BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan fondasi
yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah swt (hablumminallah)
dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir
berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan
proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan
akhlak, moral, atau etika yang ditawarkan oleh barat, namun banyak juga
kelemahan dan kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan
pengetahuannya sangat terbatas.
Sementara pendidikan
akhlak mulia yang ditawarkan oleh Islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi
kerancuan di dalamnya. Karena, berasal langsung dari al-khaliq Allah swt., yang
disampaikan melalui Rasulullah Mukhammad saw. Dengan Al-Qur’an dan Sunnah
kepada umatnya. Rasulullah saw. sebagai uswah, qudwah dan manusia terbaik
selalu mendapatkan tarbiyah ‘pendidikan’ langsung dari Allah melalui
malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu dan berhasil mencetak para sahabat
menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki izzah di hadapan umat lain dan
akhlak mulia di hadapan Allah.[1]
Pada tahun 1649 M.
lembaga ilmiah Prancis hanya mendefinisikan pendidikan/education sebagai
pembentukan jiwa dan raga, tanpa membedakan antara pengajaran dan pendidikan.
Adapun para filososf
Barat, mereka memberikan definisi yang bervariasi tentang pendidikan antara
lain; pendidikan adalah pembentukan individu melalui pembentukan jiwanya, yaitu
dengan membangkitkan kecenderungan-kecemderungannya yang bermacam-macam.
Ada lagi yang
berpendapat bahwa pendidikan adalah semua yang dilakukan oleh kita dan oleh
orang lain untuk kepentingan kita agar mencapai karakteristik yang sempurna.[2]
Sedangkan dalam bahasa
Arab dan nash-nash Islam --Al-Qur’an dan As-Sunnah-- dijelaskan bahwa
pendidikan adalah sebuah sistem sosial yang menetapkan pengaruh adanya efektif
dari keluarga dan sekolah dalam membentuk generasi muda dari aspek jasmani,
akal, dan akhlak.[3]
Kemudian yang dimaksud
dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari
karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang
menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi
seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok
dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.[4]
Seperti kita semua
sepakati bahwa di era hidup kita saat ini yaitu era modern yang mana peradaban
Barat atau lembaga-lembaga internasional yang memihak negara-negara besar dalam
seluruh keputusannya, atau sistem Dunia Baru yang datang setelah Perang Teluk
II--dunia dengan ketidakjelasan dan kekacauan dalam nilai-nilai akhlaknya.
Kekacauan ini merupakan
penyebab kegetiran yang dirasakan oleh manusia secara individu, masyarakat
maupun umat, yang membuat orang-orang kaya makin kaya sementara orang-orang
miskin makin miskin, orang-orang kuat makin kuat sementara orang-orang lemah
makin lemah.
Setelah peneliti
mempelajari kitab Tanbihul Muta’allim, maka penulis ingin untuk mengetahui
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Ta’lim Muta’allim dan relevansi kitab
itu dengan teori pendidikan akhlak modern. Itulah yang melatarbelakangi
penulisan skripsi ini sebagai kajian ilmiah di bidang pendidikan agama Islam
dengan judul : “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim ditinjau
dari Teori Pendidikan Akhlak Masa Kini (Modern)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang akan
dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul
Muta’allim?
2. Apakah ada relevansi antara nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori-teori pendidikan akhlak masa kini
(modern)?
Dari masalah ini agar
tidak terjadi kerancauan dalam peristilahan, maka diberikan penegasan istilah, yaitu:
1. Nilai-nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) bahwa kata nilai berarti banyak sedikitnya isi; kadar; mutu;
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.[5]
Sedangkan nilai dalam
bahasa Inggrisnya adalah value, berasal dari kata valere dalam
bahasa Latin atau valoir dalam bahasa Prancis Kuno, yang biasa diartikan
sebagai ‘harga’, ‘penghargaan’, atau ‘taksiran’. Maksudnya adalah harga yang
melekat pada sesuatu atau penghargaan pada sesuatu.[6]
Nilai-nilai yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang melekat atau terkandung dalam
kitab Tanbihul Muta’allim yang berkenaan dengan akhlak bagi seorang pencari
ilmu atau orang yang sedang belajar tentang suatu ilmu, baik ilmu Agama maupun
ilmu yang berkenaan dengan urusan dunia.
2. Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) bahwa kata pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik.[7]
Istilah pendidikan
berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”
mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dengan education, yang berarti pengembangan atau
bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah pendidikan ini sering diterjemahkan dengan
tarbiyah, yang berarti pendidikan.
Sedangkan menurut Ki
Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[8]
Pendidikan yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu nilai suatu konsep yang digunakan sebagai proses
untuk mengubah sikap dan tata laku seorang pencari ilmu atau pelajar sehingga
mampu mendewasakan dirinya dalam hidup dan bersosial pada saat melakukan
pencarian suatu ilmu demi mendapatkan kemuliaan yang setinggi-tingginya.
3. Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) bahwa kata akhlak berarti budi pekerti, kelakuan.[9] Secara
singkat, definisi akhlak dalam bahasa Arab mempunyai arti perangai, kebiasaan,
watak, peradaban yang baik atau agama.[10]
Akhlak yang dimaksud
dalam penelitian ini ialah akhlak atau karakter yang terbentuk atas dasar
prinsip ketundukan, kepasrahan dan kedamaian sehingga mampu tertanam di dalam
jiwa para pencari ilmu.
4. Kitab Tanbihul Muta’allim
Kitab ini adalah karya Ahmad
Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang diterbitkan oleh Karya Toha Putra
di Semarang. Kitab ini disediakan dan disesuaikan untuk pelajar atau peserta
didik pada umumnya agar pelajar selamat dalam belajarnya ke arah cita-cita yang
mulia. Adapun nazam yang ada di dalam kitab itu hanya menazamkan dari tanbih as-Syeikh
yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu
Ireng, Jawa Timur.
5. Teori
Teori yang dimaksud
yaitu pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data
dan argumentasi atau asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau
ilmu pengetahuan.[11]
Dari penegasan istilah
tersebut, maka yang dimaksud dari judul “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tanbihul Muta’allim ditinjau dari Teori Pendidikan Akhlak Masa Kini
(Modern)” adalah menelaah secara mendalam tentang pemikiran Ahmad Maisur
Sindi Al-Thursidi dari Purworejo yang menjelaskan isi nazam yang dinukil dari
tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok
Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan
akhlak.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari beberapa permaslahan di
atas, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tanbihul Muta’allim.
2. Untuk mengetahui apakah ada relevansi konsep nilai-nilai
pendidikan dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori pendidikan akhlak masa
kini (modern).
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai
sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
pendidikan agama Islam dan sekaligus sebagai penambah khasanah perpustakaan
perguruan tinggi.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1) Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan, informasi dan cakrawala ilmu yang berkenaan dengan
kependidikan sebagai referensi yang berupa bacaan ilmiah.
2) Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para pemerhati
pendidikan, baik kalangan pengajar, maupun masyarakat dalam mendidik, membina
dan mengembangkan tingkat pendidikan akhlak seorang pelajar atau pencari ilmu
dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelajar atau pencari ilmu
terhadap Agama, Bangsa dan Negaranya.
E. Tinjauan Pustaka
a. Analisis Teori
Kedudukan akhlak dalam
kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun
masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada
bagaimana akhlak masyarakatnya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir
dan bathinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan bathinnya.
Kejayaan seseorang
terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang
menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang
berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakukan
kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan
yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.[12]
Akhlak diartikan sebagai
ilmu tata krama, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian
memberi nilai perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata
susila.[13]
Akhlak yang mulia dalam
agama Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban, menjauhi segala
larangan-larangan, memberikan hak kepada Allah, Makhluk, sesama manusia dan
alam sekitar dengan sebaik-baiknya.[14]
Bangsa kita, sepertinya
saat ini kehilangan kearifan lokal yang menjadi karakter budaya bangsa sejak
berabad-abad lalu. Seperti maraknya kasus tawuran antar pelajar, antar
mahasiswa dan antar kampung. Tindak korupsi di semua lini kehidupan dan
institusi. Kebohongan publik yang telah menjadi bahasa sehari-hari. Tidak ada
kepastian hukum, karena pada praktiknya hukum kita bisa diperjualbelikan.
Parahnya lagi, bangsa ini miskin figur yang bisa jadi contoh kongkret, serta
ditauladani oleh masyarakat. Maka tidak heran jika pembentukan dan pembinaan
karakter bangsa menuju masyarakat yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan
menjunjung tinggi semangat nasionalisme laksana kapal tanpa pedoman di tengah
luasnya samudra.[15]
b. Kerangka Berfikir
Menurunnya moral bangsa
bukan hanya karena disebabkan minimnya figur panutan. Tetapi mungkin juga
karena kelemahan generasi muda seperti kami ini yang tak banyak menguasai
bahasa Arab. Sehingga tidak mampu membaca teks klasik yang sebenarnya terdapat
banyak poin etika dalam kehidupan.
Sebagai alternatif yang
bersifat preventiv, pendidikan diharpakan dapat mengembangkan kualitas generasi
muda bangsa ini dalam berbagai aspek, serta dapat memperkecil dan mengurangi
penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
Melalui pendidikan
karakter yang diinternalisasikan di berbagai tingkat dan jenjang pendidikan,
diharapkan krisis karakter bangsa ini bisa segera diatasi. Lebih dari itu,
pendidikan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Menurut pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun
2003, disebutkan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 ini, dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya
membentuk insan Indonesia yang cerdas namun juga, berkepribadian atau
berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh
berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.[16]
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara/ jalan yang
dipakai untuk melakukan kegiatan penelitian yang mencakup :
1. Jenis dan Pendekatan Penelitia
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian karya
ilmiah ini yaitu jenis penelitian pustaka (library research). Kajian
pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan
mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan bacaan
mencakup buku-buku, teks jurnal, majalah-majalah ilmiah dan hasil penelitian
yang terkait dengan judul karya ilmiah ini.[17]
Dengan demikian,
pembahasan dalam skripsi ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka terhadap
buku-buku karya Ahmad Maisur Sindi Al-Tursidi dari Purworejo yang menjelaskan
isi nazam yang dinukil dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu Hasyim
Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur yang berkenaan
dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif analisis
kritis. Bagdan dan Taylor, sebagaimana dikutip Moelong, mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dan perilaku yang
dapat diamati.[18]
Adapun pengertian
penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau
karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.[19]
Jadi penelitian
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya
menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.
Setelah gejala, keadaan, variabel dan gagasan dideskripsikan, kemudian
dianalisis secara kritis dengan upaya melakukan studi perbandingan atau
hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.[20]
Pendekatan ini digunakan
karena pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan juga dalam
penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, dalam arti hanya
menggambarkan dan menganalisis secara kritis terhadap suatu permasalahan yang dikaji
oleh peneliti yaitu tentang “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab
Tanbihul Muta’allim ditinjau dari Teori Pendidikan Akhlak Masa Kini (Modern)”.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer
adalah sumber data yang diperoleh dari sumber utama.[21]
Dalam penelitian ini
yang menjadi sumber data primer adalah kitab tanbihul muta’allim karya Ahmad
Maisur Sindi al-Thursidi Purworejo (Semarang: Karya Thoha Putra, tt) yang
menjelaskan isi nazam yang dinukil dari tanbih as-Syeikh yang sangat ‘alim yaitu
Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur yang
berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder
adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pendukung.[22]
Adapun sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi
al-Thursidi Purworejo dan as-Syeikh Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok
Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur dan buku-buku lain yang berkenaan dengan
penelitian ini (nilai-nilai pendidikan akhlak).
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data baik
primer maupun sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi literatur,
yaitu dengan membaca, memahami, mengidentifikasi, menganalisis dan
membandingkan sumber satu dengan yang lain, yang terdapat dalam sumber data.
Setelah terkumpul lalu diklasifikasikan sesuai dengan sifatnya masing-masing
dalam bab-bab tertentu untuk mempermudah analisis data.[23]
4. Metode Analisis Data
Sesuai dengan jenis dan
sifat data yang yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik analis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analisys)
yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan melakukan
berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian ditarik kesimpulan sehingga
dapat digeneralisasikan menjadi sebuah teori, ide, atau sebuah gagasan baru.[24]
Weber sebagaimana
dikutip oleh Soejono dan Abdurrohman, mengatakan bahwa analisis isi adalah
metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik
kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.[25]
Artinya, data yang
kualitatif tekstual yang diperoleh dikategorikan dengan memilih data sejenis
kemudian data tersebut dianalisa secara kritis untuk mendapatkan suatu
informasi. Analisis isi (content analisys) dipergunakan dalam rangka
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari kitab-kitab karya Ahmad Maisur Sindi
al-Thursidi Purworejo dan as-Syeikh Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pondok
Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur dan buku-buku lain yang berkenaan dengan
penelitian ini (nilai-nilai pendidikan akhlak).
Adapun
langkah-langkahnya adalah dengan menseleksi teks yang akan diselidiki, menyusun
item-item yang spesifik, melaksanakan penelitian, dan mengetengahkan kesimpulan.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan
skripsi ini terdiri dari lima bab dan dari setiap bab dibagi menjadi sub-sub
bab. Untuk lebih jelasnya penulis kemukakan sistematika pembahasan sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan, meliputi
: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Berpikir, Metode Penelitian, dan
Sistematika Pembahasan.
Bab II Konsep
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim meliputi riwayat
hidup kiyai Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi dari Purworejo, nilai-nilai
pendidikan akhlak dalm kitab Tanbihul Muta’allim meliputi latar belakang
(sejarah kitab Tanbihul Muta’allim), klasifikasi pendidikan akhlak dalam kitab
Tanbihul Muta’allim, makna pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab
Tanbihul Muta’allim, kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan kitab
Tanbihul Muta’allim.
Bab III Teori-teori
pendidikan akhlak masa kini (modern) meliputi pengertian pendidikan dan akhlak,
latar belakang munculnya pendidikan akhlak pada masa kini (modern), urgensi
pendidikan akhlak pada masa kini (modern), macam-macam pendidikan akhlak masa
kini (modern).
Bab IV Analisis tentang
konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim, dan analisis
teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern), serta analisis relevansi
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan
teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern).
Bab V Merupakan bab
terakhir atau penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Mahmud, Ali. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta:
Gema Insani Press.
Al-Habsyi, Husain. Tt. Kamus Al-Kautsa. Surabaya:
Assegaf.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian.
Jakarta : PT. Renika Cipta.
Azwar, Sarifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
J. Moelong, Lexi. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung
: PT. Remaja Rosda Karya.
Muchson dan Samsuri. 2013. Dasar-Dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Santoso, Mudji. 1996. Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis
Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI. dalam Imron Arifin (ed), Penelitian
Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang : Kalimasahada.
Setiawan, Ebta. 2010. KBBI- Kamus Besar Bahasa Indonesia, Offline
Versi 1.5.
Soejono dan Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian: Suatu
Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Surachmad, Winarno. 1993. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter (Strategi
Membangun Karakter Bangsa Berperadaban). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yatimin Abdullah, M. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif
al-Quran. Jakarta: Amzah.
H. Penelitian Terdahulu
Adapun pada penelitian
terdahulu tidak ada yang membahas secara khusus tentang konsep nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dan relevansi anatara konsep
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori
pendidikan akhlak modern, akan tetapi yang ada dalam skripsi hanya membahas konsep
belajar dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim dan relevansi antara konsep belajar
dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim dengan teori pendidikan masa kini (modern). Skripsi
terdahulu ini disusun oleh Pendidikan
Agama Islam PANCAWAHANA ( STAI PANA ) Bangil Jurusan Pendidikan Agama Islam
(Tarbiyah)
Kemudian dalam penilitian
yang lain yaitu membahas nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Abyan
Al-Hawaij (karya K.H. Ahmad Rifai), skripsi terdahulu ini disusun oleh Dwi
Noviyanti dengan NIM: 232 03 041 tahun 2005 Jurusan Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan.[26]
Setelah itu dalam
penelitian yang lain adalah nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pemikiran Habib
Lutfi bin Yahya, skripsi terdahulu ini disusun oleh Slamet Wahyudi tahun 2013
Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan.[27]
I. Fokus Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti akan fokus
mengkaji tentang konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul
Muta’allim dan relevansi antara konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tanbihul Muta’allim dengan teori pendidikan akhlak masa kini (modern).
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB TANBIHUL MUTA’ALLIM
A. Riwayat Hidup Kiyai Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi
1. Biografi Kiyai Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi
2. Setting Sosial
3. Karya-karya Kiyai Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi
B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Muta’allim
1. Sejarah (Latar Belakang) Kitab Tanbihul Muta’allim
2. Klasifikasi Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Muta’allim
Dalam kitab Tanbihul
Muta’allim penulis mengklasifikasikan pendidikan akhlak yang perlu untuk
dipenuhi oleh para pencari ilmu menjadi 7 bagian yang meliputi:
a. Akhlak sebelum hadir di tempat belajar, anatara lain:
1. Pencari ilmu sebelum masuk/ hadir ke tempat belajar dianjurkan
untuk bersuci dengan berwudlu.
2. Pada saat belajar menggunakan tempat yang bersih dan suci.
3. Pencari ilmu dianjurkan menggunakan minyak wangi
4. Pencari ilmu dianjurkan untuk bersiwak sebelum belajar.
5. Seyogyanya pencari ilmu datang sudah dalam keadaan baik dan
rapi.
6. Pencari ilmu mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan saat
belajar agar senantiasa tidak terganggu dengan kekurangan-kekurangan
kebutuhannya dalam belajar, seperti buku, bolpoin, dan sebagainya, sehingga
menyebabkan pencari ilmu pulang pergi untuk melengkapinya.
b. Akhlak di tempat belajar, anatara lain:
1. Duduk dengan tenang, menghadap kiblat, menghadap kepada guru dan
mencari tempat yang tidak terlalu jauh serta tidak terlalu dekat pula dengan
posisi duduk guru serta senantiasa duduk yang tetap pada dudukan awalnya setiap
hendak belajar.
2. Pencari ilmu dianjurkan memulai pembelajaran dengan membaca
kalimah basmalah, hamdalah, shalawat kepada Nabi dan keluarganya, dan meminta
taufiq dan hidayah dari Allah S.W.T., begitu pula pada saat akan mengakhiri
pembelajaran.
3. Pencari ilmu menundukkan kepala seraya rendah hati pada saat
sang guru memberikan penjelasan tentang suatu ilmu sehingga dapat dipahami dan
memberi tanda serta mencatat apa-apa yang sudah dipahami maupun yang belum
dipahami supaya pada saat telah usai dijelaskan bisa dipertanyakan kembali
kepada sang guru sehingga dapat diulang kembali penjelasannya sampai paham.
c. Akhlak setelah selasai belajar, antara lain:
1. Setelah pulang dari tempat belajar dan sampai di rumah, maka
pencari ilmu menglang kembali apa-apa yang telah dipelajarinya sehingga dapat
pindah ke dalam hati pencari ilmu.
2. Begitu juga pada saat akan masuk kembali belajar dianjurkan
untuk mengulang kembali yang telah dipelajarinya sehingga ilmu tersebut dapat
terikat di dalam hati.
d. Akhlak terhadap jasad/badan (dirinya sendiri), antara lain:
1. Seyoyanya pencari ilmu menggunakan pekerti yang baik dan budi
yang luhur sehingga derjat kemuliaannya ditinggikan, karena barangsiapa yang
mencari ilmu dengan syari’at sehingga ia patuh, maka termasuk paling
mulia-mulianya urusan dunia dan agama.
2. Halalnya sesuatu barang yang digunakan/ dikeluarkan termasuk
alat-alat belajarnya, karena semua itu akan menjadi sebab terang dan jernihnya
hati yang akan menjadi tempatnya ilmu.
3. Berhati-hati terhadap barang yang mubah dan dianjurkan untuk
menjauhi barang yang dapat menjadikanya suatu dosa, karena walaupun 1 dosa
apapun dapat membuat hatinya menjadi kotor.
e. Akhlak terhadap kedua orang tua, antara lain:
1.
f. Akhlak terhadap guru, antara lain:
g. Akhlak terhadap ilmu, antara lain:
3. Makna Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Muta’allim
4. Kelebihan dan Kekurangan Kitab Tanbihul Muta’allim
C. aa
D.
Bab III Teori-teori
pendidikan akhlak masa kini (modern) meliputi pengertian pendidikan dan akhlak,
latar belakang munculnya pendidikan akhlak pada masa kini (modern), urgensi
pendidikan akhlak pada masa kini (modern), macam-macam pendidikan akhlak masa
kini (modern).
E.
Bab IV Analisis tentang
konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim, dan
analisis teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern), serta analisis
relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Muta’allim dengan
teori-teori pendidikan akhlak masa kini (modern).
F.
Bab V Merupakan bab
terakhir atau penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
[1]
Ali Abdul Halim Mahmud, “Akhlak Mulia”, (Jakarta: Gema Insani Press,
2004), hlm.9.
[2] Ibid,
hlm. 22.
[3] Op.
Cit. hlm. 25.
[4] Op.
Cit. hlm. 26-27.
[5]
Ebta Setiawan, KBBI- Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI Offline Versi 1.5,
Freewere, 2010.
[6]
Muchson dan Samsuri, “Dasar-Dasar Pendidikan Moral”, (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2013), hlm. 21.
[7]
Ebta Setiawan, Op., Cit., …
[8]
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 17.
[9]
Ebta Setiawan, Op., Cit., …
[10]
Agus Wibowo, Ibid,. hlm. 27.
[11]
Ebta Setiawan, Op., Cit., …
[12]
M. Yatimin Abdullah, “Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran” (Jakarta:
Amzah, 2007), hlm. 1.
[13]
Husain Al-Habsyi, “Kamus Al-Kautsar” (Surabaya: Assegaf, tt), hlm. 87.
[14]
M. Yatimin Abdullah, Op., Cit., hlm. 2.
[15]
M. Yatimin Abdullah, Op., Cit., hlm. 15.
[16]
Agus Wibowo, Op., Cit., hlm. 19.
[17]
Suharsimi Arikunto, “Manajemen Penelitian” (Jakarta : PT. Renika Cipta,
1993), hlm. 311.
[18]
Lexi J. Moelong, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 1989), hlm. 3.
[19]
Mudji Santoso, “Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada
Pembangunan Lima Tahun Ke VI”, dalam Imron Arifin (ed), “Penelitian
Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan”(Malang : Kalimasahada,
1996), hlm. 13.
[20]
Suharsimi Arikunto, Op., Cit., hlm. 310.
[21]
Sarifuddin Azwar, “Metode Penelitian”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), hlm. 91.
[22] Ibid.,
hlm. 91.
[23]
Winarno Surachmad, “Metode Penelitian Survey”, (Jakarta: LP3ES, 1993),
hlm. 193.
[24]
Sutrisno Hadi, “Metodologi Research”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989),
hlm. 47.
[25]
Soejono dan Abdurrahman, “Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan”,
(Jakarta: PT, Rineka Cipta, 1999) hlm. 13.
[26]
Dwi Noviyanti, ”Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Abyan Al-Hawaij
(Karya K.H. Ahmad Rifai)”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan:
Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2005).
[27]
Slamet Wahyudi, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Pemikiran Habib Lutfi
Bin Yahya”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: Perpustakaan
STAIN Pekalongan, 2013).