Selasa, 15 September 2015
Tugas dan Akhlak Mursyid menurut Al-Ghazali
Nama : IMAM SYAFI’I
NIM : 2021 111 071
Semester : VII
Prodi : PAI (Tarbiyah)
A. Judul
“Tugas dan Akhlak Mursyid Terhadap Murid Menurut Imam Ghazali dalam Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin”
B. Latar Belakang Masalah
Kata mursyid dalam buku Terjemahan Ihya’ Ulumiddin Jilid 1 dengan penterjemah Drs. Moh. Zuhri, Muqoffin Muchtar Lc, dan M. Muqorrobin Misbah yang merupakan terjemahan dari buku asli berjudul Ihya Ulumiddin karangan Imam Ghazali disebutkan bahwa keadaan merenungkan (istibshar) itu adalah seutama-utama keadaan. Barangsiapa mengetahui, mengamalkan dan mengajar maka dialah orang yang disebut sebagai orang besar di kerajaan langit. Ia seperti matahari yang menerangi kepada selainnya dan ia menerangi pada dirinya. Dan seperti minyak kesturi yang mengharumi lainnya sedangkan ia harum.
Orang yang mengetahui dan tidak mengamalkannya adalah seperti buku yang memberi faidah kepada lainnya padahal ia sendiri kosong dari ilmu. Seperti batu pengasah menajamkan lainnya dan tidak dapat memotong. Dan seperti jarum yang memberi pakaian kepada lainnya sedangkan ia telanjang. Dan seperti sumbu lampu yang menerangi lainnya sedangkan ia terbakar.
Kata mursyid di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti orang yang menunjukkan jalan yang benar; guru agama; yang baik hidupnya; yang berbakti kepada Tuhan.
Sedangkan di dalam kamus bahasa arab al-Munawwir kata mursyid bermakna al-Dalil yang berarti penunjuk, pemimpin.
Betapapun ia sibuk mengajar dan ia telah menyandang urusan besar dan juga ada bahaya besar maka peliharalah tata kesopanan dan tugas-tugasnya, yaitu:
1. Tugas yang pertama adalah belas kasih kepada orang-orang yang belajar dan memperlakukan mereka seperti memperlakukan anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ لِوَلِدِهِ
Artinya : “Sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya”.7
2. Tugas yang kedua adalah ia mengikuti Pemilik Syara’ (Nabi) SAW. Maka ia tidak meminta upah karena memberitahukan ilmu, dan tidak bermaksud balasan dan terima kasih dengannya itu. Tetapi ia mengajar karena mencari keridhaan Allah Ta’ala dan mencari pendekatan diri KepadaNya.
3. Tugas yang ketiga adalah janganlah ia meninggalkan sedikitpun dari nasihat-nasihat guru.
4. Tugas yang keempat adalah hal-hal yang halus dari pekerjaan mengajar, yaitu mencegah murid dari akhlak yang buruk dengan jalan sindiran, sedapat mungkin tidak dengan terang-terangan, dengan jalan kasih sayang, tidak dengan jalan membuka rahasia.
5. Tugas yang kelima adalah orang yang bertanggung jawab dengan sebagian ilmu itu seyogya untuk tidak memburukkan ilmu-ilmu yang di luar keahliannya di kalangan muridnya.
6. Tugas yang keenam adalah ia mencukupkan bagi murid itu menurut kadar kemampuannya.
7. Tugas yang ketujuh adalah seyogya menyampaikan kepada murid yang pendek (akal) akan sesuatu yang jelas dan patut baginya, dan ia tidak menyebutkan kepadanya bahwa di balik ini ada sesuatu yang detail di mana ia menyimpannya dari padanya.
8. Tugas yang kedelapan adalah guru itu mengamalkan ilmunya, jangnlah ia mendustakan perkataannya karena ilmu itu diperoleh dengan pandangan hati sedangkan pengalaman itu diperoleh dengan pandangan mata. Padahal pemilik pandangan mata itu lebih banyak.
Dan dalam buku Mutiara Ihya’ Ulumuddin, Ringkasan yang ditulis sendiri oleh sang hujjatul-islam disebutkan bahwa mursyid bermakna pengajar dengan beberapa etika dan tugas tertentu antara lain:
Pertama, belas kasih kepada murid dan memperlakukannya sebagai anak, karena sabda Rasulullah Saw.;
إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ لِوَلِدِهِ
Artinya: ”Sesungguhnya aku bagi kalian adalah seperti bapak terhadap anaknya”. Bahkan ia adalah bapak yang sebenernya, karena bapak adalah sebab kehidupan fana, sementara pengajar adalah kehidupan abadi. Karena itu haknya didahulukan atas hak kedua orang tua. Adapun pengajaran untuk tujuan dunia, itu adalah sumber kebinasaan.jika demikian, maka hendaklah murid-murid orang itu saling mencintai, karena para ulama dan pecinta akhirat mengembara menuju Allah Swt. Dan melewati jalan kepada-Nya. Dunia beserta ketinggian dan kemasyurannya adalah sebagai jalan tersebut. Persahabatan di antara pengembara dari suatu negeri ke negeri lain menyebabkan saling mencintai. Apalagi perjalanan menuju Allah dan Firdaus tertinggi yang tiada kesempitan di dalam-Nya. Maka hindarilah persaingan karena firman-Nya;
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٠﴾
Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat [49]:10)
Kedua, mengikuti teladan Rasulullah Saw. yaitu tidak meminta upah. Rasulullah Saw. bersabda, ”janganlah meminta upah atas pengajaran”.
Allah Swt, berfirman;
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾
Artinya: (sambil berkata), "Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu. (QS Al-Insan [76]:9).
Seorang guru walaupun mempunyai jasa terhadap para murid, namun mereka juga mempunyai jasa terhadapnya, karena keberadaan mereka sebagai sebab yang mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. Dengan menanamkan ilmu dan keimanan ke dalam hati mereka.
Ketiga, tidak meninggalkan nasihat, seperti melarang anak didiknya meloncat pada tingkatan sebelum berhak menerimannya dan mendalami ilmu tersembunyi sebelum menguasai hukum-hukum yang jelas.
Keempat, menasihati murid dan mencegahnya dari akhlak tercela, tidak secara terang-terangan dapat menjatuhkan wibawanya. Hendaklah berlaku lurus terlebih dahulu sebelum memerintahkan anak didiknya berlaku lurus (istiqomah). Jika tidak, maka nasihat itu tidak bermanfaat, karena mengikuti perbuatan lebih berkesan daripada mengikuti perkataan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Tugas Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin?
2. Bagaimana Akhlak Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin?
3. Bagaimana relevansi Tugas dan Akhlak Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan Bagaimana Tugas Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin ?
2. Bagaimana Akhlak Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin ?
3. Bagaimana relevansi Tugas dan Akhlak Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin ?
E. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu tidak ada yang membahas secara khusus tentang tugas dan akhlak Mursyid terhadap Murid , akan tetapi yang ada dalam skripsi hanya membahas Peranan Guru Akidah Akhlak Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MI YAPPI Ringin Tumpang Semoyo Patuk Gunung Kidul Yang Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi terdahulu ini juga bertujuan untuk mengetahui usaha yang dilakukan sekolah untuk pembinaan akhlak siswa. Skripsi tersebut disusun oleh Yuni Khasanah dengan nomor induk mahasiswa: 08410260-E, tahun 2010.
Dan pada penelitian terdahulu yang lain hanya membahas Peranan Guru PAI Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Pada Masa Pubertas Di SMP Nurul Ulum Karangroto Semarang yang diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Wali Songo Semarang, yang mana skripsi ini membahas akhlak siswa dan peranan guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa pada masa pubertas di SMP Nurul Ulum Karangroto Genuk Semarang. Skripsi tersebut disusun oleh Nurul Khafshotul Maghfiroh dengan nomor induk mahasiswa: 3103235, tahun 2008.
F. Fokus Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti akan fokus mengkaji tentang tugas dan akhlak Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin serta ada atau tidaknya relevansi tugas dan akhlak Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin dengan judul skripsi, “Tugas dan Akhlak Mursyid terhadap Murid menurut Imam Ghazali dalam Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin”.
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini selaku Dosen Wali Studi, menerangkan bahwa Mahasiswa STAIN Pekalongan :
Nama : Imam Syafi’i
NIM : 2021 111 071
Prodi : PAI/ Tarbiyah
Semester : 6 (Enam)
Telah mengajukan judul kepada Dosen Wali Studi dan disetujui untuk diajukan kepada Ketua Program Studi PAI Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan.
Mengetahui,
Dosen Wali Studi
Ely Mufidah, M.S.I
NIP 19800422 200312 2 002
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
تَنْبِيْهُ اْلمُتَعَلِّمِ مألّف : اَلْأُسْتَاذُ اَلْعَالِم اَلْعَلَّامَةْ اَلْمُكَرَّمْ أَحْمَدْ مَيْسُوْر سِنْدِى اَلطُّرْسِدِى ...
-
Lampiran 1 : تَنْبِيْهُ اْلمُتَعَلِّمِ مألّف : اَلْأُسْتَاذُ اَلْعَالِم اَلْعَلَّامَةْ اَلْمُكَرَّمْ أَحْمَدْ مَيْسُوْر سِنْدِى ا...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar