yang dipandang memiliki banyak kelemahan, karena sistem yang digunakan lebih menekankan aspek intelektual sementara dari segi afektif dan psikomotor sangat lemah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah waktu yang diberikan oleh sekolah hdan interaksinya serba mekanisme formal. Untuk itu hingga saat ini model full day school telah menjadi kecenderungan kuat dalam proses pendidikan di Negara Indonesia dan banyak lembaga pendidikan yang menerapkan sistem ini dengan model yang sangat variatif, seperti full day school, boarding school, dan program ma’had.[5]
Dengan mengikuti full day school, orang tua dapat mencegah dan menetralisir kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang menjurus pada kegiatan yang negatif. Alasan memilih dan memasukka anaknya ke full day school, salah satu pertimbangannya adalah dari segi edukasi siswa. Banyak alasan mengapa full day school menjadi pilihan, antara lain; Pertama, meningkatnya jumlah orang tua tunggal dan banyaknya aktivitas orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah. Kedua, perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu cepat perekembangannya, terutama teknologi komunikasi dan informasi lingkungan perkotaan yang menjurus ke arah individualisme. Ketiga, kemajuan IPTEK begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi, dunia seolah-olah sudah tanpa batas. Dari kondisi seperti itu, akhirnya para praktisi pendidikan berpikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan.[6]
Selain itu ada beberapa alasan lain yang disampaikan orang tua yaitu;
1.         Kurang  adanya  waktu  yang  disediakan  orang  tua  untuk  menemani anaknya di  karenakan adanya tuntutan pekerjaan, sosial atau apapun yang menyibukkan  orang tua.
2.         Orang tua percaya bahwa full day school  mempunyai manajemen waktu yang baik, lebih baik dari pada sekolah yang hanya beberapa jam tetapi hanya diisi dengan mengerjakan LKS.
3.         Orang tua tidak ingin memaksakan visi mereka kepada anak, yang dilakukan orang tua hanya memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh anak tahap demi tahap agar anak “siap” dan matang menjadi apa saja yang diinginkan di masa depan.
4.         Orang tua percaya bahwa full day school dapat melatih anak untuk mempunyai/ menumbuhkan motivasi belajar dari proses dan lingkungan yang kondusif dan fun bagi anak.
5.         Dengan memasukka ke full day school mereka berharap dapat memperbaiki nilai akademik anak-anak mereka sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan sukses.[7]
Jika kita pahami alasan orang tua di atas banyak permasalahan yang timbul di luar sekolah ataupun sepuklang dari sekolah. Saat ini, cukup banyak dan mudah ditemui pasangan suami istri yang bekerja di kantor. Sedangkan putra-putri kesayangan mereka ditinggal di rumah. Anak-anak bersekolah mulai pagi hingga siang hari. Selain itu, mereka berada di rumah sampai sore tanpa mendapatkan bimbingan dan pengawasan yang memadai. Kemudian anak-anak bertemu dengan teman sebaya, bermain di sungai, bermain playstation (PS) atau kalau tidak mereka akan menghabiskan waktu di depan televisi.[8]
Untuk memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka kditerapkanlah sistem full day school dengan tujuan membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai yang positif, mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai khalifah fil ardl dan sebagai hamba Allah, serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.
C.      Kurikulum Full Day School
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, inisiatif yang dilakukan lemabaga pendidikan dengan menerapkan sistem full day school. Di mana dalam full day school proses pemebelajarannya tidak hanya bersifat formal, tetapi juga banyak suasana yang bersifat informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi bagi guru.
Kurikulum program full day school didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan anak. Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajarannya adalah dengan mengembangkan kreativitas yang mencakupo integritas dan kondisi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan utama pendidikan dalam peningkatan mutu adalah melahirkan manusia yang mampu melakukan hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya sehingga bisa menjadi manusia kreatif, penemu dan penjelajah. Selain untuk membentuk jiwa yang mampu bersikap kritis, juga untuk membuktikan dan tidak menerima begitu saja apa saja yang diajarkan.[9]
Dalam full day school semua program dan kegiatan siswa di sekolah, baik belajar, bermain, beribadah dikemas dalam sebuah pendidikan. Titik tekannya adalah siswa selalu berprestasi belajar yakni diharapkan terjadi perubahan positif dari setiap individu siswa sebagai hasil dari proses dan aktivitas dalam belajar. Proses pembelajaran yang diterapkan berlangsung secara aktif, kreatif, transformatif sekaligus intensif. Sistem full day school mengindikasikan proses belajar yang aktif dalam mengoptimalisasikan potensi dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal baik sapras di lembaga dan mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif demi pengembangan potensi yang seimbang. Adanya sistem ini, lamanya waktu pembelajaran tidak menjadi beban bagi anak didik, karena sebagaian waktunya digunakan untuk waktu-waktu informal.
Kurikulum yang diterapkan dalam model full day school adalah integrated curriculum yaitu perpaduan kurikulum pendidikan nasional dengan kurikulum Departemen Agama, dengan adanya perpaduan kurikulum tersebut maka proses belajar membutuhkan waktu yang lama. Kurikulum integratif ini digunakan dalam rangka untuk mengembangkan integrasi antara kebutuhan kehidupan jasmani dengan rohani yang mana mengintegrasikan antara iman, ilmu dan amal.[10]
D.      Faktor Penunjang dan Penghambat Program Full Day School
Setiap sistem pembelajaran pasti memiliki kelebihan (faktor penunjang) dan kelemahan (faktor penghambat) dalam penerapannya. Tak terkecuali dengan sistem full day school. Adapun faktor pendukung pelaksanaan sistem full day school adalah setiap sekolah mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat kelembagaan. Untuk menuju ke arah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah satunya sistem yang akan digunakan di dalam sebuah lembaga tersebut. Apabila kita sudah memiliki sistem yang baik, maka semuanya dapat diberdayakan menurut fungsi masing-masing kelengakapan sekolah.[11]
Faktor-faktor pendukung tersebut antara lain:
1.         Kurikulum
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mulai digunakan dalam bidang oleh raga, yaitu kata “currere” yang berarti jarak tempuh lari, kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang merupakan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisasikan dengan baik.[12]
Kurikulum mempunyai  kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.  Kurikulum          mengarahkan   segala  bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan   suatu   rencana  pendidikan,   memberikan   pedoman  dan pegangan  tentang jenis, lingkup, urutan isi, serta proses pendidikan.[13]
2.         Manajemen Pendidikan
Manajemen atau pengelolaan adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan SDM, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan adanya manajemen yang efektif dan efisien, maka sangat menunjang dalam pengembangan lembaga pendidikan yang dapat tercapai secara optimal.[14]
3.         Sarana dan Prasarana
Sarana pembelajaran atau fasilitas merupakan kelengkapan yang menunjang belajar peserta didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.[15] sekolah yang menerapkan full day school, diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.
Sarana prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan, terutama sistem full day school karena apabila suatu sekolah tidak terdapat sarana prasarana, maka tidak akan dapat melangsungkan proses belajar mengajar. anak didik tentu akan belajar lebih baik dan menyenangkan jika suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhannya. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka masalah yang dihadapi anak didik dalam belajar relatif sedikit dan hasil belajar anak didik akan lebih baik.[16]
4.         Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan bangsa, di samping SDA, serta sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak faktor penyebab yang mempengaruhi pembangunan bangsa, salah satu diantara faktor-faktor tersebut adalah kualitas SDM sebagai pelaku utama dan yang paling penting menerima hasil serta dampak pembangunan bangsa itu. Sumber daya manusia dalam pendidikan meliputi guru. Dalam penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajran yang tidak membuat siswa bosan. Guru harus mempunyai kualifikasi sebagai tenaga pengajar, karenanya harus memilikikemampuan profesional dalam proses pembelajaran, agar pencapaian mutu yang diharapkan akan mencapai target.[17]
Dalam penerapan full day school tentunya timbul permasalahan yang ada meskipun sedikit, walaupun semua kegiatan sudah diprogram secara baik. Permasalahan yang timbul dalam penerapan full day school antara lain:
1.        Terbatasnya sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang vital untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan sarana dan prasarana yang baik untuk dapat mewujudkan keberhasilan pendidikan. Banyak hambatan yang dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutunya karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Keterbatasan sarana dan prasarana dapat menghambat kemajuan sekolah.
2.        Guru yang tidak profesional. Guru merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. keberlangsungan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh profesionalitas guru. Akan tetapi pada kenyataannya guru mengahadapi dua yang dapat menurunkan profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor dari dalam diri guru meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Kedua, berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah dan juga penerapan full day school.
Adanya faktor pendukung, juga diiringi oleh faktor penghambat. Faktor penghambat ini menjadi hal niscaya dalam proses pendidikan. Banyak faktor penghambat dalam penerapan full day school, salah satunya adalah masih banyak kekurangan-kekurangan yang dihadapi sekolah untuk meningkatkan mutunya, mayoritas keterbatasan sarana dan prasarana yang dpat mengahambat kemajuan sekolah.
Selain faktor siswa, pegawai atau tenaga teknis, dan dana, kualitas guru juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar. dalam dunia pendidikan senantiasa dikembangkan sikap dan kemapuan profesional. Bahwa guru itu menghadapi masalah yaitu berkaitan faktor dari dalam, meliputi pengetahuan, ketrampilan disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Dan berkaitan dalam pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya, dan ketepatan waktu.
E.       Metode Full Day School
Metode sering dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Metode mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan kegiatan belajar mengajar.[18]
Metode pembelajaran full day school tidak melulu dilakukan di dalam kelas namun juga siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat belajar. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan metode yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan berada di sekolah. Metode yang digunakan antara lain:
1.        Metode PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan),
Yaitu metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan sikap dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.[19]
2.        Metode Diskusi,
Yaitu percekapan yang responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis dan diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya.[20]
3.        Metode Tanya Jawab,
Yaitu cara penyajian pengajaran oleh guru dengan memberikan pertanyaan dan meminta jawaban kepada siswa.[21]
4.        Metode Quantum Learning,
Yaitu merupakan metode yang teknik penggunaannya untuk memberikan sugesti positif yaitu dengan cara mendudukkan murid secara nyaman, menggunakan poster-poster untuk memberikan informasi kesan besar sambil menonjolkan informasi.[22]
5.        Metode Terpadu
Metode terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuwan secara holistik, bermakna otentik, atau eksplorasi topik atau tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran.[23]

6.        Metode Karya Wisata
Metode ini sering digunakan bila ingin melihat suatu proses pembentukan alat, benda atau proses produksi dan lebih banyak digunakan untuk mengetahui peninggalan zaman sejarah sejak zaman pra sejarah sampai zaman sekarang ini.[24]
7.        Metode Kerja Kelompok
Metode ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar, di mana siswa di salam kelas dipandang sebagai suatu kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru.[25]
8.        Metode Game
Game atau permainan yang menarik dan tidak banyak aturan pada umumnya disukai anak-anak. Berbagai jenis permainan, termasuk bermain peran amat potensial untuk membelajarkan anak, konsep itulah yang dikenal dengan bermain sambil belajar.[26]
F.       Analisis Full Day School dalam Perspektif Local Wisdom
Pada dasarnya pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus berorientasi pada pemberian bekal bagi peserta didik agar dapat menjalani hidupnya dengan baik. Salah satu ciri manusia yang berkualitas ialah mereka yang tangguh iman dan taqwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian, ciri kompetensi pendidikan kita adalah ketangguhan dalam iman dan taqwa serta memiliki akhlak mulia.
Pematangan potensi rohaniah dan jasmaniah ini dapat dicapai melalui proses pendidikan, karena pendidikan merupakan rangkaian dari bimbingan serta pengarahan terhadap potensi manusia yang berupa kemampuan dasar dan kemampuan belajar. Sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadi manusia sebagai makhluk individu dan sosial dalam segala lingkungan hidup.
Lewat pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal, agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya.
Lembaga pendidikan dipandang sevagai industri yang dapat mencetak jasa, yang dimaksud jasa di sini adalah jasa pendidikan, yaitu suatu proses pelayanan dalam pengetahuan, sikap dan tindakan keterampilan manusia dari keadaan sebelumnya menjadi  semakin baik sebagai manusia seutuhnya. Oleh sebab itulah pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh sektor pendidikan, sebab dengan bantuan pendidikan, setiap individu diharapakan bisa maju berkembang dan di kemudian hari bisa mendapatkan pekerjaan yang pantas.
Dalam ajaran Islam bahwa pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tertinggi, karena pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral masyarakat. “ Tanpa pendidikan, manusia sekarang tidak akan berbeda dengan manusia masa masa lampau, bahkan malah lebih rendah atau jelek.
Oleh sebab itulah full day school dapat menjadi salah satu alternative lembaga pendidikan bagi masyarakat dalam meminimalisir merosotnya karakter suatu bangsa ini dari arus globalisasi yang sekarang ini berkembang. Hal ini karena sedikitnya filter yang dimiliki oleh masyarakat pada umunya selaku pelaksana dalam setiap kebijakan yang muncul dalam bidang pendidikan dan pemerintah pada khusunya selaku aktor dalam dunia kebijakan negara ini.
Hal ini disebabkan manajemen lembaga pendidikan yang dikembangkan dalam full day school merupakan bentuk komprehensif dari manajemen barat dan kearifan lokal daerah setempat sehingga materi yang ada dalam kurikulum pun mengikuti perkembangan zaman dan atas dasar perkembangan kearifan lokal masyarakat setempat seperti penerapan mapel baca tulis qur’an (BTQ), scien club, dan program-program yang lainnya. Selain itu metode yang digunakan dalam pemebelajaran juga relatif beraneka ragam sehingga kondisi siswa senantiasa bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lingkungan tersebut ataupun di lingkungan rumahnya yang disebabkan adanya pembiasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, M. dkk. 2000. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.

Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Arruzz Media.

Daryanto dan Tasrial. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gava Media.

Hafidudin, Didin. 2003. Manajemen Syari’ah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani.

Khobir, Abdul. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.

Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.

Rahman, Arif. 2002.  Prinsip-Prinsip Sekolah Unggul. Jakarta: Media Wacana.

Roestiyah. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta.

Sudjana. 2004. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production.

Sumiati, Endang. 2013. Strategi Pencapaian QualityAssurance Model Full Day School di SDIT Ar-Rahman Pacitan. Tesis. Perpustakaan: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sururi, Imam. 2012. Penerapan Sistem Full Day School dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam al-Munawwar Tulungagung. Tulunggagung: Skripsi tidak diterbitkan.

Suyanto, Slamet. 2008. Strategi Pendidikan Anak. Yogyakarta: Hikayat.

Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem PAI. Jakarta: Gaung Persada Press.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2006. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Rosda Karya.

Ticho, full day school vs sekolah tradisional,http://ticho.multiply.com/journal/item/17/Full-Day-VS- Sekolah-Tradisional dalam google.co.id. Di Akses 20 September 2016.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Umar Fakhrudin, Asef. 2011. Terapan Quantum Learning. Yogyakarta: Laksana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. 2003.

Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika. 2013.


[1] Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 7.
[2] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 3.
[3] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2009), hlm. 227.
[4] Arif Rahman,  Prinsip-Prinsip Sekolah Unggul (Jakarta: Media Wacana, 2002), hlm.31.
[5] Endang Sumiati, Strategi Pencapaian QualityAssurance Model Full Day School di SDIT Ar-Rahman Pacitan, Tesis, (Perpustakaan: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013), hlm. 4-5.
[6] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan . . . , hlm. 229.
[7] Ticho, full day school vs sekolah tradisional,http://ticho.multiply.com/journal/item/17/Full-Day-VS- Sekolah-Tradisional dalam google.co.id. Di Akses 20 September 2016.
[8] Imam Sururi, Penerapan Sistem Full Day School dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam al-Munawwar Tulungagung, (Tulunggagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2012), hlm. 6.
[9] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan . . . , hlm. 230.
[10] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2010), hlm. 111.
[11] Didin Hafidudin, Manajemen Syari’ah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm. 4.
[12] M. Akhmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 13.
[13] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2006), hlm. 4.
[14] Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2004), hlm. 17.
[15] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm. 113.
[16] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan . . . , hlm. 234.
[17] Sudjana, Manajemen Program Pendidikan . . ., hlm. 374.
[18] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran . . ., hlm. 113.
[19] Daryanto dan Tasrial, Konsep Pembelajaran Kreatif, (Yogyakarta: Gava Media, 2012), hlm. 111.
[20] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem PAI, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 141.
[21] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem PAI . . ., hlm. 135.
[22] Asef Umar Fakhrudin, Terapan Quantum Learning, (Yogyakarta: Laksana, 2011), hlm. 37.
[23] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 56.
[24] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem PAI . . ., hlm. 144.
[25] Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2011), hlm. 15.
[26] Slamet Suyanto, Strategi Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Hikayat, 2008), hlm. 45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar