Senin, 10 November 2014

Manajemen Pendidikan


Sistem Manajemen Mutu ISO 9000
Oleh    : Imam Syafi’i
(2021 111 071)

Pengertian mutu menurut ISO adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat(Lembaga BantuanManajemen Bandung, 2000:11). Sedangkan mutu menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Sprint Consultan (2002 : 5) adalah :
a.    Sesuai dengan kegunaan (Fitness For Use – J.M Juran),
b.    Memenuhi persyaratan pelanggan (Conform to Customer requirement – Philip B. Crosby),
c.    Memenuhi harapan pelanggan (Meeting Customer Expectations – A. V Fegenbaum),
d.   Kepuasan pelanggan (Customer satisfaction- K. Ishikawa)[1]
ISO berasal dari kata Yunani isos yang berarti sama. ISO 9001 merupakan standar internasional yang mengatur tentang sistem manajemen mutu (Quali Managemen System). Dalam sistem manajemen mutu ISO 9001 terdapat standar operating procedure (SOP), intruksi kerja (work instruction), tujuan dan sasaran mutu (quality objective), dan juga program mutu (quality program).
ISO 9001: 2008 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008 yang menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang/ jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan (Gaspersz, 2002: 1).[2]
Menurut sugiyono (2003: 15) kegagalan pendidikan membangun sumber daya manusia Indonesia disebabkan oleh karena pengelolaan pendidikan di Indonesia belum dilakukan secara professional. Lebih lanjut Sugiyono (2003: 21) menyatakan manajemen pendidikan kejuruan yang professional adalah manajemen yang cerdas yaitu manajemen yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen (planing, doing, checking, reviewing) secara sungguh-sungguh, konsisten dan berkelanjutan dalam mengelola sumber daya meliputi 7 M (Man, Money, Material, Methods, Machine, Market and Minute) sehingga tujuan pendidikan kejuruan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Agar proses implementasi ISO 9001: 2008 dapat berjalan dengan baik, setiap organisasi yang menerapkan ISO 9001: 2008 perlu menerapkan 8 prinsip manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi kinerja sistem agar proses yang berlangsung sesui dengan perkembangan efektifitas berkelanjutan antara lain:
1.      Fokus pada pelanggan
2.      Kepemimpinan
3.      Keterlibatan semua orang
4.      Pendekatan proses
5.      Pendekatan ke sistem manajemen
6.      Perbaikan berkelanjutan
7.      Pendekatan fakta sebagai dasar pengambilan keputusan
8.      Kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok
Empat prinsip tambahan untuk sukses yang berkelanjutan sebagai berikut:
1.      Menciptakan siswa bernilai (lerner valueI)
2.      Memusatkan pada nilai sosial
3.      Gesit (agility)
4.      Otonomi[3]
ISO 9001: 2008 mengacu pada serangkaian standar untuk sistem manajemen mutu. Modul inti dari ISO adalah ISO 9001 yang menyediakan sistem kualitas untuk perancangan, pengembangan, produksi, instalasi, dan layanan. ISO 9001 merupakan model menyeluruh bagi sistem kualitas. Sejak tahun 1990-an semakin banyak perusahaan berupaya mendapatkan sertifikasi manajemen ISO 9000 dengan harapan untuk meningkatkan kinerja  karyawan dan perusahaan. Namun seperti halnya penerapan sistem kualitas yang lain, penerapan ISO 9000 juga menghadapi beberapa hambatan, baik pada saat proses memperoleh sertifikasi ISO 9000.
Hambatan yang dihadapi dalam ISO 9000 dapat diidentifikasi selama implementasi dan sesudah memperolah sertifikasi ISO 9000. Hambatan selama implementasi terjadi kemungkinan karena melakukan adaptasi atau perubahan-perubahan sesuai persyaratan yang ditetapkan ISO 9000. Sedangkan hambatan yang dihadapi setelah mendapatkan sertifikasi ISO terjadi karena perusahaan seringkali merasa bahwa sudah tidak ada lagi kontrol langsung yang dihadapi.
Hambatan terbesar selama implementasi ISO 9000 adalah organisasi gagal dalam mendefinisikan pertanggungjawaban dan wewenang personal (51,4%), sedangkan hambatan terbesar setelah memperoleh sertifikasi ISO 9000 adalah organisasi gagal membawa tinjauan manajemen terhadap sistem kualitas untuk mencapai efektifitas sistem (37,1%).[4]


[1]Noor Fitrihana, “Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Pada Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan”, Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Negeri Yogyakarta.
[2] Robi’atul Chalimah, “Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”, (Skripsi Sarjana Ilmu Perpustakaan, (Yogyakarta: Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011), hlm.79.
[3] Ibid., hlm.131.
[4] Robi’atul Chalimah, Op.,Cit., hlm.133.