KEBIJAKAN FULL DAY SCHOOL DALAM
PERSPEKTIF LOCAL WISDOM
Oleh:
IMAM SYAFI’I (2052115026) Kelas B
Mahasiswa Pascasarjana Magister
Pendidikan Agama Islam
IAIN Pekalongan
2016
Syafi’i,
Imam. 2016. Kebijakan Full Day School Dalam Perspektif Local Wisdom. Paper, Jurusan Magister
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri
Pekalongan dengan Dosen Pembimbing: (1) Prof. Dr. H. Maksum Mukhtar, M.A. dan
(2) Dr. H. Muhlisin, M.Ag.
ABSTRAK
Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau program pendidikan yang
seluruh aktivitasnya berada di sekolah sepanjang hari (sejak pagi sampai sore),
makna sepanjang hari pada hakikatnya tidak hanya upaya menambah waktu dan
memperbanyak materi pelajaran. Kebijakan ini banyak menuai pro dan kontra antara
pemerhati pendidikan dan masyarakat selaku subjek dan objek dalam dunia
pendidikan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode
pendekatan konten analisis isi dalam perspektif local wisdom, serta teknik
analisis datanya menggunakan teknik deskriptif analisis kritis.
Sungguhpun demikian dalam perspektif local widom justru
program ini dapat menjadi salah satu lembaga yang dapat menjadi solusi dalam
mengatasi kemerosotan moral bangsa ini karena dalam pelaksanaannya juga mampu
menerapkan kegiatan belajar mengajar yang bersifat komprehensif, yang mana
dalam kurikulumnya tidak hanya terbaku pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh
pemerintah namun juga dengan mempertimbangkan kondisi kearifan lokal dari pada
potensi yang terdapat dalam suatu daerah tersebut sehingga program ini dapat
menjadi solusi bagi masyarakat pada umumnya dan pemerintah pada khususnya.
Kata Kunci: Kebijakan, Full Day
School, Local Wisdom.
Di dalam
proses pendidikan
ada
sebuah
tujuan mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, dan
untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri yaitu : sebagai mana termuat
dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bab 1 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
ubangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif dan mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.”[1]
Secara fitrah manusia memiliki
potensi (kemampuan) untuk membina dan mengembangkan aspek-aspek rohaniah dan
jasmaniah yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT.[2]
A.
Definisi Full Day
School
Kata full day school
berasal dari bahasa Inggris. Full artinya penuh, day artinya
hari, sedangkan school artinya sekolah. Jadi pengertian full day
school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan
mulai pikul 07.00-15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Hal yang
diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran
dan pendalaman.[3]
Full day school adalah
suatu kebutuhan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi terhadap perkembangan
sosial budaya sebagai akibat globalisasi informasi serta percepatan
perkembangan ilmu pengetahuan.[4]
B.
Alasan Pelaksanaan Full
Day School
Penerapan sistem full day
school disejumlah lembaga pendidikan di akhir-akhir ini diilhami oleh rasa
keprihatinan atas persekolahan konvensional yang dipandang memiliki banyak
kelemahan, karena sistem yang digunakan lebih menekankan aspek intelektual
sementara dari segi afektif dan psikomotor sangat lemah. Hal ini disebabkan
karena terbatasnya jumlah waktu yang diberikan oleh sekolah hdan interaksinya
serba mekanisme formal. Untuk itu hingga saat ini model full day school telah
menjadi kecenderungan kuat dalam proses pendidikan di Negara Indonesia dan
banyak lembaga pendidikan yang menerapkan sistem ini dengan model yang sangat
variatif, seperti full day school, boarding school, dan program ma’had.[5]
Dengan mengikuti full day
school, orang tua dapat mencegah dan menetralisir kemungkinan dari
kegiatan-kegiatan anak yang menjurus pada kegiatan yang negatif. Alasan memilih
dan memasukka anaknya ke full day school, salah satu pertimbangannya
adalah dari segi edukasi siswa. Banyak alasan mengapa full day school menjadi
pilihan, antara lain; Pertama, meningkatnya jumlah orang tua tunggal dan
banyaknya aktivitas orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya,
terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah. Kedua,
perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan tersebut jelas
berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat. Kemajuan sains dan
teknologi yang begitu cepat perekembangannya, terutama teknologi komunikasi dan
informasi lingkungan perkotaan yang menjurus ke arah individualisme. Ketiga,
kemajuan IPTEK begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka kita akan
menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi, dunia seolah-olah sudah
tanpa batas. Dari kondisi seperti itu, akhirnya para praktisi pendidikan
berpikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan.[6]
Selain itu ada beberapa alasan
lain yang disampaikan orang tua yaitu;
1.
Kurang
adanya waktu yang disediakan
orang tua
untuk menemani
anaknya di karenakan adanya tuntutan pekerjaan, sosial atau apapun yang menyibukkan
orang tua.
2.
Orang tua percaya bahwa full day school mempunyai manajemen waktu yang baik, lebih
baik dari pada sekolah yang hanya beberapa jam tetapi hanya diisi dengan
mengerjakan LKS.
3.
Orang tua tidak ingin memaksakan visi mereka kepada anak, yang dilakukan
orang tua hanya memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh anak tahap demi tahap
agar anak “siap” dan matang menjadi apa saja yang diinginkan di masa depan.
4.
Orang tua percaya bahwa full day school dapat melatih anak untuk
mempunyai/ menumbuhkan motivasi belajar dari proses dan lingkungan yang
kondusif dan fun bagi anak.
5.
Dengan memasukka ke full
day school mereka berharap dapat memperbaiki nilai akademik anak-anak
mereka sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan sukses.[7]
Jika kita pahami alasan orang
tua di atas banyak permasalahan yang timbul di luar sekolah ataupun sepuklang
dari sekolah. Saat ini, cukup banyak dan mudah ditemui pasangan suami istri
yang bekerja di kantor. Sedangkan putra-putri kesayangan mereka ditinggal di
rumah. Anak-anak bersekolah mulai pagi hingga siang hari. Selain itu, mereka
berada di rumah sampai sore tanpa mendapatkan bimbingan dan pengawasan yang
memadai. Kemudian anak-anak bertemu dengan teman sebaya, bermain di sungai,
bermain playstation (PS) atau kalau tidak mereka akan menghabiskan waktu
di depan televisi.[8]
Untuk memaksimalkan waktu luang
anak-anak agar lebih berguna, maka kditerapkanlah sistem full day school dengan
tujuan membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai yang positif,
mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai khalifah fil ardl dan
sebagai hamba Allah, serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala
aspek.
C.
Kurikulum Full
Day School
Untuk mengatasi hal tersebut di
atas, inisiatif yang dilakukan lemabaga pendidikan dengan menerapkan sistem full
day school. Di mana dalam full day school proses pemebelajarannya
tidak hanya bersifat formal, tetapi juga banyak suasana yang bersifat informal,
tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi
bagi guru.
Kurikulum program full day
school didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan
anak. Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajarannya adalah dengan
mengembangkan kreativitas yang mencakupo integritas dan kondisi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Tujuan utama pendidikan dalam peningkatan mutu
adalah melahirkan manusia yang mampu melakukan hal baru, tidak sekedar
mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya sehingga bisa menjadi manusia
kreatif, penemu dan penjelajah. Selain untuk membentuk jiwa yang mampu bersikap
kritis, juga untuk membuktikan dan tidak menerima begitu saja apa saja yang
diajarkan.[9]
Dalam full day school semua
program dan kegiatan siswa di sekolah, baik belajar, bermain, beribadah dikemas
dalam sebuah pendidikan. Titik tekannya adalah siswa selalu berprestasi
belajar yakni diharapkan terjadi perubahan positif dari setiap individu siswa
sebagai hasil dari proses dan aktivitas dalam belajar. Proses pembelajaran yang
diterapkan berlangsung secara aktif, kreatif, transformatif sekaligus intensif.
Sistem full day school mengindikasikan proses belajar yang aktif dalam
mengoptimalisasikan potensi dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal
baik sapras di lembaga dan mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif demi
pengembangan potensi yang seimbang. Adanya sistem ini, lamanya waktu
pembelajaran tidak menjadi beban bagi anak didik, karena sebagaian waktunya
digunakan untuk waktu-waktu informal.
Kurikulum yang diterapkan dalam
model full day school adalah integrated curriculum yaitu
perpaduan kurikulum pendidikan nasional dengan kurikulum Departemen Agama,
dengan adanya perpaduan kurikulum tersebut maka proses belajar membutuhkan
waktu yang lama. Kurikulum integratif ini digunakan dalam rangka untuk
mengembangkan integrasi antara kebutuhan kehidupan jasmani dengan rohani yang
mana mengintegrasikan antara iman, ilmu dan amal.[10]
D.
Faktor Penunjang dan
Penghambat Program Full Day School
Setiap sistem pembelajaran
pasti memiliki kelebihan (faktor penunjang) dan kelemahan (faktor penghambat)
dalam penerapannya. Tak terkecuali dengan sistem full day school. Adapun
faktor pendukung pelaksanaan sistem full day school adalah setiap
sekolah mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat kelembagaan.
Untuk menuju ke arah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan dalam berbagai
bentuk dan jenisnya. Salah satunya sistem yang akan digunakan di dalam sebuah
lembaga tersebut. Apabila kita sudah memiliki sistem yang baik, maka semuanya
dapat diberdayakan menurut fungsi masing-masing kelengakapan sekolah.[11]
Faktor-faktor pendukung
tersebut antara lain:
1.
Kurikulum
Ditinjau dari asal katanya,
kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mulai digunakan dalam bidang oleh
raga, yaitu kata “currere” yang berarti jarak tempuh lari, kurikulum
merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang merupakan pengalaman belajar
anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisasikan dengan baik.[12]
Kurikulum mempunyai
kedudukan sentral dalam seluruh
proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas
pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu
rencana pendidikan, memberikan
pedoman dan pegangan
tentang jenis,
lingkup, urutan isi, serta proses pendidikan.[13]
2.
Manajemen Pendidikan
Manajemen atau pengelolaan adalah kemampuan dan
keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain
atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,
mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan
SDM, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Dengan adanya manajemen yang efektif dan
efisien, maka sangat menunjang dalam pengembangan lembaga pendidikan yang dapat
tercapai secara optimal.[14]
3.
Sarana dan Prasarana
Sarana pembelajaran atau
fasilitas merupakan kelengkapan yang menunjang belajar peserta didik di
sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode
mengajar.[15]
sekolah yang menerapkan full day school, diharapkan mampu memenuhi
sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.
Sarana prasarana mempunyai arti
penting dalam pendidikan, terutama sistem full day school karena apabila
suatu sekolah tidak terdapat sarana prasarana, maka tidak akan dapat
melangsungkan proses belajar mengajar. anak didik tentu akan belajar lebih baik
dan menyenangkan jika suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhannya. Dengan
adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka masalah yang dihadapi anak didik
dalam belajar relatif sedikit dan hasil belajar anak didik akan lebih baik.[16]
4.
Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia merupakan
faktor utama dalam pembangunan bangsa, di samping SDA, serta sumber daya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Banyak faktor penyebab yang mempengaruhi pembangunan
bangsa, salah satu diantara faktor-faktor tersebut adalah kualitas SDM sebagai
pelaku utama dan yang paling penting menerima hasil serta dampak pembangunan
bangsa itu. Sumber daya manusia dalam pendidikan meliputi guru. Dalam penerapan
full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan
keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajran yang
tidak membuat siswa bosan. Guru harus mempunyai kualifikasi sebagai tenaga
pengajar, karenanya harus memilikikemampuan profesional dalam proses
pembelajaran, agar pencapaian mutu yang diharapkan akan mencapai target.[17]
Dalam penerapan full day
school tentunya timbul permasalahan yang ada meskipun sedikit, walaupun
semua kegiatan sudah diprogram secara baik. Permasalahan yang timbul dalam
penerapan full day school antara lain:
1.
Terbatasnya sarana dan
prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang vital
untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan sarana dan prasarana yang baik untuk dapat mewujudkan keberhasilan
pendidikan. Banyak hambatan yang dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutunya
karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Keterbatasan sarana dan prasarana
dapat menghambat kemajuan sekolah.
2.
Guru yang tidak
profesional. Guru merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar.
keberlangsungan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh
profesionalitas guru. Akan tetapi pada kenyataannya guru mengahadapi dua yang
dapat menurunkan profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor
dari dalam diri guru meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya
pribadi, dan kerukunan kerja. Kedua, berkaitan dengan faktor dari luar
yaitu berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik,
penghematan biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi
hambatan bagi pengembangan sekolah dan juga penerapan full day school.
Adanya faktor pendukung, juga
diiringi oleh faktor penghambat. Faktor penghambat ini menjadi hal niscaya
dalam proses pendidikan. Banyak faktor penghambat dalam penerapan full day
school, salah satunya adalah masih banyak kekurangan-kekurangan yang
dihadapi sekolah untuk meningkatkan mutunya, mayoritas keterbatasan sarana dan
prasarana yang dpat mengahambat kemajuan sekolah.
Selain faktor siswa, pegawai
atau tenaga teknis, dan dana, kualitas guru juga sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan proses belajar mengajar. dalam dunia pendidikan senantiasa
dikembangkan sikap dan kemapuan profesional. Bahwa guru itu menghadapi masalah
yaitu berkaitan faktor dari dalam, meliputi pengetahuan, ketrampilan disiplin,
upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Dan berkaitan dalam pekerjaan, meliputi
manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya, dan ketepatan waktu.
E.
Metode Full Day
School
Metode sering dipahami sebagai
cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Metode
mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.[18]
Metode pembelajaran full day
school tidak melulu dilakukan di dalam kelas namun juga siswa diberi kebebasan
untuk memilih tempat belajar. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan metode yang
bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan berada di sekolah. Metode yang
digunakan antara lain:
1.
Metode PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan),
Yaitu metode pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan keterampilan sikap dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar
sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu
belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan dan efektif.[19]
2.
Metode Diskusi,
Yaitu percekapan yang responsif
yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis dan diarahkan untuk
memperoleh pemecahan masalahnya.[20]
3.
Metode Tanya Jawab,
Yaitu cara penyajian pengajaran
oleh guru dengan memberikan pertanyaan dan meminta jawaban kepada siswa.[21]
4.
Metode Quantum Learning,
Yaitu merupakan metode yang
teknik penggunaannya untuk memberikan sugesti positif yaitu dengan cara
mendudukkan murid secara nyaman, menggunakan poster-poster untuk memberikan
informasi kesan besar sambil menonjolkan informasi.[22]
5.
Metode Terpadu
Metode terpadu merupakan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun
kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuwan
secara holistik, bermakna otentik, atau eksplorasi topik atau tema menjadi
pengendali di dalam kegiatan pembelajaran.[23]
6.
Metode Karya Wisata
Metode ini sering digunakan
bila ingin melihat suatu proses pembentukan alat, benda atau proses produksi
dan lebih banyak digunakan untuk mengetahui peninggalan zaman sejarah sejak
zaman pra sejarah sampai zaman sekarang ini.[24]
7.
Metode Kerja Kelompok
Metode ini sebagai salah satu
strategi belajar mengajar, di mana siswa di salam kelas dipandang sebagai suatu
kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan
masalah, atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru.[25]
8.
Metode Game
Game atau permainan yang
menarik dan tidak banyak aturan pada umumnya disukai anak-anak. Berbagai jenis
permainan, termasuk bermain peran amat potensial untuk membelajarkan anak,
konsep itulah yang dikenal dengan bermain sambil belajar.[26]
F.
Analisis Full Day
School dalam Perspektif Local Wisdom
Pada dasarnya pendidikan
diselenggarakan bukan semata-mata membekali peserta didik dengan berbagai ilmu
pengetahuan, namun pendidikan juga harus berorientasi pada pemberian bekal bagi
peserta didik agar dapat menjalani hidupnya dengan baik. Salah satu ciri
manusia yang berkualitas ialah mereka yang tangguh iman dan taqwanya serta
memiliki akhlak mulia. Dengan demikian, ciri kompetensi pendidikan kita adalah
ketangguhan dalam iman dan taqwa serta memiliki akhlak mulia.
Pematangan potensi rohaniah dan
jasmaniah ini dapat dicapai melalui proses pendidikan, karena pendidikan
merupakan rangkaian dari bimbingan serta pengarahan terhadap potensi manusia
yang berupa kemampuan dasar dan kemampuan belajar. Sehingga terjadilah
perubahan dalam kehidupan pribadi manusia sebagai makhluk individu dan sosial
dalam segala lingkungan hidup.
Lewat pendidikan orang
mengharapkan supaya semua bakat kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa
dikembangkan secara maksimal, agar orang bisa mandiri dalam proses membangun
pribadinya.
Lembaga pendidikan dipandang
sevagai industri yang dapat mencetak jasa, yang dimaksud jasa di sini adalah
jasa pendidikan, yaitu suatu proses pelayanan dalam pengetahuan, sikap dan
tindakan keterampilan manusia dari keadaan sebelumnya menjadi semakin baik sebagai manusia seutuhnya. Oleh
sebab itulah pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi
oleh sektor pendidikan, sebab dengan bantuan pendidikan, setiap individu
diharapakan bisa maju berkembang dan di kemudian hari bisa mendapatkan
pekerjaan yang pantas.
Dalam ajaran Islam bahwa
pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tertinggi, karena pendidikan
merupakan salah satu perhatian sentral masyarakat. “ Tanpa pendidikan, manusia
sekarang tidak akan berbeda dengan manusia masa masa lampau, bahkan malah lebih
rendah atau jelek.
Oleh sebab itulah full day
school dapat menjadi salah satu alternative lembaga pendidikan bagi
masyarakat dalam meminimalisir merosotnya karakter suatu bangsa ini dari arus
globalisasi yang sekarang ini berkembang. Hal ini karena sedikitnya filter yang
dimiliki oleh masyarakat pada umunya selaku pelaksana dalam setiap kebijakan
yang muncul dalam bidang pendidikan dan pemerintah pada khusunya selaku aktor
dalam dunia kebijakan negara ini.
Hal ini disebabkan manajemen
lembaga pendidikan yang dikembangkan dalam full day school merupakan
bentuk komprehensif dari manajemen barat dan kearifan lokal daerah setempat
sehingga materi yang ada dalam kurikulum pun mengikuti perkembangan zaman dan
atas dasar perkembangan kearifan lokal masyarakat setempat seperti penerapan
mapel baca tulis qur’an (BTQ), scien club, dan program-program yang lainnya.
Selain itu metode yang digunakan dalam pemebelajaran juga relatif beraneka
ragam sehingga kondisi siswa senantiasa bersemangat dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di lingkungan tersebut ataupun di lingkungan rumahnya yang
disebabkan adanya pembiasaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Akhmad, M. dkk. 2000. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka
Setia.
Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Arruzz Media.
Daryanto dan Tasrial.
2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gava Media.
Hafidudin, Didin. 2003. Manajemen Syari’ah dalam Praktik.
Jakarta: Gema Insani.
Khobir, Abdul. 2010. Filsafat
Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi
dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Rahman,
Arif. 2002. Prinsip-Prinsip
Sekolah Unggul. Jakarta: Media Wacana.
Roestiyah. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka
Cipta.
Sudjana. 2004. Manajemen
Program Pendidikan. Bandung: Falah Production.
Sumiati, Endang. 2013. Strategi
Pencapaian QualityAssurance Model Full Day School di SDIT Ar-Rahman Pacitan.
Tesis. Perpustakaan: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sururi, Imam. 2012. Penerapan
Sistem Full Day School dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam
al-Munawwar Tulungagung. Tulunggagung: Skripsi tidak diterbitkan.
Suyanto, Slamet. 2008. Strategi Pendidikan Anak. Yogyakarta:
Hikayat.
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan
Sistem PAI. Jakarta: Gaung Persada Press.
Syaodih Sukmadinata, Nana.
2006. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Rosda Karya.
Ticho, “full day school vs sekolah tradisional”,http://ticho.multiply.com/journal/item/17/Full-Day-VS- Sekolah-Tradisional dalam google.co.id. Di Akses 20 September
2016.
Trianto. 2011. Model
Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Umar Fakhrudin, Asef.
2011. Terapan Quantum Learning. Yogyakarta: Laksana.
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. 2003.
Undang-undang Sisdiknas
(Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika.
2013.
[1] Undang-undang
Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), hlm. 7.
[2] Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 3.
[5]
Endang Sumiati, Strategi Pencapaian QualityAssurance Model Full Day School
di SDIT Ar-Rahman Pacitan, Tesis, (Perpustakaan: Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2013), hlm. 4-5.
[7] Ticho, “full day school vs sekolah tradisional”,http://ticho.multiply.com/journal/item/17/Full-Day-VS- Sekolah-Tradisional dalam google.co.id. Di Akses 20 September
2016.
[8]
Imam Sururi, Penerapan Sistem Full Day School dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di SD Islam al-Munawwar Tulungagung, (Tulunggagung: Skripsi
tidak diterbitkan, 2012), hlm. 6.
[10]
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan
Press, 2010), hlm. 111.
[11]
Didin Hafidudin, Manajemen Syari’ah dalam Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2003), hlm. 4.
[12]
M. Akhmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),
hlm. 13.
[13]
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Rosda
Karya, 2006), hlm. 4.
[14]
Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production,
2004), hlm. 17.
[15]
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2009), hlm. 113.
[17]
Sudjana, Manajemen Program Pendidikan . . ., hlm. 374.
[18]
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran . . ., hlm. 113.
[19] Daryanto
dan Tasrial, Konsep Pembelajaran Kreatif, (Yogyakarta: Gava Media,
2012), hlm. 111.
[20] Darwyn
Syah, Perencanaan Sistem PAI, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm.
141.
[21]
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem PAI . . ., hlm. 135.
[22]
Asef Umar Fakhrudin, Terapan Quantum Learning, (Yogyakarta: Laksana,
2011), hlm. 37.
[23] Trianto,
Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 56.
[24]
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem PAI . . ., hlm. 144.
[25] Roestiyah,
Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2011), hlm. 15.
[26]
Slamet Suyanto, Strategi Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Hikayat, 2008),
hlm. 45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar