Senin, 30 Desember 2019
Minggu, 29 Desember 2019
Sabtu, 28 Desember 2019
Rabu, 18 Desember 2019
Rabu, 11 Desember 2019
Rabu, 04 Desember 2019
Minggu, 01 September 2019
Minggu, 25 Agustus 2019
Selasa, 20 Agustus 2019
Senin, 19 Agustus 2019
Minggu, 18 Agustus 2019
Sabtu, 17 Agustus 2019
Senin, 12 Agustus 2019
Minggu, 11 Agustus 2019
Jumat, 09 Agustus 2019
Kamis, 08 Agustus 2019
Minggu, 04 Agustus 2019
Senin, 22 Juli 2019
Sabtu, 20 Juli 2019
Selasa, 16 Juli 2019
Senin, 15 Juli 2019
Minggu, 14 Juli 2019
Jumat, 12 Juli 2019
Selasa, 09 Juli 2019
Kamis, 04 Juli 2019
Jumat, 28 Juni 2019
Selasa, 25 Juni 2019
Senin, 24 Juni 2019
Jumat, 24 Mei 2019
Senin, 20 Mei 2019
Minggu, 19 Mei 2019
Minggu, 12 Mei 2019
Sabtu, 11 Mei 2019
Jumat, 10 Mei 2019
Kamis, 09 Mei 2019
Kamis, 25 April 2019
Minggu, 21 April 2019
Rabu, 20 Maret 2019
Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum PAI
PRINSIP DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
PAI
Oleh:
IMAM SYAFI'I, M.Pd.
RIZQY AMALIA, M.Pd.
Perkembangan
teknologi semakin lama semakin pesat. Hal ini mengakibatkan semakin cepatnya
perkembangan pemikiran peserta didik terutama peserta didik di Indonesia.
Perkembangan pesat dari teknologi ini juga berdampak pada kualitas pendidikan
yang diberikan oleh guru kepada para peserta didik yang diakibatkan oleh
perkembangan teknologi pendidikan juga sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena
itu kurikulum di indonesia juga sudah kesekian kali diubah untuk menyesuaikan
perkembangan pendidikan dengan perkembangan teknologi dan perkembangan peserta
didik.
Perubahan-perubahan
yang dilakukan pada kurikulum di Indonesia bertujuan untuk menyesuaikan dan
mengembangkan pendidikan Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Selain itu perubahan kurikulum juga
ditujukan untuk menyesuaikan perkembangan peserta didik.
Namun
dalam setiap perubahan kurikulum, sistem kurikulum di indonesia tidak selalu
berdampak positif, namun juga ada yang bersifat negatif sehingga diperlukan
adanya perbaikan kembali pada sistem pendidikan yang diterapkan pada saat itu.
Dalam
makalah ini penulis ingin menguraikan beberapa hal mengenai beberapa kurikulum
yang pernah diterapkan di Indonesia sebelumnya. Sehingga penulis dan pembaca
dapat memahami dan mengambil pelajaran dari rangkuman beberapa kurikulum yang
pernah diterapkan di Indonesia.
A.
Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam
dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Secara bahasa, kurikulum berasal dari
bahasa Yunani yaitu dari kata “curir” artinya pelari, dan “curere” yang artinya
tempat berpacu. Sehingga kurikulum diartikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
pelari.[1]
Sedangkan menurut istilah pengertian kurikulum dapat didefinisikan
sebagai berikut:
1.
J. Galen Saylor dan William
M. Alexander dalam bukunya Curriculum Planning for Better Teaching and
Learning sebagaimana dikutip oleh Nasution menjelaskan bahwa The
curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether
in the class room, or the playground, or out of school; Yaitu kurikulum
diartikan segala usaha sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, apakah di dalam
kelas, atau di halaman ataupun di luar sekolah.[2]
2.
David Pratt mendefinisikan
: “A curriculum is an organized set of formal educational and or training
intentions”; Yaitu kurikulum diartikan sebagai seperangkat organisasi pendidikan
formal atau pusat-pusat latihan.[3]
3.
Peter F. Oliva
mendefinisikan : “ Curriculum is everything that goes on within the school,
including extraclass activites, guidance, and interpesonal relationship”;
Yaitu kurikulum adalah sesuatu yang terjadi di sekolah termasuk kegiatan ektra
kelas, bimbingan dan hubungan antar perseorangan.[4]
4.
Kurikulum dalam pendidikan
Islam dikenal dengan istilah manhaj yang berarti jalan yang terang yang
dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap mereka.[5]
5.
Selain manhaj
kurikulum bisa diartikan dengan istilah muqarrar yang berarti ketetapan
yang diwajibkan pada pengajaran siswa dalam madrasah atau di kelas.[6]
Berdasarkan pada definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa kurikulum
diartikan tidak secara sempit atau terbatas pada mata pelajaran saja melainkan
dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan jsebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
B.
Pengertian
Pengembangan Kurikulum
Sudah disinggung pada awal bab ini bahwa banyak dari para ahli pendidikan
yang memberikan formulasi berbeda dalam mengartikan kurikulum. Akan tetapi
secara substansial adalah sama yaitu mengarah pada mata pelajaran. Yurmaini
Mainuddin memberikan definisi tentang pengembangan kurikulum bahwa pengembangan
kurikulum merupakan suatu upaya yang diberikan/disponsori oleh sekolah untuk
memberikan pengalaman edukatif dalam menumbuh kembangkan seluruh potensi
psikologi dan fisik siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.[7]
J. Hills menyatakan: “curriculum development could be summarised as the
planning, implimentation and evaluation of the educational” Pengembangan
kurikulum disini menunjuk pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
program pendidikan.[8]
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum
adalah upaya kegiatan edukatif yang dilakukan oleh sekolah untuk menumbuh
kembangkan seluruh potensi siswa dengan merencanakan, melaksanakan dan menilai
apa yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
C.
Asas-asas
Pengembangan Kurikulum
Dalam kegiatan pengembangan kurikulum didasarkan atas asas-asas yang
dijadikan dasar pertimbangan, yakni:
a.
Asas filosofis
Falsafah sebagai dasar dalam mengembangkan kurikulum, karena pada
hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan sesuai dengan falsafah yang dianut
oleh negara masing-masing seperti religius atau sekuler, demokratis atau
otoriter akan mempunyai tujuan tersendiri dan menentukan bahan pelajaran yang
khas untuk mewujudkan tujuan itu.[9]
b.
Asas sosiologis
Asas ini sebagi dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari harus
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.[10]
Masyarakat yang berbeda maka kurikulumnya akan berbeda satu dengan yang lain
seperti masyarakat industri atau agraris berbeda dengan masyarakat
modern/tradisional, daerah pegunungan berbeda dengan masyarakat pantai dan lain
sebagainya.
c.
Asas organisatoris
Asas ini berhubungan dengan
masalah pengorganisasian kurikulum, yaitu tentang bentuk penyajian mata-mata
pelajaran yang harus disampaikan kepada anak.[11] Kurikulum yang organisasinya bersifat subject
centered, yakni disusun menurut mata pelajaran yang terpisah-pisah akan
berbeda sekali dengan kurikulum yang organisasinya bersifat unit yang mengintegrasikan
semua bahan pelajaran.
d.
Asas Psikologi
Asas psikologi
memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta
caranya belajar agar bahan yang disediakan mudah dicerna dan dikuasai oleh anak
sesuai dengan taraf perkembangannya.[12]
D.
Prinsip-Prinsip
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum dikembangkan berdasarkan dalil-dalil sebagai
berikut:
1.
Inevitability of Change
As a point of departure, it has
already been postulated that change is both invitable and necessary, for it is
through change that life forms grow and develop.[13]
Aksioma 1 sebagai langkah permulaan, itu telah mendalilkan bahwa perubahan
adalah perlu dan tidak dapat dihindarkan, oleh karenanya melalui perubahan,
hidup tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini manusia tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kemampuan mereka untuk bereaksi terhadap perubahan yang terjadi dan
untuk menyesuaikan ke kondisi yang berubah-ubah. Sehingga masyarakat dan
institusi nya secara terus menerus menghadapi permasalahan yang harus mereka
jawab (pecahkan) atau binasa apabila tidak dapat merespon permasalahan yang
muncul.
2.
Curriculum as a Product
of ItsTime
The second axiom is a corollary of the first axiom. Quite
simply, a school curriculum not only reflects but is a product of its time.[14]
Dengan sederhana suatu kurikulum sekolah tidak hanya mencerminkan tetapi adalah
suatu hasil dari waktu (perubahan) yang sudah ada. Dengan demikian kurikulum adalah
hasil dari perubahan yang terjadi pada waktu itu untuk menyesuaikan tuntutan
masyarakat yang dibutuhkan pada saat itu.
3.
Concurrent Changes
Curriculum changes made at an earlier period of time can
exist concurrently with never curriculum changes at a later period of time.[15]
yakni perubahan Kurikulum dapat dilakukan lebih awal pada saat suatu kurikulum
ada atau perubahan kurikulum dapat dilakukan bersamaan pada saat kurikulum
sudah ada (dilaksanakan). Dalam hal ini revisi kurikulum harus dilaksanakan meskipun
tiba-tiba, namun biasanya pengembang kurikulum melaksanakannya secara bertahap
secara berangsur-angsur dan menghapus setahap demi setahap apa yang sudah ada, meski
merupakan tugas yang sulit namun namun hal itu merupakan tantangan bagi mereka.
4.
Change in People
Curriculum change results from changes in people.[16]
Perubahan Kurikulum diakibatkan oleh perubahan pada manusia. Dalam hal ini
pengembang kurikulum harus memulai suatu usaha untuk merubah orang yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi perubahan kurikulum. Usaha ini melibatkan
orang-orang dalam proses pengembangan kurikulum untuk memperoleh komitmen
mereka kepada perubahan itu.
5.
Coorperative Endeavor
Curriculum improvement is effected as a result of
cooperative endeavor on the part of groups,[17]
yakni Peningkatan Kurikulum diakibatkan sebagai hasil usaha kerjasama pada
pihak kelompok. Jadi peningkatan atau keberhasilan kurikulum adalah hasil kerja
sama berbagaii pihak baik perencana, masyarakat, siswa dan lain sebagainya yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kurikulum.
6.
Decision-Making Process
Curriculum
development is basically a decision-making process.[18]
Yakni,
Pengembangan
Kurikulum pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan.
E.
Komponen-Komponen
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
sebagai suatu sistem keseluruhan memiiki komponen yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya, yakni : a). Tujuan, b). Isi (materi) c). Strategi
belajar mengajar, d). Media mengajar e). Evaluasi /penilaian.[19]
1.
Tujuan
Ada dua tujuan yang
terdapat dalam sebuah kurikulum sekolah, yakni sebagai berikut :
a.
Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.
Tujuan ini biasanya
meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, Sikap dan nilai-nilai yang
diharapkan dimiliki oleh para lulusan, Sekolah yang bersangkutan. Itulah
sebabnya tujuan ini disebut tujuan institusional/kelembagaan, Penyelenggaraan
tujuan pendidikan menengah bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis,
menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos dan budaya
kerja, dan dapat memasuki dunia kerja atau mengikuti pendidikan lebih lanjut.[20]
b.
Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi.
Tujuan ini adalah
penjabaran tujuan institusional di atas yang meliputi tujuan kurikulum dan
instruksional yang terdapat dalam setiap GBPP tiap bidang studi. Baik tujuan
kurikulum maupun instruksional juga mencakup aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki anak setelah
mempelajari tiap bidang studi dan pokok bahasan dalam proses pengajaran.
Tujuan kurikulum
meliputi:[21]
1.
Tujuan Umum
Dalam tujuan ini
kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami
proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan
nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus disebut
juga tujuan mata ajaran. Isi (materi) Komponen isi berupa materi yang di
programkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Isi atau
materi tersebut biasanya berupa materi-materi bidang studi.[22]
Materi
kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari
bahan kajian/topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses
belajar dan pembelajaran.
2.
Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing
satuan pendidikan.
3.
Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi
yang hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.[23]
F.
Sejarah Perkembangan
Kurikulum Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun
1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006.[24]
a.
Kurikulum Rencana Pelajaran
(1947-1968)
1.
Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum yang digunakan
di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan
pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang
diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda. Sistem pendidikan
belanda pun bersifat diskriminatif.
2.
Rencana Pelajaran Terurai
1952
Ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pada masa itu juga dibentuk Kelas
Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan
ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang
SMP, bisa langsung bekerja.
3.
Kurikulum Rencana
Pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Kurikulum 1964 juga menitik
beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang
kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Pada saat itu pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang
disesuaikan dengan perkembangan anak. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Cara belajar
dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu pemerintah
menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa
diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga,
dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk
manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada
ketetapan MPRS No II tanun 1960. Kurikulum 1964 bersifat separate subject
curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang
studi (Pancawardhana).
4.
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968
memiliki perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum
1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968
bertujuan agar pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 disebut
sebagai kurikulum bulat. Karena kurikulum ini hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
b.
Kurikulum Berorientasi
Pencapaian Tujuan (1975-1994)
1.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975
sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya
sebagai berikut.
1) Berorientasi
pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa
yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan.
2) Menganut
pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3) Menekankan
kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4) Menganut
pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI).
5) Dipengaruhi
psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan
teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.
2.
Kurikulum 1984
Kurikulum 1984
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Berorientasi
kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman
belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif.
2) Pendekatan
pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
3) Materi
pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran.
4) Menanamkan
pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.
5) Materi
disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada
jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret,
semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari
contoh-contoh ke kesimpulan.
6) Menggunakan
pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan
belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
3.
Kurikulum 1994
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari
pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
1) Pembagian
tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Diharapkan agar siswa
memperoleh materi yang cukup banyak.
2) Pembelajaran
di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran/isi)
3) Kurikulum
1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum inti
untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
4) Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
5) Dalam
pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah siswa.
6) Pengajaran
dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7) Pengulangan-pengulangan
materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
c.
Kurikulum Berbasis
Kompetensi dan KTSP
Kurikulum 2004 lebih populer dengan
sebutan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan
reformasi diantaranya UU No 2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun
2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah
otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan.j pendidikan
nasional.
KBK tidak lagi mempersoalkan proses
belajar, proses pembelajaran dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang
terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang
diharapkan. Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge,
understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan
aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya.
Sedangkan KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu
pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
1) Kerangka
dasar dan struktur kurikulum,
2) Beban
belajar,
3) Kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan
4) Kalender
pendidikan.
d.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun
penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten
pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan pendidikan dan
jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum
sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis,
kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari
prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa
di masa mendatang.
Kurikulum 2013
bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi: 1)
Manusia berkualitas yang mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2)
Manusia terdidik yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri; 3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyanto, Burhan. 1988. Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE.
Pratt, David. 1980. Curriculum:
Design and Development, San Diego: Harcourt Brace Jovanovich.
Direktorat Jendral Kelembagaan
Agama Islam, 2004. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2004 Untuk Madrasah,
Jakarta: DEPAG RI.
Ahmad,
M. dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Pustaka Setia.
Basir, M. Muzammil. dan
Said, M. Malik. 1995. Madkhola ila al-Manhaj wa Turuqu al-Tadris. Daru
al-Liwa’ Linnasyri wa al-Tauzik: Mamlakah Arabiyah Su’udiyah.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhammad, Omar. 1984. Filsafat
Pendidikan Islam. (terj. Hassan Langgulung), Jakarta: Bulan Bintang.
Hills, P. J. Adictionary
of Education. London: Routledge A Kegan Paul.
Olive, Peter F. 1982. Developing
the Curriculum, Boston: Little, Brown and Company.
Nasution, S. 2001. Asas-Asas
Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S. 1993. Pengembangan
Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Subandijah. 1992. Pengembangan dan
inovasi kurikulum. jakarta: Raja Grafindo persada.
Sudjana, Nana. Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1991.
[1]
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 1991), hlm. 4.
[2] S.
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet.4, hlm.
4-5.
[3]
David Pratt, Curriculum : Design and Development, (San Diego: Harcourt
Brace Jovanovich, 1980), hlm. 4
[4]
Peter F. Olive, Developing the Curriculum, (Boston: Little, Brown and
Company, 1982), hlm. 6.
[5]
Omar Muhammad, Filsafat Pendidikan Islam, (terj. Hassan Langgulung),
(Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 478.
[6] M.
Muzammil Basir dan M. Malik Said, Madkhola ila al-Manhaj wa Turuqu al-Tadris,
(Daru al-Liwa’ Linnasyri wa al-Tauzik: Mamlakah Arabiyah Su’udiyah, 1995), hlm.
16.
[7]
Yurmaini Mainudin, Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum yang menjiwai
Tercapainya Lulusan yang Kreatif dalam Konveksi Nasional Pendidikan II,
Kurikulum untuk Abad 21, (Jkarta: Grasindo, 1994), hlm. 48.
[8] P.
J. Hills, Adictionary of Education, (London: Routledge A Kegan Paul,
1982), hlm. 22.
[9] S.
Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993),
Cet. v, hlm. 1.
[10]
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, . . . , hlm. 2.
[11]
Burhan Nurgiyanto, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah,
(Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm. 16.
[12]
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, . . . , hlm. 2.
[13]
Peter F. Olive, Developing the Curriculum, . . . , hlm. 30.
[14]
Peter F. Olive, Developing the Curriculum, . . . , hlm. 31.
[15]
Peter F. Olive, Developing the Curriculum, . . . , hlm. 33.
[16]
Peter F. Olive, Developing the Curriculum, . . . , hlm. 36.
[17]
Peter F. Olive, Developing the Curriculum, . . . , hlm. 37.
[18]
Peter F. Olive, Developing the Curriculum, . . . , hlm. 38.
[19]
Peter F. Olive, Developing the Curriculum, . . . , hlm. 3.
[20]
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum 2004 Untuk Madrasah, (Jakarta: DEPAG RI,
2004), hlm. 9.
[22] Subandijah, Pengembangan dan inovasi kurikulum, (jakarta: Raja Grafindo
persada, 1992), hlm. 5.
[23]
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
Cet. 3, hlm. 37.
[24]
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, . . . , hlm. 70.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
تَنْبِيْهُ اْلمُتَعَلِّمِ مألّف : اَلْأُسْتَاذُ اَلْعَالِم اَلْعَلَّامَةْ اَلْمُكَرَّمْ أَحْمَدْ مَيْسُوْر سِنْدِى اَلطُّرْسِدِى ...
-
Lampiran 1 : تَنْبِيْهُ اْلمُتَعَلِّمِ مألّف : اَلْأُسْتَاذُ اَلْعَالِم اَلْعَلَّامَةْ اَلْمُكَرَّمْ أَحْمَدْ مَيْسُوْر سِنْدِى ا...