Rabu, 22 Januari 2014

Laporan KKN Tematik, Rehabilitasi Sungai



LAPORAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(PPM)
REHABILITASI SUNGAI KOTA PEKALONGAN UNTUK KEHIDUPAN

Description: C:\Users\USER\Pictures\Pictures\about of campuss\LOGO\stain-pekalongan.gif










Nama Kelompok Sungai Krapyak Lor:
1.    NUR LAILI HANDAYANI             2021 111 005
2.    BARIROH                                          2021 111 029
3.    IMAM SYAFI’I                                 2021 111 071
4.    SITI ROHMAH                                 2021 111 090


Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pekalongan
(STAIN) PEKALONGAN
2013-2014
DAFTAR ISI

JUDUL                                                                                                                                  1
DAFTAR ISI                                                                                                                         2
BAB I             PROFILE DESA/ KELURAHAN                                                             3
A.    Sejarah Krapyak                                                                                                      3
B.     Sejarah tradisi syawalan dan lopis raksasa di krapyak                                        4
C.    Pemaknaan adanya tradisi lupisan                                                                         5
D.    Kesamaan informasi                                                                                                 6
BAB II            KONDISI SUNGAI , SAMPAH DAN LIMBAH                                     7
A.    SUNGAI                                                                                                                    7
B.     SAMPAH                                                                                                                   7
C.    LIMBAH                                                                                                                   8
BAB III          MASALAH SOSIAL MASYARAKAT                                                     9
LAMPIRAN                                                                                                                          14









BAB I
PROFILE DESA/KELURAHAN
A.           SEJARAH KRAPYAK
Kota Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan laut jawa di utara, Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat dan Kabupaten Batang di timur. Kota Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Selatan dan Pekalongan Timur. Kota Pekalongan terletak di jalur pantai Utara Jawa yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Kota Pekalongan berjarak 384 km di timur Jakarta dan 101 km sebelah barat Semarang. Kota Pekalongan mendapat julukan kota batik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bahwa sejak puluhan dan ratusan tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.
Krapyak sendiri terletak dipekalongan bagian utara.yang mayoritas penduduknya beragama muslim dan banyak memproduksi batik. sedangkan penamaan krapayak sendiri mengalami kesulitan untuk mengetahuinya, Karena tidak adanya pembukuan atau dokumentasi dari para sesepuh sebelumnya. Sehingga mengenai asal usul daerah krapyak sendiri belum dapat diketahui secara jelas dan juga ketika para sesepuh warga sudah meninggal kejelasan penamaan desa kurang diketahui oleh warga. Penuturan dari pak carek desa krapyak lor saat di wawancarai di tempat kerja menyebutkan demikian bahwa sejarah desa belum begitu diketahui karena tidak ada nya pembukuan, akan tetapi perlu diketahui bahwa nama desa Krapyak masing-masing daerah di indonesia mepunyainya seperti halnya di solo, semarang, jogja. Sehingga nama desa sudah ada penentuanya sendiri.
Namun hasil wawancara dari ibu Alifah umur 63 tahun mengenai asal usul krapayak dapat diketahui bahwa  pada Zaman dahulu ada hujan yang datangnya dari arah selatan, atau dari daerah pegunungan. Yang mana air hujan tersebut turun kepesisir hingga menyebabkan banjir hingga beberapa meter, karena zaman dahulu belum ada yang namanya lantai ataupun pondasi seperti dizaman modern ini, dan pada zaman dahulu masih menggunakan tanah sebagai pengganti lantai, karena adanya banjir kiriman dari daerah pegunungan sehingga  tanah tersebut penuh dengan air banjir kiriman  serta menyebabkan kebecekan disekitar rumah warga maupun didalam rumah warga sendiri. Dan karena tanah tersebut penuh dengan air hingga ketika berjalan ada suara kropyak kropyaknya maka dari situlah daerah tersebut dinamakan dengan Desa KRAPYAK yang samapai sekarang masih  bertempat dipekalongan utara. Dari hasil cerita turun temurun mengenai penamaan krapyak yang banyak diketahui warga sekitar seperti yang dipaparkan diatas. Dan Krapyak sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu krapyak utara dan krapyak selatan, namun rencana program dari pemerintahan akan dijadikan satu menjadi nama krapyak tanpa adanya pemisahan lagi.
B.            SEJARAH TRADISI SYAWALAN DAN LOPIS RAKSASA DI KRAPYAK PEKALONGAN
Dalam  tradisi desa krapyak lor terdapat Tradisi Syawalan yang rutin dilakukan oleh masyarakat Kota Pekalongan. Tradisi ini sudah dimulai sejak 130-an tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855 M. Pertama kali yang menggelar hajatan Syawalan ini adalah KH. Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso.
Awal pembuatan lopis raksasa di Krapyak, sudah dimulai sejak 1955, yang berarti tradisi tersebut sudah berumur lebih dari 60 tahun. Muhammad Zein, salah satu warga yang dituakan dan mengalami langsung perkembangan tradisi pembuatan lopis raksasa di Krapyak Kidul, menceritakan awal mula tradisi tersebut muncul. Datang dengan busana sederhana berupa sarung, kemeja dan kopyah, Zein mengajak Radar untuk berbicara santai di ruang tamu salah seorang warga. Pria 80 tahun tersebut, mengisahkan bahwa tradisi Syawalan atau pembuatan lopis pada dasarnya menunjukkan keramahan masyarakat Pekalongan yang selalu ingin menjamu setiap tamu yang datang. "Awal pembuatan lopis dengan ukuran besar dilakukan pada tahun 1955," ucapnya memulai cerita.
Upacara pemotongan lopis ini baru dimulai sejak tahun 1956 oleh bapak Rohmat, kepala desa daerah tersebut pada saat itu. Sambil terus menghisap rokok kreteknya, Zein kembali menceritakan bahwa dulu pembuatan lopis raksasa memang bertujuan untuk diberikan kepada tamu dan pengunjung. "Masyarakat mengumpulkan jimpitan beras ketan dari masing- masing rumah di sekitar RW 3 kemudian dijasikan satu dan dibuat lopis. Lopis besar pertama yang dibuat hanya berukuran tinggi sekitar satu termos saja. (25 sentimenter)," kisahnya. Ukuran itu, kemudian bertahan hingga tahun 1980. Barulah saat itu, pemuda setempat berinisiatif untuk memperbesar ukuran lopis dan baru disebut lopis raksasa. Zein mengatakan bahwa dirinya ingat saat lopis raksasa pertama dibuat tahun 1980 mempunyai ukuran tinggi 80 sentimeter dengan ukuran lingkaran 115 sentimeter. Untuk membuatnya, dibutuhkan bahan baku beras ketan sebanyak 30 kilogram.
Lopisan berasal dari kata lopis, yaitu sejenis makanan spesifik Krapyak yang bahan bakunya terdiri dari ketan, yang memiliki daya rekat luar biasa bila sudah direbus sampai masak benar. Pertama kali dibuat, lopis raksasa hanya dipotong dan diresmikan oleh lurah setempat saja. Saat itu juga belum banyak warga yang berkumpul atau mengambil lopis usai dipotong. Setahun kemudian, peresmian dan pemotongan lopis raksasa dilakukan oleh Camat. Baru pada tahun ketiga. Walikota yang saat itu menjabat berkesempatan untuk ikut melakukan pemotongan pertama terhadap lopis raksasa. "Saya lupa siapa Walikota saat itu. Yang jelas, baru pada tahun ketiga sejak pembuatan lopis raksasa pertama Walikota berkesempatan untuk hadir dan melakukan pemotongan langsung," bebernya lagi.
Tradisi lopis terus bertahan dengan ukuran yang terus membesar. Namun, tradisi tersebut sempat berhenti dilaksanakan selama dua tahun tepatnya antara athun 1997 dan 1998. Penyebabnya, adanya perbedaan waktu lebaran yang ditentukan baik oleh ormas maupun pemerintah pusat. Berhenti dua tahun, tradisi pembuatan lopis raksasa kemudian diambil alih oleh warga krapyak Lor gang I dan gang 3. Setelah pembuatan lopis di Krapyak Kidul kembali aktif pada tahun 2000, tradisi serupa di Krapyak Lor juga terus berjalan. Sehingga sampai saat ini, ada dua lopis raksasa yang selalu dibuat pada momen syawalan. Pada tahun 2000, lopis raksasa di Krapyak Kidul juga mendapatkan kehormatan untuk dicatatkan dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai lopis terbesar yang pernah dibuat.
C.           PEMAKNAAN ADANYA TRADISI LUPISAN
Bagi masyarakat Krapyak, mungkin momen Lebaran sesungguhnya justru akan dirasakan saat Syawalan atau sepekan setelah Lebaran, mengingat ramainya wilayah tersebut saat peringatan syawalan. Hampir setiap rumah akan dipenuhi tamu, jalan akan dipenuhi kendaraan dan yang tak ketinggalan sajian ada disetiap kediaman tuan rumah. Syawalan sendiri, awalnya merupakan tradisi silaturahmi antara warga Krapyak dan luar Krapyak. Karena dulu, masyarakat Krapyak sering berpuasa setelah hari pertama Lebaran hingga enam hari kemudian. Hal itu membuat warga atau pun sanak saudara tidak dapat berkunjung.
Pada hari ketujuh, mereka berbondong-bondong datang ke Krapyak untuk bersilaturahmi. Tradisi tersebut kemudian berkembang dengan sebutan syawalan. Bahkan kemudian, pemuda setempat berinisiatif untuk membuat lopis raksasa dengan tujuan awal untuk dibagikan kepada pengunjung. Namun saat ini lopis raksasa sudah menjadi tradisi adat tersendiri. Setiap tahun, momen pembuatan hingga pemotongannya selalu ditunggu baik oleh warga Pekalongan maupun dari luar Pekalongan.
Setelah selesai melewati Idul Fitri hari pertama, kesibukan masyarakat Krapyak justru akan meningkat. Mereka akan kembali berkumpul untuk bergotong-royong membuat jajanan raksasa berbahan baku beras ketan tersebut.Lopis memang mengandung suatu falsafah tentang persatuan dan kesatuan yang merupakan sila ketiga dari Pancasila kita. Betapa tidak, ia dibungkus dengan daun pisang, diikat dengan tambang dan direbus selama empat hari tiga malam, sehingga tidak mungkin lagi butir-butir ketan itu untuk bercerai berai kembali sebagaimana semula.Mengapa tidak dibungkus dengan plastik atau bahan lain yang lebih praktis, sesuai dengan kecangihan masa kini ? Pohon pisang tidak mau mati sebelum berbuah dan beranak yang banyak atau dengan kata lain tak mau mati sebelum berjasa dan meninggalkan generasi penerus sebagai penyambung estafet. Demikian mendalamnya pemikiran sesepuh kita
D.           KESAMAAN INFORMASI
Ada satu tradisi syawalan yang terkenal sampai ke luar daerahyakni pemotongan kue lopis raksasa di Krapyak (disebut juga lopisan atau krapyakan).Yang sampai saat ini tradisi pembuatan lopis terus berlanjut dengan ukuran yang terus bertambah setiap tahunnya. Ibu Muslikhah 58 tahun warga krapyak lor Gg. 3A juga menuturkan bahwa tidak hanya bertambah dalam ukurannya, tetapi  masyarakat  juga pada setiap gang nya sudah mulai membuat lupisan sendiri-sendiri sehingga bukan satu tempat saja yang terdapat lupis beberapa titik terdapat lupis-lupis besar disamping lupis-lupis lainya.ibu menuturkan pula adanya lupis di krapyak yang sebagai bentuk gotong royongnya masyarakat membuat lupis bersama-sama dalam rangka penyambutan sanak saudara yang jauh. Walaupun nilai-nilai tradisi sedikit bergeser seperti yang di katakan beberapa pemuda-pemudi warga krapyak salah satunya handayani bahwa puasa yang di lakukan pada tanggal 2 sampai 6 setelah lebaran tidak sepenuhnya dilakukan oleh seluruh warga hanya beberapa orang yang masih memegang tradisi dan keinginan yang masih melakuaknnya.
BAB II
KONDISI SUNGAI , SAMPAH DAN LIMBAH
A.           SUNGAI
Sungai krapyak lor merupakan sungai yang berada di Kecamatan Pekalongan Utara adalah wilayah pesisir pantai utara (laut Jawa), sehingga sebagian wilayahnya yang berdekatan dengan pantai seringkali mengalami Rob (air laut pasang). Wilayah yang sering mengalami bencana rob antara lain; Kelurahan Panjang Wetan, Panjang Baru, Kandang Panjang, Krapyak Lor. Keadaan rob yang demikianyang nantinya air sungai akan naik sehingga terjadi banjir setiap tahunya apalagi pada musim hujan.
Hal ini juga  karena kondisi tanahnya lebih rendah dibanding dengan daratan disekitarnya’Penamaan masyarakat sungai krapyak tidak jauh berbeda dengan adanya desa krapyak yang adaa di setiap daerahnya, sehingga dari penaman sungai krapyak karena keberadaanya di daerah krapyak itu.  Belum adanya penaamaan krapyak secara jelasnya.
Berdasarkan penelusuran sungai yang telah kami lakukan bahwa kedalaman sungai krapyak lor, pekalongan utara yaitu sekitar 3,3 m, sedangkan lebar sungai yaitu sekitar 75 m, dengan warna air coklat lumpur dan hitam kelam karena banyak tercemar limbah batik. Warna hitam air akan tampak jelas bila mana saat musim kemarau tiba.
B.            Samapah
Sungai yang berada di daerah krapyak adalah sungai yang berasal bukan dari daerah krapyak lor saja sendiri sungai berasal dari krapyak kidul juga, kondisi keadaan sungai yang kotor dan  banyak sampah merupakan gambaran dari keadaan sungai yang nampak jelas dan nyata, kondisi sungai yang menghubungkan dua tembapt panjang wetan sehingga dapat di jadikan sebagai alat transportasi dengan adanya batasan-batasan sungai yang di jadikan tempat penyebrangan.
Berdasarkan penelusuran bersama pak jo batasan sungai yang ada di krapyak lor banyak beberapa pengamatan uyang tidak dapat di pungkiri, bahwa kondisi sampah mememang sudah banyak baik yang berada di dalam air maupun sekitar sungainya juga, banyak tumpukan salmah yang berada di sekitar sungai yang berasal dari  penduduk setempat.
Pola kebiasaan yang sudah menjadi hal yang lumrah bahwa membuang sampah di sekitar sungai bahkan kesungainya sekalipun.Dalam kebersihan terhadap lingkunganya sangatlah mengiris akan tetapi bukan halnya itu saja dalam kebersihan terhadap dirinya disisni masyarakat masih membiasakan pola yang kurang baik dengan MCK yang tidak pada tempatnya.
Kondisi air sungai dapat dilihat hitam yang lebih sering terjadi adapun beda warna keruh disebabakan pola hujan dan air rob yang datang dari arah mana apakah kiriman dari sungai atas ataupun dati arah laut.
Perlu diketahui sungai krapyak yang berasal dari sungai pekalongan bermuara langsung ke laut Slamaran sehingga dalam sekitar daerah tersebut dijadikan tempat persingahan perahu-perahu besar(dijadikan dog).
C.           LIMBAH
Tampak memeng disekitar sungai limbah-limbah yang ada di sekitar sungai mulai dari sampah-samapah baik dari yang organik maupun an organik seperti plastik   samapah peralatan rumah masak memasak dan lain sebagainya yang mana sampah sampah tersebut telah menyatu dengan air yang ada di sungai, limbah yang tak kalah memprihatikan sama halnya seperti sungai sungai yang telah tercemar pada umumnya ada adalah warna sungai yang sudah tidak lagi seperti sungai bersih, sungai yang berwarna hitam dan kotor yang mana tidaklah lepas dari limbah produksi batik, pekalongan sebagai kota batik memang kental akan rumah produksi pembuatan batik dan di desa krapyak sendiri secara mayoritas bermata pencaharian pelaut akan tetapi masih ada sebagian oarng yang bermata pencaharian batik, warna sungai yang bisa dikjuga sebagatakan tercemar oleh limbah juga dipengaruhi produksi batik yang ada di sungai sungai hulu sehingga sungai hilir yang sebagai  muara sungai juga akan ikut tercemar.








BAB III
MASALAH SOSIAL MASYARAKAT
Kondisi Kelurahan Krapyak Lor, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan kian memprihatinkan. Pasalnya, sepanjang tahun permukiman warga selalu terendam air pasang. Selain menggenangi jalan, rob juga merendam pekarang dan lantai rumah tangga yang biasadigunakan untuk aktivitas ekonomi. Akibatnya, aktivitas warga yang mayoritas bekerja sebagai buruh batik, konfeksi dan warung kecil terhambat dan hasil pendapatan merekapun turun sekitar 30 hingga 70 persen.
Tidak hanya itu saja, banyak masyarakat yang terjangkit penyakit pernafasan, kulit, gatal- gatal dan diare. Rob terparah terjadi di Krapyak Lor Gang 3A, Krapyak Lor Gang 3B, dan Krapyak Lor Gang 5. Bahkan, di Krapyak Lor Gang 3A rob tidak pernah surut dan tingginya mencapai 1 meter, karena merupakan dataran rendah dibandinggang sekitarnya. Memprihatinkan “ Rob di Kelurahan Krapyak Lor, khususnya yang berada di dekat Sungai Loji sangat memprihatinkan jika dibanding dengan Panjang, Bandengan, dan Jeruksari. Meski, warga telah berupaya mengatasi dengan cara Jumat bersih dan pengerukan saluran, namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Kondisi tersebut juga diperparah dengan pembuatan tanggul dan pintu air yang tidak berfungsi, sehingga membuat ketinggian rob kian bertambah.warga berharap pemerintah daerah segera melakukan perbaikan mengatasi masalah rob. “Warga juga bersedia dampingi lurah ke pemerintah daerah dan Dewan jika dibutuhkan.
Lurah Krapyak Lor Kota Pekalongan Hasan Busro mengatakan, sebelumnya pihaknya telah menyampaikan permasalah rob kepada pemerintah daerah dan Dewan. Namun demikian, hingga kini belum ada tindak lanjut. Proyek polder yang semestinya diharapkan warga mampu mengatasi masalah rob,  justru menimbulkan permasalahan yang baru. “Sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah nantinya, saya mengimbau kepada ketua RT dan RW 1 sampai 4, serta perwakilan warga untuk bersama menyampaikan keluhan ke pemerintah yang secapatnya akan dilakukan.


Mengenai pendidikan dikelurahan krapyak lor dilihat dari catatan laporan buku monografi terdapat lulusan pendidikan umum dan pendidikan khusus:
a.       Lulusan pendidikan umum :
1). Taman Kanak- Kanak                          : 0                    orang
2). Sekolah Dasar                                      : 2.119             orang
3). SMP/SLTP                                           : 1.528             orang
4). SMU/SLTA                                         : 2.287             orang
5). Akademi/D1-D3                                  : 193                orang
6). Sarjana (S1-S3)                                    : 342                orang
b.   Lulusan pendidikan khusus :
1). Pondok pesantren                               : 300                orang
2). Madrasah                                            : 120                orang
3). Pendidikan keagamaan                       : 200                orang
4). Sekolah luar biasa                               : 0                    orang
5). Kursus/ketrampilan                             :5                     orang
A. PERIKANAN
1.    Tambak                                                  : 2                    Ha       30        Ton
2.    Empang Kolam                                      : -                     Ha       -           Ton
3.    Danau                                                    : -                     Ha       -           Ton
4.    Waduk / Dam                                        : -                     Ha       -           Ton
5.    Laut                                                       : -                     Ha       -           Ton

B. PERTANIAN
1. Status                  :
a. Sertifikat Hak Milik                           : 2.112             Buah                -           Ha
b. Sertifikat Hak Guna Usaha               : -                     Buah                -           Ha
c. Sertifikat Hak Guna Bangunan         : -                     Buah                -           Ha
d. Sertifikat Hak Pakai                          : -                     Buah                -           Ha

e. Tanah Kas Desa                                 : -                     Buah                -           Ha
1). Tanah Bengkok                            : 15                  Buah                -           Ha
2). Tanah Titisara                              : -                     Buah                -           Ha
3). Tanah Pangonan                          : -                     Buah                -           Ha
4). Tanah Desa Lainnya                    : -                     Buah                -           Ha
f. Tanah Bersertifikat                             : -                     Buah                -           Ha
g. Tanah bersertifikat melalui PRONA : -                     Buah                -           Ha
h. Tanah yang belum bersertifikat         : -                     Buah                -           Ha
2. Peruntukan         :
a. Jalan                                                   : 9.170             Ha
b. Sawah dan Ladang                            : -                     Ha
c. Bangunan Umum / Tambak               : 101.050         Ha
d. Empang                                             : -                     Ha
e. Pemukiman / Perumahan                    : 81. / 0,240     Ha
f. Jalur Hijau                                          : -                     Ha
g. Pekuburan                                          : 0,5665           Ha
h. Lain – lain                                          : 115.786         Ha
3. Penggunaan
a. Industri                                              : 3.314             Ha
b. Pertokoan / Perdagangan                   : 0.0710           Ha
c. Perkantoran                                        : -                     Ha
d. Pasar Kelurahan                                 : -                     Ha
e. Tanah Wakaf                                      : -                     Ha
f. Tanah Sawah                                      : -                     Ha
1). Irigasi Teknis                               : 77,3044         Ha
2). Irigasi Setengah Teknis                : 83,7464         Ha
3). Irigasi Sederhana                         : -                     Ha
4). Irigasi Tadah Hujan                     : -                     Ha
5). Sawah Pasang Surut                    : -                     Ha
g. Tanah Kering                                     : -                     Ha
1). Pekarangan                                  : -                     Ha
2). Perladangan                                 : -                     Ha
3). Tegalan                                        : -                     Ha
4). Perkebunan Negara                      : -                     Ha
5). Perkebunan Swasta                      : -                     Ha
6). Perkebunan Rakyat                      : -                     Ha
7). Tempat Rekreasi                          : 64.900           Ha
h. Tanah yang belum dikelola                : -                     Ha
1). Hutan                                           : -                     Ha
2). Rawa                                            : -                     Ha
3). Lain – lain                                    : -                     Ha

C. Mata Pencaharian
a. Karyawan           :
1). Pegawai Negeri Sipil                        : 296                Orang
2).TNI / POLRI                                     : 2                    Orang
3). Swasta                                              : 1152              Orang
b. Wiraswasta / pedagang                           : 883                Orang
c. Tani                                                         : 63                  Orang
d. Pertukangan                                           : 117                Orang
e. Buruh                                                      :516                 Orang
f . Pensiunan                                               : 155                Orang
g. Nelayan                                                  : 514                Orang
h. Pemulung                                                : 35                  Orang
i. Jasa                                                          : 62                  Orang



















Lampiran :
ð  Gambar 1:Bantuan MCK dari BKM SUKSES, Krapyak Lor, Pekalongan Utara yang terletak di sudut kampung Krapyak Lor Gg: 1, Pekalongan Utara.




ð  Gambar 2: Tumpukan sampah di pinggir sungai yang membatasi dengan perkampungan masyarakat krapyak lor yang berada di sekitar tanah mahakam.
ð  Gambar 3: Perahu bantuan yang diberikan oleh pemerintah lewat BKM SUKSES, Krapyak Lor, Pekalongan Utara sebagai sarana rehabilitasi sungai.
ð  Gambar 4: Contoh prilaku buruk yang biasa dilakukan oleh masyarakat sekitar sungai Krapyak Lor, yang sebenarnya sudah disediakan adanya MCK UMUM.
ð  Gambar 5: Bantuan MCK yang dilakukan dalam usaha rehabilitasi sungai Krapyak Lor, Pekalongan Utara yang diletakkan di belakang TK. Mina Bahari 2.