BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan fondasi
yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT. (hablumminallah)
dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir
berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan
proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan
akhlak, moral, atau etika yang ditawarkan oleh barat, namun banyak juga
kelemahan dan kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan
pengetahuannya sangat terbatas.
Sebagaimana pengertian
akhlak yang telah dinukil oleh Muchson dan Samsuri, bahwa Al-Ghazali
mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai
(watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber
timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu
dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.[1]
Dalam buku yang berjudul
dasar-dasar pendidikan moral oleh Muchson dan Samsuri disebutkan, bahwa yang
dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri
dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang
menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi
seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok
dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.[2] Jadi,
akhlak itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan
muncul secara spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Kemudian, pendidikan
adalah semua yang dilakukan oleh kita dan oleh orang lain untuk kepentingan
kita agar mencapai karakteristik yang sempurna.[3]
Sedangkan dalam bahasa
Arab dan nash-nash Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dijelaskan bahwa
pendidikan adalah sebuah sistem sosial yang menetapkan pengaruh adanya efektif
dari keluarga dan sekolah dalam membentuk generasi muda dari aspek jasmani,
akal, dan akhlak.[4]
Pendidikan akhlak mulia yang
ditawarkan oleh Islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi kerancuan di
dalamnya. Karena, berasal langsung dari Al-khaliq (sang pencipta) Allah
SWT. yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW. Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
(hadits) kepada umatnya. Rasulullah SAW. sebagai uswah (panutan),
qudwah (tauladan) dan manusia terbaik yang selalu mendapatkan tarbiyah
(pendidikan) langsung dari Allah melalui malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu
dan berhasil mencetak para sahabat menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki izzah
(kemuliaan) di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah SWT.[5]
Kitab Tanbihul
Muta’allim adalah karya Kiyai Ahmad Maisur Sindi At-Thursidi dari Purworejo
pada tahun 1997, yang diterbitkan oleh Karya Toha Putra di Semarang. Kitab ini
disediakan dan disesuaikan untuk pelajar atau peserta didik pada umumnya agar
pelajar selamat dalam belajarnya ke arah cita-cita yang mulia.
Kitab yang berupa
antologi puisi Bahasa Arab sebanyak 56 bait ini merupakan kuliah akhlak guru
beliau; Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Jawa Timur. Kitab ini berisi
pendidikan akhlak seorang pelajar dalam menuntut ilmu yang telah diklasifikasi
menjadi beberapa bab secara spesifik antara lain : adab pelajar sebelum hadir
dalam majlis ilmu (tempat mencari ilmu), adab pelajar di tempat belajar,
adab pelajar setelah selesai dari belajar, adab pelajar yang berkenaan dengan dirinya
sendiri baik jiwa maupun raga, adab pelajar terhadap kedua orang tua, adab
pelajar terhadap guru, adab guru terhadap ilmu.[6]
Dari itulah penulis
ingin mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak yang ditawarkan oleh
Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi dalam kitab Tanbihul Muta’allim secara
mendalam, yang mana skripsi ini sebagai kajian ilmiah di bidang pendidikan
agama Islam dengan judul : “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul
Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi”. Penulis akan melakukan
penelitian ini dengan alasan sebagai berikut :
1. Kitab ini memuat nilai-nilai pendidikan akhlak pencari ilmu
secara singkat.
2. Isi kitab ini disajikan dalam bentuk nadzam berbahasa arab
sebanyak 56 bait.
3. Penulisan isi kitab ini dengan menggunakan kalimat yang
sederhana sehingga mudah dihafal dan dipahami oleh pelajar.
4. Kitab ini sudah banyak digunakan di berbagai lembaga pendidikan
seperti MTs Nurul Islam Pekalongan dan ponpes al-Hadi Pekalongan serta lembaga
pendidikan non formal yang lain.
5. Kitab ini sudah banyak diperjual belikan di toko-toko buku seperti
daerah Purworejo, Pekalongan, Semarang dan sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang dikaji
dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul
Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi ?
2. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul
Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi ?
Dari masalah ini agar
tidak terjadi kerancuan dalam peristilahan, maka diberikan penegasan istilah, yaitu:
1. Nilai-nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) bahwa kata nilai berarti banyak sedikitnya isi; kadar; mutu;
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.[7] Sedangkan
nilai dalam bahasa Inggrisnya adalah value, berasal dari kata valere
dalam bahasa Latin atau valoir dalam bahasa Prancis Kuno, yang biasa
diartikan sebagai ‘harga’, ‘penghargaan’, atau ‘taksiran’. Maksudnya adalah
harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan pada sesuatu.[8]
Nilai-nilai yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah sesuatu yang melekat atau terkandung dalam kitab Tanbihul
Muta’allim yang berkenaan dengan akhlak bagi seorang pencari ilmu atau
orang yang sedang belajar tentang suatu ilmu, baik ilmu Agama maupun ilmu yang
berkenaan dengan urusan dunia.
2. Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) bahwa kata pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik.[9]
Sedangkan menurut Ki
Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[10]
Pendidikan yang dimaksud
ini yaitu nilai suatu konsep yang digunakan sebagai proses untuk mengubah sikap
dan tata laku seorang pencari ilmu atau pelajar sehingga mampu mendewasakan
dirinya dalam hidup dan bersosial pada saat melakukan pencarian suatu ilmu demi
mendapatkan kemuliaan yang setinggi-tingginya.
3. Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) bahwa kata akhlak berarti budi pekerti, kelakuan.[11] Secara
singkat, definisi akhlak dalam bahasa Arab mempunyai arti perangai, kebiasaan,
watak, peradaban yang baik atau agama.[12]
Akhlak yang dimaksud
dalam penelitian ini ialah akhlak atau karakter yang terbentuk atas dasar
prinsip ketundukan, kepasrahan dan kedamaian sehingga mampu tertanam di dalam
jiwa para pencari ilmu.
4. Kitab Tanbihul Muta’allim
Kitab ini adalah karya Ahmad
Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang diterbitkan oleh Karya Toha Putra
di Semarang. Kitab ini disediakan dan disesuaikan untuk pelajar atau peserta
didik pada umumnya agar pelajar selamat dalam belajarnya ke arah cita-cita yang
mulia. Adapun nazam yang ada di dalam kitab itu hanya menazamkan dari tanbih as-Syeikh
yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu
Ireng, Jawa Timur.
Dari penegasan istilah
tersebut, maka yang dimaksud dari judul “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi” adalah
menelaah secara mendalam tentang pemikiran Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi dari
Purworejo yang berkenaan dengan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tanbihul Muta’allim.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk memperoleh jawaban dari beberapa permasalahan di atas, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tanbihul Muta’allim.
2. Untuk mengetahui relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul
Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi.
Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan agama Islam dan sekaligus penambah hasanah
perpustakaan perguruan tinggi.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1) Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan, informasi dan cakrawala ilmu yang berkenaan dengan
kependidikan sebagai referensi yang berupa bacaan ilmiah.
2) Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para pemerhati
pendidikan, baik kalangan pengajar, maupun masyarakat dalam mendidik, membina
dan mengembangkan tingkat pendidikan akhlak seorang pelajar atau pencari ilmu
dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelajar atau pencari ilmu
terhadap Agama, Bangsa dan Negaranya.
E. Tinjauan Pustaka
a. Analisis Teori
Dalam kehidupan
sehari-hari istilah etika, moral, norma, akhlak, budi pekerti, dan nilai sering
tidak dibedakan secara jelas sehingga terjadi kerancuan dalam penalaran.[13]
Kemudian istilah
pendidikan nilai, moral, etika, akhlak dan budi pekerti dalam pandangan
masyarakat pada umumnya sering dicampuradukkan. Hal ini terwakili dalam buku
pembelajaran nilai-karakter yang dinukil oleh Sutarjo Adisusilo bahwa Brian
Hill telah mengatakan: “When people talk about ‘values education’, they are
usually talking about moral, religius beliefs, values and ethics.” Kerancuan
pengertian tersebut dapat dimengerti karena nilai, moral, etika, akhlak, budi
pekerti bahkan karakter dalam kehidupan sehari-hari memang sering digunakan
dalam pengertian yang hampir sama. Hal tersebut dapat dipahami sebab unsur
dasar dalam setiap istilah tersebut saling bersinggungan satu sama lain dan
batasnya amat tipis.[14]
Adapun pendidikan nilai
yang dinukil oleh Sutarjo Adisusilo dalam buku yang berjudul pembelajaran
nilai-karakter menurut Thapar: “Value education is education in values and
education toward the inclucation of values.”[15]
Sebagaimana yang dinukil
oleh Sutarjo Adisusilo bahwa Hill mengatakan: pendidikan nilai harus mampu
membuat peserta didik menguasai pengetahuan yang berakar pada nilai-nilai
tradisionalnya yang mampu menolong menghadapi nilai-nilai modern, berempati
dengan persepsi dan perasaan orang-orang yang tradisional, mengembangkan
ketrampilan kritis dan menghargai nilai-nilai tersebut, mengembangkan diri
sehingga berketrampilan dalam membuat keputusan dan berdialog dengan orang lain
dan akhirnya mapu mendorong peserta didik untuk berkomitmen pada masyarakat dan
warganya.[16]
Kemudian Sutarjo
Adisusilo menukil kalimat dari Lickona yang merumuskan tujuan pendidikan nilai
adalah sebagai: “education has had two great goals: to help young people
become smart and to help them become
good.”[17]
Sebagaimana yang telah
dinukil oleh Sutarjo Adisusilo dalam bukunya pembelajaran nilai-karakter
mengatakan bahwa pencetus pendidikan karakter yang pertama yaitu pedagogi
Jerman yang bernama F.W. Foerster beliau menyebutkan karakter adalah sesuatu
yang mengualifikasi seorang pribadi, karakter menjadi identitas, menjadi ciri,
menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu
berubah.
Sedangkan ahli
pendidikan nilai Darmayati Zuchdi yang dinukil oleh Sutarjo Adisusilo bahwa
memaknai watak (karakter) sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi
sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan dan kematangan moral seseorang.[18]
Kedudukan akhlak dalam
kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat
dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana
akhlak masyarakatnya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan
bathinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan bathinnya.
Kejayaan seseorang terletak
pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi
aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak
mulia selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakukan kewajiban
terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi
hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.[19]
Akhlak diartikan sebagai
ilmu tata krama, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian
memberi nilai perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata
susila.[20]
Akhlak yang mulia dalam
agama Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban, menjauhi segala
larangan-larangan, memberikan hak kepada Allah, Makhluk, sesama manusia dan
alam sekitar dengan sebaik-baiknya.[21]
b. Penelitian Terdahulu
Adapun pada penelitian
terdahulu tidak ada yang membahas secara khusus tentang konsep nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim, akan tetapi yang ada
dalam skripsi hanya membahas konsep belajar dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim
dan relevansi antara konsep belajar dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim
dengan teori pendidikan masa kini (modern). Skripsi terdahulu ini disusun oleh Muhammad
Anas, Jurusan Tarbiyah
PRODI Pendidikan Agama Islam STAI PANA (Pancawahana) Bangil.
Kemudian dalam
penilitian yang lain yaitu membahas nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Abyan
al-Hawaij (karya K.H. Ahmad Rifai). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
nilai-nilai pendidikan akhlak dan karakteristik pendidikan akhlak dalam kitab Abyan
Al- Hawaij. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan
akhlak dalam kitab Abyan Al-Hawaij sangat selaras dengan nilai-nilai
pendidikan Akhlak dalam Islam walaupun lebih unik karena lebih condong pada
ajaran yang bersifat pendekatan kepada Allah SWT. dan taswuf. skripsi
ini disusun oleh Dwi Noviyanti dengan NIM: 232 03 041 tahun 2005 Jurusan
Tarbiyah PRODI PAI STAIN Pekalongan.[22]
Setelah itu dalam
penelitian yang lain membahas apa dan bagaimana pendidikan akhlak itu?. Adapun
tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
pemikiran Habib Lutfi bin Yahya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib Lutfi bin Yahya yang mana intisari dari
ajarannya bermuara pada adab sangat relevan jika diaplikasikan dalam
mengoptimalkan pendidikan akhlak yang tujuan utamanya pada sikap dan tingkah
laku mulia terutama pada anak didik, serta dapat dijadikan bimbingan konseling
di sekolah atau madrasah dan perguruan tinggi untuk mencapai kesempurnaan
akhlak. skripsi ini berjudul nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran
Habib Lutfi bin Yahya, disusun oleh Slamet Wahyudi tahun 2013 Jurusan Tarbiyah
PRODI PAI STAIN Pekalongan.[23]
c. Kerangka Berfikir
Menurunnya moral bangsa antara
lain disebabkan minimnya figur panutan dan kelemahan generasi muda seperti kami
ini yang tak banyak menguasai bahasa Arab. Sehingga tidak mampu membaca teks
klasik yang sebenarnya terdapat banyak poin etika dalam kehidupan.
Sebagai alternatif yang
bersifat preventiv, pendidikan diharapakan dapat mengembangkan kualitas
generasi muda bangsa ini dalam berbagai aspek, serta dapat memperkecil dan
mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
Kepribadian seseorang/
kelompok
|
Pola Sikap
Pola tingkah laku
|
Nilai
|
Nilai
menjadi acuan dalam menentukan sikap, dan sikap menjadi acuan dalam bertingkah laku.[24]
Melalui pendidikan
karakter yang diinternalisasikan di berbagai tingkat dan jenjang pendidikan,
diharapkan krisis karakter bangsa ini bisa segera diatasi. Lebih dari itu,
pendidikan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Menurut
pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003,
disebutkan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 ini, dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya
membentuk insan Indonesia yang cerdas namun juga, berkepribadian atau
berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh
berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.[25]
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara/ jalan yang
dipakai untuk melakukan kegiatan penelitian yang mencakup :
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian karya
ilmiah ini yaitu jenis penelitian pustaka (library research). Kajian
pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan
mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan bacaan
mencakup buku-buku, teks jurnal, majalah-majalah ilmiah dan hasil penelitian
yang terkait dengan judul karya ilmiah ini.[26]
Dengan demikian,
pembahasan dalam skripsi ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka terhadap
buku-buku karya Ahmad Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang berkenaan
dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif analisis
kritis. Bagdan dan Taylor, sebagaimana dikutip Moelong, mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dan perilaku yang
dapat diamati.[27]
Adapun pengertian
penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau
karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.[28]
Jadi penelitian
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya
menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.
Setelah gejala, keadaan, variabel dan gagasan dideskripsikan, kemudian
dianalisis secara kritis dengan upaya melakukan studi perbandingan atau
hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.[29]
Pendekatan ini digunakan
karena pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan juga dalam
penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, dalam arti hanya
menggambarkan dan menganalisis secara kritis terhadap suatu permasalahan yang
dikaji oleh peneliti yaitu tentang “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi”.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer
adalah sumber data yang diperoleh dari sumber utama.[30]
Dalam penelitian ini
yang menjadi sumber data primer adalah kitab Tanbihul Muta’allim karya
Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi dari Purworejo (Semarang: Karya Thoha Putra, 1997)
yang menjelaskan isi nazam yang dinukil dari tanbih as-Syeikh
yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu
Ireng, Jawa Timur yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah
sumber data yang diperoleh dari sumber pendukung.[31]
Adapun sumber data
sekunder dalam penelitian ini antara lain Adabul ‘Alim Wal Muta’allim karya
al-Syeik Hasyim ‘Asy’ari al-Janbani, Ta’limul Muta’allim karya
al-Zarnuji, terjemah Ta’limul Muta’allim karya Abu Aufa al-Dimawi, Etika
Menuntut Ilmu terjemah Ta’limul Muta’allim dengan penerjemah Achmad
Sunarto, Alala karya Muhammad Abu Bisyri al-Dimawi, Taisirul Khalaq
Fi ‘Ilmil Akhlaq karya Hafidz Hasan al-Mas’udi, Adabud Dunya Waddin karya
Abi Hasan ‘Ali bin Muhammad dan kitab-kitab
karya Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo serta buku-buku lain yang
berkenaan dengan penelitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan datanya menggunakan cara dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan transkrip,
buku, agenda dan sebagainya.[32] Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang
berkaitan
dengan kajian
yang berasal dari
dokumen-dokumen
seperti buku-buku yang ada di perpustakaan maupun kitab-kitab yang menjadi
rujukan dari penulisan kitab Tanbihul Muta’allim.
Pengumpulan data baik
primer maupun sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan membaca, memahami,
mengidentifikasi, menganalisis dan membandingkan sumber satu dengan yang lain,
yang terdapat dalam sumber data. Setelah terkumpul lalu diklasifikasikan sesuai
dengan sifatnya masing-masing dalam bab-bab tertentu untuk mempermudah analisis
data.[33]
4. Metode Analisis Data
Sesuai dengan jenis dan
sifat data yang yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik analis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analisys)
yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan melakukan
berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian ditarik kesimpulan sehingga
dapat digeneralisasikan menjadi sebuah teori, ide, atau sebuah gagasan baru.[34]
Weber sebagaimana
dikutip oleh Soejono dan Abdurrohman, mengatakan bahwa analisis isi adalah
metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik
kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.[35]
Artinya, data yang
kualitatif tekstual yang diperoleh dikategorikan dengan memilih data sejenis
kemudian data tersebut dianalisa secara kritis untuk mendapatkan suatu
informasi. Analisis isi (content analisys) dipergunakan dalam rangka
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi
al-Thursidi Purworejo dan buku-buku lain yang berkenaan dengan penelitian ini.
Adapun langkah-langkahnya
adalah dengan menseleksi teks yang akan diselidiki, menyusun item-item yang
spesifik, melaksanakan penelitian, dan mengetengahkan kesimpulan.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan
skripsi ini terdiri dari lima bab dan dari setiap bab dibagi menjadi sub-sub
bab. Untuk lebih jelasnya penulis kemukakan sistematika pembahasan sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan,
meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Teori-teori
pendidikan akhlak meliputi pengertian pendidikan dan akhlak, urgensi pendidikan
akhlak, macam-macam pendidikan akhlak, dan metode-metode pendidikan akhlak.
Bab III Konsep
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim meliputi biografi
kyai Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi dari Purworejo, nilai-nilai pendidikan
akhlak dalm kitab Tanbihul Muta’allim meliputi latar belakang penyusunan
kitab Tanbihul Muta’allim, kandungan umum pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul
Muta’allim.
Bab IV Analisis tentang
konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dan analisis relevansi konsep pendidikan
akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi
al-Thursidi.
Bab V Merupakan bab
terakhir atau penutup yang berisi tentang simpulan dan saran-saran.
[1]
Muchson dan Samsuri, Dasar-Dasar Pendidikan Moral, (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2013), hlm. 1.
[2]
Muchson dan Samsuri, op., cit., hlm. 26-27.
[3]
Muchson dan Samsuri, ibid, hlm. 22.
[4]
Muchson dan Samsuri, op., cit., hlm. 25.
[5]
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press,
2004), hlm.9.
[6]
Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi, Tanbihul Muta’allim, (Semarang: Karya
Toha Putra, 1997), hlm. 32.
[7]
Ebta Setiawan, KBBI- Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI Offline Versi 1.5,
Freewere, 2010.
[8]
Muchson dan Samsuri, op., cit., hlm. 21.
[9]
Ebta Setiawan, op., cit., …
[10]
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 17.
[11]
Ebta Setiawan, op., cit., …
[12]
Agus Wibowo, ibid,. hlm. 27.
[13]
Sutarjo Adi Susilo, Pembelajaran Nilai-Karakter (Konstruktivisme dan VCT
sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif), (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 53.
[14]
Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 69.
[15]
Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 70.
[16]
Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 71.
[17]
Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 72.
[18]
Sutarjo Adi Susilo, ibid..., hlm. 77.
[19]
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran, (Jakarta:
Amzah, 2007), hlm. 1.
[20]
Husain Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar, (Surabaya: Assegaf, tt), hlm. 87.
[21]
M. Yatimin Abdullah, op., cit., hlm. 2.
[22]
Dwi Noviyanti, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Abyan Al-Hawaij
(Karya K.H. Ahmad Rifai), Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan:
STAIN Pekalongan, 2005).
[23]
Slamet Wahyudi, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Pemikiran Habib Lutfi
Bin Yahya”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: STAIN
Pekalongan, 2013).
[24]
Sutarjo Adi Susilo, op., cit., hlm. 69.
[25]
Agus Wibowo, op., cit., hlm. 19.
[26]
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT. Renika Cipta,
1993), hlm. 311.
[27]
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 1989), hlm. 3.
[28]
Mudji Santoso, Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada Pembangunan
Lima Tahun Ke VI, dalam Imron Arifin (ed), Penelitian Kualitatif dalam
Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang : Kalimasahada, 1996), hlm. 13.
[29]
Suharsimi Arikunto, op., cit., hlm. 310.
[30]
Sarifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), hlm. 91.
[31]
Sarifuddin Azwar, ibid., hlm. 91.
[33]
Winarno Surachmad, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1993),
hlm. 193.
[34]
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989),
hlm. 47.
[35]
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta:
PT, Rineka Cipta, 1999) hlm. 13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar